Tidak Banyak yang Tahu, Operasi Diamond, Misi Israel Curi Jet Tempur Tercanggih Buatan Uni Soviet

jet tempur MiG-21. (Dok AU Israel©2022 Merdeka.com)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Di era Perang Dingin, industri pertahanan Uni Soviet berkembang pesat. Tahun 1959, mereka memproduksi jet tempur MiG-21. Salah satu pesawat tercanggih kala itu.

Pesawat MiG-21 banyak digunakan negara-negara Timur Tengah, seteru Israel. Hal ini dianggap ancaman. Para agen Mossad putar otak. Mencari cara agar pesawat supersonic tersebut bisa dicuri untuk dipelajari.

Melansir merdeka.com, operasi intelijen pertama digelar di Mesir. Agen Mossad bernama Jean Thomas berusaha membujuk pilot Angkatan Udara Mesir agar mau membelot dan menerbangkan MiG-21 ke Israel. Tak tanggung-tanggung, pilot Mesir itu ditawari 1.000.000 USD jika mau berkhianat.

 

Namun usaha itu gagal, pilot yang dilobi malah melaporkan sepak terjang Thomas. Nyawa agen Mossad dan dua rekannya berakhir di tiang gantungan pemerintah Mesir tahun 1962.

Upaya kedua Mossad juga gagal. Pilot Irak yang ditawari untuk bekerja sama menolak sehingga terpaksa dihabisi agar misi rahasia ini tidak terbongkar.

Pilot Kecewa Bernama Munir Redfa

Tahun 1964, Operasi Diamond mulai menunjukkan titik terang. Seorang Yahudi di Irak bernama Yosef menghubungi pemerintah Israel di Tehran dan Eropa. Dia mengabarkan saudara kekasihnya, menikahi seorang pilot Irak Angkatan Udara Irak.

Pilot itu adalah Kapten Munir Redfa, wakil komandan skadron MiG-21 Irak. Dia ditempatkan di pangkalan udara dekat Kirkuk dalam misi memerangi Suku Kurdi. Redfa disebut potensial untuk membelot karena tertekan dengan kondisi yang dialaminya.

Mossad mendapat informasi Redfa tidak dipercaya komandan. Karena berbeda agama. Dia juga tidak mendapat promosi yang layak. Satu hal lagi yang sangat tidak bisa diterima, Redfa hanya diizinkan terbang dengan bahan bakar yang terbatas untuk menghindari kemungkinan membelot.

"Hal itu membuatnya Munir Redfa frustrasi," demikian isi laporan tersebut.

Yosef kemudian ditugasi Mossad untuk melobi Redfa agar mau bertemu dengan agen israel di Eropa.

Dalam sebuah kamar hotel di Roma. Di depan para petinggi Angkatan Udara Israel, Redfa setuju untuk membelot dan menerbangkan sebuah MiG-21 ke Israel. Dia memberi syarat khusus, orang tua, istri, anak dan saudara-saudaranya harus dibawa keluar dari Irak untuk keselamatan mereka.

"Redfa juga setuju menerima bayaran 1 juta dolar," tulis Ian Black dan Benny Morris dalam buku Israel's Secret Wars: A History of Israel's Intelligence Services yang terbit tahun 1994.

Misi Rahasia Mossad

Pertengahan tahun 1966, Munir Redfa dipindahkan ke Pangkalan Udara Rashid dekat Baghdad. Kondisi ini diangap ideal karena jaraknya lebih dekat ke Israel. Misi pun mulai dijalankan.

Agen Mossad menyusup ke Baghdad. Mengeluarkan satu per satu keluarga Redfa keluar Irak. Mereka diterbangkan dengan alasan harus berobat ke luar negeri. Beberapa diskenariokan berwisata ke Eropa.

"Redfa sendiri diundang ke Israel untuk melihat pangkalan udara tempatnya nanti mendarat."

 

Yang menarik, Redfa tak pergi sendiri. Seorang agen wanita Mossad menemani pilot Irak ini ke Paris lalu terbang ke Israel dengan identitas palsu.

Di Israel, Redfa bertemu Komandan AU Israel Jenderal Motti Hod. Dia mendapat jaminan akan misi pembelotan tersebut dan keselamatan keluarganya.

MiG-21 Membelot

Kesempatan emas itu datang beberapa bulan kemudian. Redfa mengontak pihak Israel mengabarkan akan menjalankan misi terbang dengan bahan bakar yang cukup untuk jarak 900 km.

Pada 16 Agustus 1966, Pesawat MiG-21 buatan Blok Timur itu melesat meninggalkan Pangkalan Udara Rashid. Bukannya menjalankan misi, Redfa membelokan pesawatnya melewati wilayah udara Yordania.

Aksi ini sebenarnya terekam radar AU Yordania. Namun AU Yordania malah mengontak AU Suriah menanyakan apakah yang melesat itu pesawat milik Suriah? AU Suriah menjawab kemungkinan itu pesawat tempur mereka yang sedang melakukan latihan. Pesawat MiG Irak yang dipiloti Redfa pun terbang mulus hingga memasuki wilayah udara Israel tanpa gangguan.

Di langit Israel, MiG-21 itu dipandu oleh dua jet tempur Mirage milik AU Israel. Dengan bahan bakar yang tipis, Redfa berhasil mendaratkan pesawatnya di wilayah Israel.

Israel juga berhasil menyelundupkan sisa keluarga Redfa keluar dari Irak. Berkedok piknik, mereka dibawa ke Israel lewat Iran dengan mobil van.

Kemenangan Besar Israel

  1. Diamond disebut sebagai salah satu operasi intelijen paling sukses dalam sejarah Israel. MiG-21 yang diselundupkan Redfa segera dipelajari oleh Angkatan Udara Israel. Mereka segera mengetahui dengan pasti kekurangan dan kelebihan pesawat tersebut. Pilot-pilot Israel diajari berduel dengan MiG di udara. Bagaimana menghentikan manuver pesawat supersonic tersebut dan menembaknya jatuh.

Dalam sebuah pertempuran udara yang terjadi kemudian, jet Mirage Israel berhasil menembak jatuh enam MiG-21 milik Suriah. Tanpa kerugian satu pesawat pun di pihak AU Israel.

Informasi akurat soal MiG ini juga memungkinkan Israel menaklukkan angkatan udara negara-negara Arab saat perang enam hari.

Pesawat itu juga dikirimkan ke Amerika Serikat, sekutu dekat Israel untuk uji coba dan penelitian. Di tengah persaingan senjata era perang dingin, tentu ini sangat menguntungkan Blok Barat.***