Benarkah Elon Musk Bohong Soal Kematian Monyet dalam Uji Neuralink? Dicari Sukarelawan untuk Uji Coba Penanaman Chip pada Otak Manusia Berminat?

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM) - Neuralink Corporation, perusahaan yang didirikan oleh pengusaha teknologi terkenal Elon Musk, telah menjadi salah satu topik yang paling hangat diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan ini memiliki tujuan ambisius, yaitu menghubungkan otak manusia langsung ke komputer dan perangkat lainnya melalui teknologi implantasi saraf yang canggih. Uji coba Neuralink telah menjadi bagian penting dari pencapaian ini.

Apa Itu Neuralink?

Neuralink adalah perusahaan yang berfokus pada pengembangan teknologi antarmuka otak-mesin (brain-machine interface, BMI). Tujuan utama Neuralink adalah untuk memungkinkan manusia untuk terhubung secara langsung dengan komputer dan perangkat lainnya melalui implantasi saraf yang sangat canggih. Proyek ini memiliki potensi untuk mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi dan bahkan meningkatkan kemampuan otak manusia.

Uji Coba Neuralink

Uji coba Neuralink merupakan salah satu tahap kunci dalam pengembangan teknologi ini. Elon Musk dan timnya telah melakukan serangkaian uji coba pada hewan, terutama tikus dan monyet, untuk menguji efektivitas dan keamanan teknologi ini sebelum menggunakannya pada manusia.

Pada awalnya, uji coba Neuralink dilakukan dengan memasang implant pada otak hewan percobaan. Implant ini terhubung ke perangkat luar melalui kabel yang mengirimkan dan menerima sinyal otak. Dengan bantuan teknologi ini, hewan-hewan tersebut dapat mengendalikan komputer, permainan, atau perangkat lain hanya dengan pikiran mereka.

Dituding Bohong

Sebuah laporan mengungkap kematian yang dialami oleh monyet dalam uji Neuralink. Laporan tersebut muncul pada hari yang sama dengan pengumuman Neuralink yang akan melakukan uji coba pertamanya pada manusia.

Dalam sebuah unggahan akun resmi X milik Neuralink, Kamis (21/9/2023) diketahui bahwa perusahaan implan otak tersebut telah membuka rekrutmen uji coba pertama mereka pada manusia.

“Kami sangat gembira mengumumkan bahwa rekrutmen telah terbuka untuk uji klinis pertama kami pada manusia!" tulis akun tersebut dilansir okezone.com.

Dilansir dari situs Mashable, Jumat (22/9/2023) pada hari yang sama dengan pengumuman tersebut, sebuah laporan yang melibatkan mantan karyawan Neuralink menjelaskan kematian yang sebenarnya dialami oleh monyet dalam uji coba implan Neuralink.

Hal ini sekaligus membantah klaim Elon Musk belum lama ini yang dianggap berbohong tentang tidak adanya monyet yang mati dalam uji perangkat implan otak milik perusahaannya tersebut. Sebaliknya, dia justru mengklaim bahwa monyet yang digunakan dalam uji Neuralink adalah monyet yang memang sudah “sekarat”.

 “Tidak ada monyet yang mati akibat implan Neuralink,” tulis Elon Musk, dalam unggahan di akun X pribadinya.

“Untuk meminimalkan risiko terhadap monyet yang sehat, kami memilih [monyet] terminal (sekarat),” sambungnya.

Lebih lanjut, laporan yang mengungkap soal kebohongan Elon Musk tersebut menjelaskan kejadian yang sebenarnya dialami para monyet dalam uji coba implan Neuralink hingga berujung kematian.

Wired, sebagaimana dikutip dalam laporannya menjelaskan beberapa catatan tentang kematian monyet yang dimulai sejak 2019 lalu. Berdasarkan catatan tersebut, pada Maret 2019, seekor monyet berakhir dengan suntikan mati karena kesehatan yang menurun setelah implan dilakukan. Otak monyet disebut mengalami pendarahan dengan bagian otak cerebralnya yang compang-camping.

Beberapa bulan kemudian, seekor monyet lain disuntik mati setelah beberapa perangkat implan putus selama operasi. Tidak sampai di situ, di waktu yang berbeda monyet lain juga mengalami hal yang sama setelah implan tengkoraknya lepas.

Di sisi lain, hal yang tak kalah mengejutkan diungkap oleh mantan karyawan Neuralink. Mereka mengaitkan klaim Elon Musk mengenai penggunaan monyet yang sudah “sekarat” dalam percobaan tersebut sebagai sesuatu hal yang konyol. Sebab, monyet dalam uji coba Neuralink itu sendiri harus melalui serangkaian tes perilaku selama 1 tahun lamanya sebelum prosedur implan dilakukan.

Sementara itu, keamanan dari uji coba Neuralink ini sendiri telah diinvestigasi sejak 2022 lalu. Terbaru, pada Mei 2023, Neuralink mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk melakukan uji coba terhadap manusia. (Chasna Alifia Sya’bana)

Cari Sukarelawan 

Dikabarkan Neuralink, perusahaan neuroteknologi milik miliarder Elon Musk, mencari sukarelawan untuk ‘uji klinis pertama pada manusia' penelitian teknologi implan chip otak.

Dilansir dari Unilad, implan chip otak ini telah melewati tahap uji coba pada hewan seperti babi dan monyet sebelumnya, tetapi belum pernah ditanamkan ke otak manusia. Perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk bersama tim tujuh ilmuwan dan insinyur itu, mengumumkan bahwa mereka telah menerima persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) untuk melakukan uji coba pada manusia awal tahun ini, tepatnya pada Mei.

Setelah pengumuman ini, mereka juga mendapatkan persetujuan dari sebuah dewan peninjau independen dan rumah sakit sebagai lokasi pertama untuk memulai rekrutmen peserta uji coba.

Dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Neuralink mengumumkan pembukaan aplikasi pada Selasa (19/9/2023) untuk orang-orang yang tertarik dalam mengikuti uji klinis pertama mereka.

Postingan tersebut menyatakan, "Kami sangat gembira mengumumkan bahwa rekrutmen telah dibuka untuk uji klinis pertama kami pada manusia! Jika Anda menderita quadriplegia karena cedera tulang belakang leher atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS), Anda mungkin memenuhi syarat. Pelajari lebih lanjut tentang uji coba kami dengan mengunjungi postingan blog terbaru kami.”

Mengutip okezone.com, dalam entri blog Neuralink, dijelaskan bahwa penelitian yang disebut "PRIME" (Precise Robotically Implanted Brain-Computer Interface) adalah sebuah uji coba perangkat medis investigasi yang inovatif untuk antarmuka otak-komputer nirkabel (BCI) yang dapat ditanamkan sepenuhnya. Uji coba ini memiliki tujuan untuk mengkaji keamanan implan (N1) dan robot bedah (R1), serta menilai fungsi awal BCI untuk memungkinkan individu dengan kelumpuhan mengendalikan perangkat eksternal dengan pikiran mereka

Selama tahap penelitian ini, robot R1 akan digunakan untuk melakukan prosedur pembedahan penempatan benang ultra-halus dan fleksibel dari Implan N1 ke wilayah otak yang mengontrol niat gerakan.

Setelah pemasangan, Implan N1 tidak dapat terlihat secara visual dan dirancang untuk merekam sinyal otak serta mengirimkannya secara nirkabel ke sebuah aplikasi yang dapat menerjemahkan niat gerakan pengguna. Tujuan awal dari antarmuka otak-komputer (BCI) ini adalah memberikan kemampuan kepada individu untuk mengendalikan kursor atau keyboard komputer hanya dengan menggunakan pikiran mereka.

Postingan tersebut menjelaskan, bahwa Studi PRIME merupakan langkah penting dalam upaya mereka untuk mengembangkan antarmuka otak yang dapat digunakan secara umum, dengan tujuan untuk memulihkan otonomi bagi individu yang membutuhkan perawatan medis khusus.

Jika Anda tertarik untuk mengetahui apakah Anda memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam uji klinis Neuralink saat ini atau di masa depan, Anda disarankan untuk bergabung dengan Pendaftaran Pasien mereka. Syarat bagi peserta adalah berusia "setidaknya 22 tahun" dan memiliki "pengasuh yang konsisten dan dapat diandalkan."

Menurut brosur PRIME, perkiraan waktu penelitian ini adalah sekira "enam tahun untuk diselesaikan," yang mencakup "kombinasi sembilan kunjungan ke klinik, baik secara langsung maupun di rumah, selama kurang lebih 18 bulan." Peserta yang terlibat akan menjalani "tindak lanjut rutin" dengan para ahli untuk memonitor perkembangan mereka dan memastikan bahwa antarmuka otak-komputer Neuralink terus berfungsi dengan baik.***