Hasil Studi Anak Kerap Main Video Game Memicu Hal Mematikan Ini,  Apa Itu? Waspada Bun

Ilustrasi (Dok:Net)

 JAKARTA (SURYA24.COM) Video game telah menjadi salah satu bentuk hiburan yang populer di kalangan anak-anak. Kemajuan teknologi dan ketersediaan perangkat video game yang semakin mudah diakses telah membuat anak-anak semakin terlibat dalam aktivitas ini. Belakangan dari hasil studi menyebutkan bahwa  kegiatan itu menjadi pemicu seangan jantung.

Meskipun video game dapat memberikan pengalaman menyenangkan dan bahkan mendidik dalam beberapa kasus, terlalu banyak waktu yang dihabiskan dalam bermain video game dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan anak-anak. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi akibat kebiasaan bermain video game berlebihan pada anak-anak:

Gangguan pada Kesehatan Fisik

Bermain video game yang berkepanjangan dapat mengakibatkan anak-anak menjadi kurang aktif secara fisik. Mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar, yang mengakibatkan kekurangan aktivitas fisik dan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas, gangguan postur, dan kelemahan otot. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat berdampak negatif pada perkembangan motorik anak.

 Gangguan pada Kesehatan Mental

Bermain video game yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental anak-anak. Mereka mungkin menjadi terisolasi sosial, kurang berinteraksi dengan teman sebaya, dan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk kegiatan di luar ruangan. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, terlalu banyak terpaku pada dunia virtual video game juga dapat mengganggu perkembangan kreativitas dan imajinasi anak.

Gangguan pada Kualitas Tidur

Kebiasaan bermain video game hingga larut malam dapat mengganggu pola tidur anak. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar video game dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Akibatnya, anak-anak mungkin mengalami kesulitan tidur atau tidur yang tidak berkualitas. Kekurangan tidur dapat berdampak negatif pada konsentrasi, kinerja akademik, dan kesehatan secara keseluruhan.

Pengaruh terhadap Perilaku Agresif

Beberapa jenis video game mengandung adegan kekerasan dan konten yang tidak sesuai dengan usia anak-anak. Paparan berlebihan terhadap kekerasan dalam video game dapat mempengaruhi perilaku anak-anak, membuat mereka cenderung lebih agresif dan kurang sabar dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan guru di sekolah.

Penurunan Prestasi Akademik

Terlalu banyak waktu yang dihabiskan dalam bermain video game dapat mengganggu fokus dan konsentrasi anak-anak pada tugas-tugas akademik. Anak-anak mungkin lebih memilih bermain video game daripada melakukan pekerjaan rumah, membaca, atau belajar. Akibatnya, prestasi akademik anak-anak dapat menurun karena kurangnya waktu dan upaya yang mereka alokasikan untuk kegiatan belajar. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas, atau mengikuti pembelajaran di sekolah.

Ketagihan dan Ketergantungan

Beberapa anak dapat mengembangkan kecanduan atau ketergantungan pada video game. Mereka mungkin merasa sulit untuk menghentikan bermain, bahkan ketika mereka seharusnya melakukan kegiatan lain atau saat sudah melewati batas waktu yang ditentukan. Ketergantungan pada video game dapat menyebabkan anak-anak mengalami kesulitan mengatur waktu, menjaga keseimbangan antara kegiatan online dan offline, serta mengalami gangguan pada kehidupan sehari-hari.

Penurunan Interaksi Sosial

Bermain video game yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan anak-anak dalam berinteraksi secara sosial. Mereka mungkin lebih memilih untuk bermain sendiri di dunia virtual daripada berinteraksi dengan teman sebaya di dunia nyata. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial, kemampuan komunikasi, dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Penting untuk diingat bahwa dampak negatif bermain video game pada anak-anak terutama terjadi ketika aktivitas ini dilakukan secara berlebihan dan tanpa pengawasan yang tepat. Orang tua dan pengasuh memiliki peran penting dalam mengatur waktu bermain video game anak-anak, memilih game yang sesuai dengan usia dan konten yang positif, serta memastikan keseimbangan antara kegiatan fisik, akademik, sosial, dan bermain video game.

Dengan pengawasan yang tepat dan pengaturan yang bijaksana, anak-anak dapat menikmati manfaat positif dari bermain video game tanpa mengorbankan perkembangan kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka.

Memicu Serangan Jantung

Serangan jantung umumnya dikenal sebagai kondisi yang menyerang orang dewasa atau lanjut usia. Namun ternyata, penelitian membuktikan anak-anak bisa terkena gangguan ini akibat bermain game. Jake Gallagher (16) seorang remaja Inggris dilaporkan meninggal dunia pada 2013 setelah terkena serangan jantung saat bermain Xbox. 

Dailymail memberitakan, Gallagher saat itu sedang terlalu bersemangat saat bermain video game Sonic The Hedgehog di rumah sang nenek di Dunstable, Bedfordshire, Inggris pada April 2013.

 "Sonic The Hedgehog adalah favoritnya. Dia terlalu bersemangat, melompat-lompat, berteriak ke layar," kata ibunya, Sarah Pyatt (46). 

Tiba-tiba, remaja yang mengidap gangguan saraf Sindrom Asperger itu pingsan karena serangan jantung. Dia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Umum Watford. Dokter menyatakan otak Gallagher kekurangan oksigen. Dua hari kemudian, ia dinyatakan mati otak akibat gangguan detak jantung Sindrom Kematian Aritmia Mendadak (SADS). 

Dikutip dari kompas.com kematian Jake Gallagher akibat serangan jantung bisa jadi muncul karena kondisi jantungnya tidak sehat. Namun ternyata, sebuah penelitian membuktikan anak-anak memang berpotensi terkena serangan jantung setelah bermain game.

 Penelitian yang dilakukan Dilansir dari Webmd, tim peneliti asal Australia menemukan bahwa 22 anak dan remaja yang kehilangan kesadaran saat bermain game mengalami masalah jantung. Sembilan belas anak laki-laki usia 7 hingga 16 tahun mengalami detak jantung tidak teratur atau aritmia ventrikel. Enam anak mengalami serangan jantung dan empat lainnya meninggal mendadak.

 Mereka juga menemukan mayoritas anak tersebut belum pernah terdiagnosis mengidap masalah jantung. 

“Anak-anak yang tiba-tiba kehilangan kesadaran saat bermain game elektronik harus diperiksa oleh spesialis jantung karena ini bisa menjadi tanda pertama dari masalah jantung yang serius," jelas pemimpin penelitian ini, Claire M. Lawley.

Peneliti lainnya, Christian Turner menyatakan temuan ini bukan termasuk risiko yang besar. Meski begitu, ia menyarankan orang tua memantau kalau anak-anak terlihat stres saat bermain video game. 

Contohnya, anak yang tiba-tiba pingsan saat terlalu gembira. Ini bisa menandakan kondisi jantung yang membahayakan nyawa. “Anak-anak yang bermain game secara elektronik tidak memiliki risiko yang lebih besar daripada berolahraga di sekolah atau aktif secara fisik," katanya. 

Namun, saat anak pingsan atau kejang, mereka harus segera diperiksa oleh dokter. Daniel Sohinki dari Departemen Kardiologi, Universitas Augusta di Georgia, AS mengungkapkan stres secara mental atau fisik dapat merangsang sistem kardiovaskular yang berbahaya bagi para pemain game dan atlet olahraga tradisional.

 "Baik itu kegembiraan mental atau aktivitas fisik, itu adalah sesuatu yang meningkatkan detak jantung Anda dan meningkatkan stimulasi ke sistem kardiovaskular," ujarnya. 

Hal yang sama juga berlaku untuk aktivitas menegangkan lainnya, seperti menonton film horor atau pertandingan olahraga seru yang membuat jantung berdetak lebih kencang. Dia mencatat bahwa temuan ini menunjukkan game elektronik tidak lebih aman untuk anak-anak dengan masalah jantung daripada olahraga tradisional. Sohinki berpendapat bahwa anak yang bermain game perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan, terutama mereka yang memiliki risiko gangguan pada jantung.***