Tali Pusar Masih Nyambung dengan Ibunya yang Meninggal Bayi Baru Lahir Selamat dari Timbunan Puing-puing Rumah: Update Gempa Turki 11.200 Orang Meninggal

Bayi Menjadi Korban Gempa Turkiye(Dok: Alsayed)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Seorang bayi perempuan ditemukan selamat dan ditarik keluar dari puing-puing sebuah rumah karena gempa besar pada Senin (6/2/2023).

Dikutip dari The Guardian, kejadian tersebut diketahui terjadi di Suriah utara, tepatnya Kota Jindayris pada Selasa (7/2/2023). Bayi tersebut adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya.

Dikutip dari kompas.com, kisah penyelamatannya begitu pilu karena bayi yang tertimbun reruntuhan saat tali pusarnya masih menyambung dengan sang ibu yang sudah meninggal dunia.

Kisah penyelamatan bayi

Paman dari bayi tersebut, Khalil al-Suwadi mengatakan bahwa ia mendengar suara dari puing-puing rumah yang hancur saat sedang dalam proses pencarian korban.

“Kami mendengar suara saat sedang menggali,” Ucap al-Suwadi.

 

Tali pusar bayi itu masih menyambung dengan sang ibu yang sudah meninggal. “Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar, sehingga kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit,” lanjutnya.

Video tersebut merekam seorang pria membawa bayi mungil yang tertutup debu dari puing-puing bangunan yang hancur.

Bayi itu dibawa untuk dirawat di rumah sakit di kota Afrin. Sementara keluarga lainnya mencari dan menyelamatkan jenazah keluarga dekat dari bayi tersebut yang berisi ayah, ibu, empat saudara kandung, dan seorang bibi.

Luka memar dan hipotermia

Tim SAR terus berupaya menyelamatkan dan mencari para korban gempa di Turki dan Suriah bermagnitudo 7,8 yang mengguncang pada Senin (6/2/2023).

Dikutip dari BBC, bangunan tempat tinggal keluarganya adalah salah satu dari sekitar 50 bangunan yang hancur akibat gempa tersebut.

Dokter anak Hani Maarouf mengatakan, bayi itu tiba di rumah sakitnya dalam kondisi buruk dengan beberapa memar dan luka di sekujur tubuhnya.

Maarouf juga mengatakan bahwa bayi itu mengalami hipotermia karena cuaca yang sangat dingin.

“Dia juga datang dengan hipotermia karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium,” tutur Maarouf.

Saat ini, bayi tersebut berbaring di inkubator dan terhubung dengan infus.

11.200 Orang Meninggal

Sementara itu korban jiwa akibat gempa Magnitudo (M) 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah saat ini telah bertambah menjadi lebih dari 11.200 orang. Angka terbaru pada Rabu (8/2) ini disampaikan seiring tim penyelamat terus berjuang untuk menyelamatkan para korban yang terjebak di bawah puing-puing bangunan, di tengah musim dingin yang ekstrem.

Dilansir kantor berita AFP, Rabu (8/2/2023), para pejabat dan petugas medis mengatakan bahwa sejauh ini sebanyak 8.574 orang tewas di Turki dan 2.662 orang tewas di Suriah akibat gempa dahsyat tersebut, sehingga totalnya menjadi 11.236 orang.

Dikutip dari detik.com, Pesiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan sebanyak 13 juta dari 85 juta penduduk negara itu terkena dampak gempa (M) 7,8. Dia telah mengumumkan keadaan darurat di 10 provinsi. Otoritas Turki mengatakan bahwa sekitar 380.000 orang mengungsi di tempat-tempat penampungan pemerintah atau hotel-hotel.

Ribuan bangunan roboh, rumah sakit dan sekolah hancur serta puluhan ribu orang terluka atau kehilangan tempat tinggal di beberapa kota Turki dan Suriah akibat gempa M 7,8. Gempa itu disebut paling mematikan di Turki sejak tahun 1999.

Cuaca musim dingin yang ekstrem juga menghambat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan. Kondisi ini membuat keadaan korban gempa semakin menyedihkan. Beberapa daerah bahkan sudah kehabisan bahan bakar dan warganya hidup tanpa listrik.

Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu memperingatkan bahwa 48 jam ke depan akan menjadi 'momentum kritis' dalam pencarian korban. Hal itu dikarenakan suhu hampir di atas titik beku.

Di Suriah, upaya bantuan juga terhambat oleh perang yang sedang berlangsung dan isolasi wilayah yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan, yang dikelilingi oleh pasukan pemerintah yang didukung Rusia. Suriah sendiri masih berada di bawah sanksi-sanksi Barat yang terkait dengan perang.

Gempa Magnitudo 7,8 terjadi pada Senin (6/2) pukul 04:17 waktu setempat di kedalaman 17,9 kilometer, dekat kota Gaziantep, Turki. Selang 12 jam kemudian, gempa kedua yang hampir sama besarnya mengguncang 130 kilometer ke utara.

Pemerintah Turki mengumumkan tujuh hari masa berkabung untuk menghormati para korban meninggal. Upaya penyelamatan terhambat oleh badai salju musim dingin yang menutupi jalan-jalan utama dengan es dan salju. Para pejabat setempat mengatakan gempa membuat tiga bandara utama di daerah itu tidak dapat beroperasi, sehingga mempersulit pengiriman bantuan vital.***