Ini Rahasia Sukses Menarik dan Mempertahankan Reseller Berikut 4 Kunci Sukses Berbisnis Waralaba

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)-  Reseller memiliki peran penting untuk ikut memajukan sebuah bisnis. Dengan adanya reseller, sebuah produk bisa dikenal secara luas oleh masyarakat sehingga berpotensi meningkatkan jumlah penjualan dan brand awareness. Di hari pertama DBS Treasures - Indonesia Womenpreneur Conference 2023, yang berlangsung Selasa-Rabu (11-12/7/2023) lalu di Multifunction Hall, Plaza Indonesia, Jakarta Selatan, digelar Kelas Inspirasi dengan topik menarik, “Cara Untung Jadi Reseller.” 

Mengutip femina.co.id, kelas ini mengundang dua pembicara wanita wirausaha sukses yang brand-nya sangat populer di dunia F&B, yakni Christine Tanuwidjaja, pemilik brand Broth & Co, serta Rr Ina Wiyandini, pemilik Ina Cookies. Mereka bercerita perjalanannya membangun produk mereka, hingga menjadi produk yang dicari dan memiliki die hard fans yang siap menunggu produk ini. Dan begitupun para reseller produk ini yang berdedikasi, memiliki sense of ownership tinggi terhadap produk. Apa rahasia keduanya? 

Kekuatan Produk Juara

Bone broth berbeda dengan kaldu biasa sebab proses memasaknya menggunakan metode slow cook dan lama, bisa 24-48 jam. Dengan demikian, kandungan nutrisinya benar-benar terjaga. Perjalanan Broth &Co diawali dari kondisi autoimun Christine. Ia merasakan sendiri, dengan pola makan sehat tubuhnya membaik. Kedua, waktu ia merawat mamanya yang kena kanker. Makanan yang seharusnya untuk menopang keseharian, tiap habis makan selalu muntah. Bone broth ia buat dengan tujuan agar orang yang sensitif dengan kesehatannya bisa terbantu. 

Christine merintis Broth & Co sejak 2017. Ia terus mengikuti berbagai pelatihan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk. Pelatihan seperti sertifikasi halal, Good Manufacturing Practice (GMP) & Hazards Analysis Critical Control Point (HACCP), pernah ia ikuti.  “Saya berkomitmen, apa pun yang saya buat harus mendatangkan kebaikan. Saya diberi konsumen yang punya kondisi kesehatan, dari yang sesimpel batuk pilek sampai kanker. Untuk itu, kualitas produk harus terus ditingkatkan setiap harinya,” jelas Christine, yang mengatakan, sertifikasi-sertifikasi itu menjadi kewajibannya. Sejalan dengan visi Christine, yakni menjadi produsen F&B yang mementingkan food safety atau keamanan pangan, kualitas, proses yang baik dan benar, serta produk yang dapat membantu tubuh lebih sehat lewat hadirnya sebuah nutrisi. 

Ina Cookies juga tak kalah juara. Dirintis sejak tahun 1992 dari dapur rumah, sekarang telah memiliki pabrik dengan jumlah karyawan sebanyak 700 orang. Total varian yang ditawarkan sejumlah 300 jenis kukis. Ina, sosok di balik Ina Cookies, mengatakan, ia sangat memperhatikan kualitas bahan baku yang digunakan. “Kukis saya tidak menggunakan bahan pengawet. Dari telur sampai nanas, semua bahan terpercaya,” kata Ina, yang sekarang sudah mendelegasikan operasional kukis ke generasi kedua. Sejak dulu, Ina Cookies dikenal tak pernah berhenti berinovasi. Selalu muncul rasa dan varian baru, yang semuanya diberi nama, seperti Putri Dagu, Putri Voula, dan sebagainya. 

Seleksi Ketat Reseller

Hingga saat ini, reseller Broth & Co terbentang di 17 kota, terjauh di Makassar dan Manado. Christine membatasi jarak wilayah reseller, karena produk dikirim menggunakan pesawat dalam waktu maksimal 24 jam. Christine memastikan, para reseller juga harus menjamin produk aman. “Saya punya QC khusus mengenai SOP. Diambil jam berapa. Sampai di rumah harus foto, ukur suhu. Jangan sampai konsumen kecewa. Apalagi produk saya termasuk kategori risiko tinggi.” 

Bagaimana ia memilih reseller? Christine cukup selektif dalam hal ini. Ia memastikan reseller adalah konsumen produknya. Reseller merasakan sendiri manfaat bone broth buat diri mereka, anak, dan keluarganya. “Syarat untuk jadi reseller Broth & Co mereka harus loyal ke konsumen. Mereka punya testimoni. Saya bisa cek histori pemesanan.” Hal ini bertujuan agar reseller betul-betul memahami produk. 

Chrstine mengatakan, ada 17 tahap untuk jadi reseller. Setelah melewati 3 tahap, mereka harus menjalani masa percobaan 3 bulan. “Saya mau siapa pun yang jadi reseller, mereka happy melakukannya. Ini bentuk tanggung jawab ke konsumen. Jangan sampai saya ganti-ganti reseller.” Christine pernah menolak permintaan reseller, karena ditemukan ada kecurangan. “Buat saya, kepercayaan itu mahal. Mending reseller sedikit tapi mereka sayang sama produk dan sayang sama konsumen.” 

Di Ina Cookies, dari yang awalnya hanya punya 1 distributor, sekarang jaringannya tersebar ke 2.000 reseller di seluruh Indonesia. Ina tak muluk-muluk, ia berharap reseller memiliki value yang sama dengan Ina Cookies, yakni RAHMAT, kepanjangan dari respect (saling menghormati), action (suka bertindak), hospitality (keramahtamahan), memorably (tidak mudah terlupakan), agile (gesit dan cerdas), trustworthy (terpercaya). Syarat untuk menjadi reseller, Ina menyingkatnya dengan istilah JUSKOKI. Kepanjangan dari jujur, ulet, sabar, komitmen, optimis, komunikatif, dan ikhlas. 

Tip Mempertahankan Reseller

Tidak gampang untuk menjadi reseller Broth & Co, namun demikian, mereka yang sudah berkomitmen, Christine siap memberi support. Jika di satu kota sudah ada reseller, maka tim pusat tidak akan mengirim ke kota tersebut.  “Reseller bukan ladang, tapi konsumen saya. Mereka sangat membantu perpanjangan tangan ke konsumen. Saya bersyukur mereka mau ada dalam Broth & Co, dan hebatnya meerka punya konsep dan visi misi sama.” 

 

Kenapa reseller bisa loyal? Ina berbagi rahasia, ia rutin membuat program reward. Setiap tahun ia memberi insentif umroh bagi reseller yang berhasil menjual 3 ribu lusin. Selain ke Mekkah, Ina juga memberi reward ke Turki, Korea, hingga Eropa. Terakhir, Ina Cookies memberangkatkan 22 reseller ke Eropa. 

Sebagai pemilik brand, Ina aktif mencari info pameran. Ina tak segan-segan mengajak para reseller-nya untuk pameran. “Agen-agen itu merasa senang, karena saya aktif memasarkan.” Ina juga tak pelit berbagi ilmu. Ia rajin memberi training dan sharing bagi para reseller, baik via online maupun reseller yang datang berkunjung ke pabrik Ina Cookies di Sukapada, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat.

4 Kunci Sukses Berbisnis Waralaba

Bicara tentang tren bisnis 2022, Yuswohady, Managing Partner Inventure dan pakar marketing, menyebutkan bahwa kedepannya model bisnis individual entrepreneur akan semakin berkembang. “Perusahaan yang skalanya individu, karyawannya tidak besar, tapi tidak kalah dengan korporasi besar. Digitalisasi telah memungkinkan bisnis jenis ini berkembang pesat. Ini menguntungkan bagi wanita, yang selalu menghadapi tantangan bekerja sekaligus mengurus keluarga,” ungkap Yuswohady. 

 

Penulis buku berjudul COOL+AGILE Brands ini menyebutkan beberapa contoh individual entrepreneur sukses yang berhasil membangun kerajaan bisnis. Seperti Rans Entertainment yang didirikan selebriti Raffi Ahmad dan istrinya Nagita Slavina dan MS Glow brand kecantikan yang dibangun oleh duet selebgram dan pengusaha Maharani Kemala dan Shady Purnamasari. 

“Awalnya mereka content creator via YouTube, reseller produk kosmetik, yang akhirnya menjadi besar karena community base. Mereka ini individual entrepreneur yang memanfaatkan digital sebagai enabler untuk mengumpulkan massa dan menciptakan bisnis,” jelasnya seperti dilansir femina.co.id. 

Ia memprediksi tahun 2022, akan lebih banyak muncul stay at home business yang dijalankan wanita. “Tren global resignation diprediksi terjadi di negara-negara maju ketika pandemi pulih. Banyak yang tidak mau kembali kerja di kantor, terutama wanita, karena ketika work from home, manajemen rumah bisa tertangani dan balance. Mereka mulai bergeser menjadi entrepreneur yang base on home business," katanya. 

Untuk scaling up, menurut Yuswohady, rumus bisnis yang ampuh adalah membangun komunitas. “Pattern yang paling aman adalah dengan community base atau mengumpulkan massa. Ketika ‘customer’ terbentuk, baru mulai membuat produk. Atau produknya sudah ada, lalu membangun basic konsumen yang kuat dan pengembangan produk.”

“Inilah kekuatan bisnis di era digital. Kalau dulu orang bisa menggunakan infrastruktur yang besar, sekarang dengan media sosial yang gratis, lalu menarik massa lewat konten,” tambahnya. 

Yang menarik dari model bisnis ini menurut Yuswohady, ketika base community sudah terbentuk, seorang individual entrepreneur tidak harus memproduksi semua produknya sendiri, tapi bisa mengembangkan portofolionya melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. “Jadi, kolaborasi menjadi semakin penting di masa depan.”

Dalam buku COOL+AGILE Brands Yuswohady menyebutkan triple disruption yang terjadi selama 5 tahun terakhir. yaitu digital disruption, millenial disruption, dan pandemic disruption telah memunculkan era keemasan baru. Ada tiga jenis usaha yang dapat bertahan di masa tersebut: The Digital, yaitu brand yang mengandalkan kapabilitas digital untuk memenangkan persaingan, The Creatives, yaitu brand yang adaptasinya tinggi tapi tak mengandalkan kapabilitas digital, dan The Agiles yaitu brand yang kemampuan adaptasi maupun digitalisasinya excellent sehingga sangat tangguh bersaing di pasar.***