Bocorkan Isi Pembicaraan, Xi Jinping Semprot PM Kanada: Insiden Rudal Nyasar, Kata Sekjen NATO Salah Rusia

(Foto/Reuters)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Presiden China Xi Jinping secara terbukamenegurPerdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau karena membocorkan isi pertemuan mereka ke media. Wartawan Kanada merekamperistiwa tersebut dalam video selama KTT G20 di Bali, pada Rabu.

Hampir satu menit, percakapan dibuka dengan Xi Jinping, berbicara melalui penerjemah, memberi tahu Trudeau:

"Semua yang kita diskusikan telah bocor ke surat kabar." “Itu tidak pantas. Dan itu bukan cara percakapan dilakukan,” tambah Jinping dikutip dari laman sindonews.com.

“Jika ada ketulusan di pihakmu…” ujar Jinping.

“Di Kanada kami percaya pada dialog yang bebas dan terbuka dan terus terang, dan itulah yang akan terus kami lakukan,” jawab Trudeau, berbicara melalui penerjemah yang masih berusaha menyelesaikan penyampaian kata-kata Jinping.

“Kami akan terus bekerja sama secara konstruktif tetapi akan ada hal-hal yang tidak kami setujui,” tambah pemimpin Kanada itu.

“Mari kita buat kondisi (untuk itu) terlebih dahulu,” jawab Xi, menawarkan jabat tangan kepada Trudeau seperti dilansir dari Russia Today, Kamis (17/11/2022).

Sementara pemimpin China itu tersenyum dan melanjutkan, PM Kanada berjalan menjauh dari kamera, seorang diri.

Reuters menggambarkan insiden itu sebagai pertunjukan kekesalan depan publik yang langka oleh Xi Jinping merujuk pada laporan media tentang isi pertemuannya dengan Trudeau pada hari Selasa lalu.

Selama pertemuan sepuluh menit itu, sumber pemerintah mengatakan kepada AFP, Trudeau mengemukakan kekhawatiran serius tentang kegiatan campur tangan China di Kanada, mulai dari spionase industri hingga campur tangan dalam pemilihan federal 2019.

Menurut sumber yang sama, mereka juga membahas situasi di Ukraina, Korea Utara, dan konferensi keanekaragaman hayati yang akan datang pada bulan Desember, yang diselenggarakan bersama oleh Beijing dan Ottawa.

Bukan Salah Ukraina

Dibagian lain, Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg mengatakan ledakan mematikan di Polandia mungkin merupakan hasil dari tembakan anti-pesawat Ukraina. Namun, Rusia memikul tanggung jawab utama karena Moskow adalah pihakyang berada di belakang perang. Dua orang tewas dalam ledakan pada hari Selasa di timur Polandia, dekat perbatasan dengan Ukraina, dalam sebuah insiden yang memicu kekhawatiran akan eskalasi.

"Penyelidikan atas insiden ini sedang berlangsung, dan kami perlu menunggu hasilnya. Tapi kami tidak memiliki indikasi bahwa ini adalah hasil dari serangan yang disengaja," kata Stoltenberg setelah memimpin pertemuan para duta besar NATO dikutip dari laman sindonews.com.

“Analisis awal kami menunjukkan bahwa insiden itu kemungkinan disebabkan oleh rudal pertahanan udara Ukraina yang ditembakkan untuk mempertahankan wilayah Ukraina dari serangan rudal jelajah Rusia," sambungnya.

“Tapi izinkan saya menjelaskan, ini bukan kesalahan Ukraina. Rusia memikul tanggung jawab utama karena melanjutkan perang ilegal melawan Ukraina,” lanjutnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (16/11/2022).

Stoltenberg mengadakan pertemuan utusan aliansi di Brussel. Dewan Keamanan PBB juga berencana bertemu pada hari Rabu untuk pengarahan yang dijadwalkan sebelumnya tentang situasi di Ukraina. Ledakan di Polandia pasti akan turut di bahas.

Sementara itu, Polandia pada Rabu pagi mengonfirmasi bahwa sebuah rudal jatuh di timur negara itu, saat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan "tidak mungkin" ditembakkan dari Rusia.

Dalam pernyataan mereka, Polandia dan NATO menggunakan bahasa yang menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap ledakan rudal itu sebagai serangan Rusia yang disengaja, setidaknya untuk saat ini. Sebuah pernyataan NATO menyebutnya sebagai "insiden tragis".

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky awalnya mengecam ledakan itu sebagai "eskalasi yang sangat signifikan" dan mendorong Biden untuk mengadakan pertemuan darurat para pemimpin G7 dan NATO.

Serangan yang disengaja dan bermusuhan terhadap anggota NATO, Polandia, dapat memicu respons militer kolektif oleh aliansi tersebut. Tetapi pertanyaan seputar roket itu tetap ada, terutama karena insiden itu terjadi selama serangkaian serangan rudal Rusia melintasi perbatasan terdekat di Ukraina, tidak lebih dari siapa yang menembakkannya.

Rusia sendiri membantah terlibat dalam ledakan di Polandia. Penilaian awal menunjukkan rudal itu diluncurkan oleh pasukan Kiev ke arah rudal Rusia yang masuk dalam salvo penghancuran terhadap infrastruktur listrik Ukraina pada hari Selasa.

Penilaian itu dan komentar Biden pada KTT G20 di Bali bertentangan dengan informasi Selasa pagi bahwa rudal Rusia melintas ke Polandia.

Segera setelah ledakan itu, sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Polandia mengidentifikasi senjata itu dibuat di Rusia. Presiden Andrzej Duda lebih berhati-hati, mengatakan bahwa itu "kemungkinan besar" buatan Rusia, tetapi asal-usulnya masih diverifikasi. Pada hari Rabu, dia mengubah pernyataan sama sekali, mengatakan bahwa roket itu kemungkinan merupakan bagian dari mekanisme pertahanan Ukraina.

Kiev sendiri meminta akses ke lokasi ledakan mematikan itu. "Ukraina meminta akses segera ke lokasi ledakan," kata sekretaris dewan keamanan dan pertahanan nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, di Twitter.

Dia menambahkan bahwa Ukraina memiliki bukti “jejak Rusia” dalam ledakan tersebut, tanpa memberikan rincian apapun. Danilov mengatakan Ukraina menginginkan studi bersama tentang insiden hari Selasa dengan mitranya dan untuk melihat informasi yang menjadi dasar kesimpulan sekutunya.

"Kiev sepenuhnya terbuka untuk studi komprehensif tentang situasi ini,” tulisnya di halaman Facebook resmi dewan keamanan dan pertahanan nasional Ukraina. Danilov menyuarakan pernyataan Zelensky dalam menyalahkan "teror rudal" Rusia.

Dia tidak memberikan perincian tentang bukti apa yang dia kutip ketika merujuk pada "jejak Rusia" di balik insiden itu. ***