Dulu Berseteru Kini Saling Dukung, Jokowi dan Prabowo Ada Permainan Apa? Kata Pengamat Digerogoti LBP hingga Bahlil Bukti Golkar Tak Bisa Diremehkan

Ketum Gerindra, Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo/Net/rmol

JAKARTA (SURYA24.COM)- Menjelang purnatugas, Presiden Joko Widodo dianggap kehilangan zona nyamannya. Sosok yang akrab disapa Jokowi itu dipandang lebih nyaman di lingkaran relawan dibandingkan dengan PDI Perjuangan.

Analis politik Hendri Satrio menuturkan, ada sejumlah alasan yang membuat Jokowi lebih nyaman dengan relawan daripada dengan partai yang telah membesarkan namanya.

"Karena di PDIP semuanya wajib tegak lurus dengan Ibu Megawati Soekarnoputri, Ketum. Sementara di relawan, tegak lurus ke Joko Widodo," kata Hensat, sapaan akrabnya, dikutip Redaksi dari akun Instagramnya, seperti dilansir Kantor Berita Politik rmol.id, Selasa (25/7).

Selanjutnya, Jokowi juga dinilai Hensat lebih nyaman dengan bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, dibanding bakal capres PDIP Ganjar Pranowo.

Founder Lembaga Survei KedaiKOPI itu melihat antara Jokowi dan Prabowo memiliki kedekatan emosional. Sehingga tidak heran kalau keduanya terlihat semakin mesra.

"Antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo ada permainan apa sih? Pemilu berseteru, lalu bersama-sama, terus dukung mendukung. Ini ada permainan apa?" pungkasn

Bukti Golkar Tak Bisa Diremehkan

Dibagian lain, kondisi internal Partai Golkar yang tengah digerogoti orang dalam, dinilai sebagai wujud kekhawatiran pihak yang saat ini berkuasa kalau partai beringin bakal mengganggu upaya mereka mempertahankan kekuasaan.

"Airlangga Hartarto (Ketum Partai Golkar) diyakini juga akan digerogoti di internalnya," ujar pengamat politik Citra Institute, Efriza, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/7).

Dia menjelaskan, Partai Golkar di bawah pimpinan Airlangga membuat Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) hingga Bahlil Lahadalia ketar-ketir. Sebab jelang Pilpres 2024, Menko Perekonomian itu menunjukkan kekecewaannya kepada rezim dengan manuver yang tak bisa dianggap enteng.

"Diyakini kekecewaan Airlangga sebagai pimpinan Partai Golkar kepada Pemerintah, ditengarai karena Pemerintah dan PDIP telah mempermalukan Airlangga dengan wacana koalisi besar digagalkan," tuturnya.

Dalam pengamatan Efriza, penjegalan pemerintah dalam pembentukan Koalisi Besar karena PDIP telah mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres. Dan telah membuat PPP yang notabene anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar dan PAN, ikut mendukung Ganjar.

"Ini dilakukan untuk menunjukkan Golkar partai besar, peringkat ketiga, pernah memerintah lama di Republik ini, sehingga tidak bisa dilecehkan dengan terombang-ambing tanpa kejelasan," demikian Efriza.***