DUH Ibu Hamil Melahirkan di Bawah Puing Bangunan: Kata Korban Gempa Turki Rasa Takut yang Kami Alami Sama Seperti Menghadapi Hari Kiamat

(Dok:©Screengrab Video Twitter)

JAKARTA (SURYA24.COM) JAKARTA - Banyak cerita pilu dari Turki dan Suriah setelah gempa dahsyat mengguncang pada Senin pagi. Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo itu menelan ribuan korban jiwa di kedua negara.

Proses pencarian dan evakuasi korban yang masih terjebak reruntuhan bangunan yang ambruk masih berlangsung.

Dikutip dari merdeka.com, dilaporkan di kota Aleppo, Suriah, seorang perempuan melahirkan saat terjebak di bawah puing-puing bangunan yang ambruk. Seorang pengguna Twitter mengunggah sebuah video terkait kejadian tersebut.

Seorang perempuan yang identitasnya belum diungkapkan itu ditemukan meninggal. Namun bayinya ditemukan dan selamat, dikutip dari laman Greek City Times, Selasa (7/2).

Di kota Kahramanmaras, Turki, salah satu kota yang paling terdampak gempa, tim evakuasi berusaha menyelamatkan seorang perempuan 24 tahun yang terjebak di bawah puing-puing selama 27 jam.

Proses evakuasi dan pencarian mengalami kendala karena hujan deras dan salju di Turki selatan dan Suriah utara, membuat kondisi daerah tersebut sangat dingin.

Di Gaziantep, Turki, lokasi gempa pertama, suhunya bisa mencapai 4-6 derajat Celsius pada siang hari dan minus 7 derajat Celcius bahkan sampai minus 15 derajat Celcius pada malam hari di daerah dan desa di dekat pegunungan.

Pejabat di Badan Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan Turki (AFAD), Orhan Tatar mengatakan, jumlah korban tewas telah mencapai 3.381 orang. Korban luka sebanyak 20.426, dan bangunan yang hancur sebanyak 5.775 unit. Total korban tewas di Suriah dan Turki menjadi 4.890.

AFAD menyampaikan, 2.660 personel dari 65 negara dikerahkan untuk membantu upaya pencarian dan evakuasi. Bersama dengan tim SAR Turki, kini ada 13.740 orang yang ditugaskan di daerah bencana. Mereka menggunakan 629 unit derek atau alat berat dan 360 kendaraan.

Seperti Menghadapi Hari Kiamat

 

 

Sesaat sebelum fajar, guncangan dahsyat membuat Muhammad Alloush tersentak tidur nyenyaknya.

"Rumah kami terombang ambing seperti ombak di laut," kenang pria 60 tahun itu.

Dikutip merdeka.com, Alloush adalah pengungsi dari kota Homs, Suriah dan saat ini tinggal di Sarmada, kota yang dikuasai oposisi di dekat perbatasan Suriah dengan Turki.

Pada Senin pukul 04.17, gempa berkekuatan 7,8 magnitudo mengguncang Turki selatan dan Suriah barat laut, menyebabkan kehancuran dan kematian yang meluas. Sejauh ini dilaporkan ribuan orang tewas dan ribuan lainnya terluka baik di Turki maupun Suriah.

"Saat kami menyelamatkan diri dari rumah, rumah itu mulai roboh," ujar Alloush, ayah delapan anak kepada Al Jazeera.

"Tangan saya luka tertimpa puing saat saya melindungi cucu saya, itu membuat kami telat keluar rumah dan saya mengalami luka ringan lainnya," lanjutnya.

Berurai air mata, Alloush mengatakan dua anggota keluarganya yang tinggal di bangunan yang sama tidak bisa melarikan diri ke luar rumah tepat waktu.

"Saya harap tetangga-tetangga saya akan terselamatkan," harapnya.

"Rasa takut yang kami alami sama seperti menghadapi hari kiamat."

Getaran dahsyat gempa memaksa warga di seluruh daerah Idlib dan pinggir kota Aleppo mengungsi di pinggir jalan dan lapangan umum di tengah kondisi cuaca yang sangat dingin.

Anak-anak, perempuan, dan orang tua tidur beratapkan langit tanpa pemanas yang melindungi mereka dari dingin yang membekukan. Sementara warga laki-laki muda membantu tim SAR menemukan penyintas di bawah puing-puing bangunan yang ambruk.

 

Anggota Pertahanan Sipil Suriah atau White Helmets, kelompok penyelamat yang beroperasi di wilayah Suriah yang dikuasai oposisi, mengatakan infrastruktur yang ada di kawasan barat laut sebelumnya telah porak poranda oleh pengeboman yang tanpa henti.

"Tim kami sedang berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk. Lebih dari 33 bangunan benar-benar hancur dan 272 lainnya hancur sebagian, sedangkan ribuan lainnya strukturnya tidak kuat," jelas relawan SAR, Ismail Abdullah, kepada Al Jazeera.

Rumah sakit penuh

Rumah sakit di daerah yang terdampak gempa juga kebanjiran pasien korban gempa.

"Di rumah sakit SAMS, kami merawat lebih dari 550 orang yang terluka akibat terkena puing rumah yang hancur, dan kami menerima mayat 120 orang," jelas Direktur Lapangan Syrian American Medical Society (SAMS), Dr Osama Abu el-Ezz.

Abu el-Ezz memperkirakan jumlah korban luka akan terus bertambah karena proses pencarian dan evakuasi masih terus berlanjut. Karena dia berharap bisa meningkatkan kapabilitas rumah sakit untuk merawat korban.

"Di tengah badai musim dingin dan krisis biaya hidup yang belum pernah terjadi sebelumnya, sangat penting bagi warga Suriah tidak dibiarkan menghadapi dampaknya sendiri," jelas Dewan Pengungsi Norwegia dalam pernyataannya.

Dewan ini juga memperingatkan bencana ini dapat memperburuk kondisi kehidupan populasi Suriah yang sebelumnya tengah berjuang menghadapi dampak perang 12 tahun.

"Jutaan orang telah terpaksa melarikan diri karena perang di kawasan yang lebih luas dan sekarang semakin banyak yang akan mengungsi karena bencana." ***