Gunakan Gas Air Mata, Rupanya Banyak Polisi yang Dijatuhi Hukuman dalam Tragedi Sepak Bola Dunia, Ada yang Dihukum Mati

(Dok: IntisariOnline.com)

JAKARTA (Surya24.com) - Gas air mata yang digunakan pihak keamanan dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang disebut sebagai penyebab utama banyaknya korban yang berjatuhan.

Padahal penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan dalam aturan FIFA selaku induk sepak bola dunia. Namun rupanya beberapa kali pihak keamanan menggunakan gas air mata di stadion.

Alhasil pihak keamanan pun tercatat mendapat hukuman atas tindakannya yang lalai karena sampai menimbulkan korban jiwa.

Melansir intisarionline.com, berikut hukuman yang diterima pihak keamanan karena menggunakan gas air mata seperti dilansir dari kompas.com pada Senin (3/10/2022).

1. Tragedi Lima 1964

Bisa dibilang tragedi Lima 1964 merupakan tragedi terburuk dalam sepak bola dunia. Sebab dalam kejadian ini, 328 orang meninggal dunia.

 

Tragedi Lima bermula ketika Peru bertanding melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpiade.

Kemudian wasit menganulir gol Peru di menit akhir. Para suporter yang marah lalu masuk ke lapangan. Untuk menghalau para suporter, polisi pun menembakkan gas air mata ke kerumunan.

Atas kejadian ini, ditemukan bahwa komandan polisi Jorge Azambuja yang memberi perintah untuk menembakkan gas air mata.

2. Tragedi sepak bola di Ghana

Tragedi sepak bola di Ghana terjadi pada 9 Mei 2001. Saat itu, ada pertandingan antara Hearts of Oaks dan Kumasi di Stadion Accra, Kota Accra, Ghana.

 

Tapi kekalahan Kumasi membuat suporternya marah dan melakukan kericuhan. Seperti melemparkan proyektil dan merusak kursi. Sikap suporter itu dibalas polisi dengan melemparkan granat gas air mata.

Balasan polisi itu membuat para penonton panik dan berhamburan. Dan menyebabkan 126 orang tewas.

Untuk mempertanggungjawabkan kejadian ini, enam orang polisi didakwa atas kasus pembunuhan.

3. Kerusuhan di Stadion Port Said, Mesir

Kerusuhan di Stadion Port Said, Mesir terjadi pada Februari 2012. Saat itu, sedang ada pertandingan antara klub Al-Ahly melawan al-Masry.

Sebenarnya tuan rumah menang dengan skor 3-1. Tapi para pendukungnya malah menyerang pendukung lawan. Akibatnya 75 orang meninggal dunia.

Menurut banyak saksi, polisi yang ada di tempat kejadian tidak melakukan apapun untuk menghentikan penyerangan. Akibatnya, 11 orang polisi dijatuhi hukuman mati.

Sementara kepala direktorat keamanan Port Said dan kepala polisi maritim juga menerima hukuman lima tahun penjara.***