Ingin Tahu Apakah Seseorang Berbohong atau Jujur? Begini Cara Mendeteksinya

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Berbohong, tindakan yang umumnya dianggap tidak etis, telah menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan manusia. Entah itu berbohong untuk melindungi diri sendiri, menghindari konflik, atau menciptakan gambaran yang lebih baik, tindakan berbohong memiliki dampak yang kompleks pada individu dan masyarakat. 

Artikel ini akan menjelajahi psikologi di balik berbohong, jenis-jenis berbohong, serta dampaknya pada tingkat pribadi dan sosial.

Motivasi Berbohong:

Manusia sering berbohong untuk melindungi diri sendiri, menghindari hukuman, atau mendapatkan keuntungan. Motivasi dapat bervariasi dari situasi ke situasi.

Konsep Kecurangan:

Pada tingkat dasar, berbohong adalah bentuk kecurangan terhadap orang lain. Psikologi kecurangan melibatkan pertimbangan risiko dan manfaat dari tindakan tersebut. Nah untuk mengetahui seseorang berbohong atau tidak? Berikut mendeteksinya

Bahasa Tubuh dan Piihan Kata

Banyak dari kita ingin memiliki kemampuan mendeteksi kebohongan agar tidak menjadi korban penipuan, menjadi lebih percaya diri dengan naluri tentang orang lain, atau tidak mudah dimanfaatkan para pembohong. Mendeteksi kebohongan sebenarnya bisa dilakukan dengan melihat bahasa tubuh, ekspresi wajah, kebiasaan berbicara, tingkah laku, tindakan, dan reaksi orang ketika berbicara. 

Meskipun mengenali kebohongan bukan hal yang mudah, ada strategi berbasis bukti untuk mengetahui apakah seseorang berbohong. Ekspresi mikro, yaitu kedutan wajah yang singkat dan tidak disengaja sebagai respons terhadap emosi, dapat memberikan petunjuk. Selain itu, pola linguistik dapat berfungsi sebagai sidik jari bahasa untuk mengungkap kebenaran. 

“Meskipun satu kata atau frasa biasa mungkin tidak mengungkapkan banyak hal, pola linguistik yang konsisten bisa sangat membantu, menawarkan semacam ‘sidik jari linguistik’ yang mengungkapkan aspek-aspek penting dari diri kita,” kata David J. Lieberman, seorang psikoterapis, penulis Mindreader, dan pakar perilaku manusia yang telah melakukan pelatihan untuk profiler FBI, NSA, CIA, dan Departemen Pertahanan AS sebagaimana dilansir kompas.com.

Maka jika kamu ingin mengetahui cara-cara mendeteksi kebohongan dari orang-orang terdekatmu, simak pemaparan berikut. Seberapa sering orang berbohong? Sebuah penelitian yang sering dikutip pada tahun 2002 menemukan bahwa 60% dari 121 subjek telah berbohong dalam percakapan 10 menit ketika diminta untuk tampil sebagai sosok “menyenangkan” atau “kompeten”. 

Selain itu, sebuah studi tahun 2021 di jurnal Communication Monographs meneliti 116.366 kebohongan yang diceritakan oleh 632 peserta selama 91 hari berturut-turut dan menemukan bahwa 75% responden melaporkan melakukan nol hingga dua kebohongan per hari. 

Mayoritas kebohongan diucapkan oleh beberapa orang yang memang terbiasa berbohong. Selain itu, hampir 90% dari semua kebohongan masuk dalam kategori kebohongan putih (tidak ada tujuan jahat), seperti mengatakan bahwa kamu menyukai suatu hadiah padahal tidak. 

Survei YouGov pada tahun 2017 menemukan hasil serupa ketika menanyakan seberapa sering orang berbohong, tidak peduli seberapa kecil kebohongannya. Respons yang paling umum (dari 36% responden) adalah kurang dari sebulan sekali; tanggapan paling umum kedua (dari 21% responden) adalah tidak pernah. 

Mengapa sangat sulit mengetahui apakah seseorang berbohong? Bertentangan dengan kepercayaan umum, mencermati bahasa tubuh untuk mendeteksi kebohongan sering kali tidak bisa diandalkan. Bahkan respons fisiologis seperti perubahan detak jantung atau tekanan darah, yang mungkin muncul pada alat pendeteksi kebohongan tidak selalu dapat dipercaya mengingat orang yang jujur pun mungkin akan menunjukkan rasa gugup ketika dihadapkan dengan alat tersebut.

Penelitian mengungkapkan bahwa manusia mudah tertipu dalam upayanya mendeteksi kebohongan, terlepas dari keyakinan mereka terhadap kemampuan persepsinya. Pembohong bahkan mungkin menggunakan psikologi terbalik, mengadaptasi perilaku mereka untuk menghindari deteksi, sehingga tugas mengenali kebohongan menjadi lebih sulit. 

Daripada menggunakan bahasa tubuh dan mesin pendeteksi kebohongan, para ahli seperti David J. Lieberman dan Annie Sarnblad, ahli ekspresi wajah dan penulis Diary of a Human Lie Detector: Facial Expressions in Love, Lust and Lie, menekankan metode yang lebih andal untuk mengenali individu yang tidak dapat dipercaya.

 Metode itu berupa isyarat verbal dan ekspresi mikro wajah bawah sadar sebagai indikator kejujuran. Menurut Lieberman, pilihan kata dan sintaksis dapat mengungkapkan sikap, nilai, dan kondisi emosional, memberikan petunjuk mengenai kejujuran. 

Sarnblad pun menyoroti keandalan ekspresi mikro yang lebih lugas daripada bahasa tubuh dan muncul sebelum pikiran sadar sehingga sulit bagi kebanyakan orang untuk memalsukannya secara meyakinkan karena akan menimbulkan kelebihan kognitif. Baca juga: Bagaimana Kebohongan Mempengaruhi Hidup kita Cara mengetahui apakah seseorang berbohong

 Meskipun kita harus percaya pada hubungan kita, terkadang keraguan muncul tentang perilaku licik teman, pasangan, dan bahkan anak-anak kita. Untuk mengetahui apakah mereka berbohong atau tidak, lihat tanda-tanda ini. 

Kita dapat menggunakan strategi berikut untuk membantu mengetahui kebohongan yang paling umum. Namun berhati-hatilah karena salah satu dari tanda-tanda ini mungkin tidak cukup. 

Kita tetap harus melihat pola perilaku calon pembohong dan mengidentifikasi lebih dari satu tanda. 

  1. Dengarkan ekspresi berlebihan

 Penelitian menunjukkan bahwa isyarat verbal adalah salah satu indikator paling akurat bahwa seseorang berbohong, termasuk melebih-lebihkan suatu kalimat. “Deklarasi penekanan, yang disebut ekspresi berlebihan, sering kali menunjukkan manajemen kesan aktif,” kata Lieberman, yang berarti bahwa pembohong benar-benar berusaha memberikan kesan tidak bersalah. “Contohlah tersangka yang mengatakan bahwa dia ‘100% tidak bersalah’ atau ‘benar-benar yakin sepenuhnya bahwa…’ 

Orang sering kali memasukkan kata-kata seperti itu dengan maksud untuk menampilkan citra percaya diri." "Tetapi jika saya bertanya apakah kamu pernah merampok sebuah bank, kamu mungkin akan menjawab dengan ‘tidak’ dan bukannya, ‘saya yakin saya tidak pernah merampok bank’ atau ‘Saya jujur tidak pernah merampok bank.’” 

Ketika ditanya sebuah pertanyaan, jawaban yang paling lugas sering kali adalah yang paling jujur, sedangkan jawaban berlebihan mungkin menjadi penanda kebohongan. 

  1. Carilah ketidaksesuaian antara kata dan ekspresi

 Jika kata-kata yang keluar dari mulut seseorang sepertinya tidak sesuai dengan ekspresinya, bisa jadi itu tandanya dia berbohong. Salah satu contoh cara untuk mendeteksi kebohongan seseorang misalnya meminta seorang karyawan untuk menangani proyek di menit-menit terakhir. Jika mereka menjawab, “Kedengarannya bagus” sambil terlihat khawatir, mungkin mereka berbohong. 

  1. Perhatikan detail yang tidak relevan 

Kunci untuk menangkap pembohong adalah belajar bagaimana fokus pada detail yang tidak relevan karena seorang pembohong mungkin mencoba mengalihkan perhatian dengan sekumpulan informasi yang sebenarnya tidak perlu kamu ketahui. Meskipun begitu, kamu tetap perlu hati-hati mengingat detail yang tidak relevan ini belum tentu palsu. 

“Seseorang yang membuat pernyataan yang menipu sering kali berfokus pada detail hal lain yang sebenarnya tidak relevan pada pernyataan una mengalihkan perhatian,” kata Lieberman. 

“Dia membumbui percakapan dengan detail yang tidak relevan untuk mengalihkan perhatianmu dari kebenaran. Orang ini tahu bahwa jika pernyataannya terlalu kabur atau terlalu umum, kamu mungkin tidak menganggapnya dapat dipercaya.” 

Lieberman juga menambahkan bahwa pembohong cenderung menekankan informasi yang benar namun tidak relevan dalam upaya untuk melindungi dirinya dari mengarang terlalu banyak detail yang mungkin akan mengganggunya di kemudian hari. 

  1. Perhatikan saat sudut mulut mengarah ke bawah Memahami cara mengetahui apakah seseorang berbohong bisa melalui kata-kata yang mereka ucapkan hingga reaksi bawah sadar yang mereka miliki. Maka, untuk menemukan pembohong, perhatikan ekspresi mikro mereka. Salah satunya adalah yang Sarnblad sebut sebagai ekspresi mikro ‘Oh sial!’. 

“Ini terlihat pada wajah saat salah satu sudut mulut ditarik secara diagonal ke bawah menuju bahu masing-masing. Jika seseorang menunjukkan ekspresi ‘Oh sial!’ saat kamu bertanya apakah mereka mampu melakukan sesuatu, itu mungkin mengindikasikan adanya masalah atau kebohongan,” katanya. 

Ini adalah petunjuk bahwa kamu sedang dibohongi sekaligus peringatan jika kamu ingin mengungkapkan kebenaran di lain waktu, ingatlah bahwa wajahmu dapat mengkhianati perasaanmu. 

  1. Amati penjelasan yang melebar

 Para pembohong biasanya menyelipkan kebohongan mereka ke dalam informasi yang benar. Maka, salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang berbohong adalah dengan mendengarkan detail yang tidak fokus atau melebar dalam ceritanya. 

“Bila seseorang berkata jujur, rincian yang tidak diminta harusnya ringkas dan sesuai konteks, artinya detail tersebut musti relevan dengan pokok permasalahan dan tidak melebar,” jelas Lieberman. “Menyatakan bahwa perampok ‘berbau cologne’ tidak masalah. Namun jika hal itu diperpanjang justru akan meragukan. 

Misalnya ‘Dia berbau cologne, barang murah yang mungkin dijual seharga $5 per botol. Saya tidak tahu bagaimana orang bisa memakai barang itu.’ 

Apakah pernyataan ini benar? Mungkin. Relevan? TIDAK.” 

  1. Perhatikan respons yang lambat

 Penelitian menemukan bahwa pembohong sering kali perlu waktu saat menjawab pertanyaan. “Jawaban yang cepat menunjukkan bahwa seseorang tidak memerlukan waktu untuk memikirkan jawabannya. Meskipun begitu, kadang orang berhenti sejenak sebelum menjawab dan belum tentu ia hendak berohong, karena ia mungkin mempertimbangkan jawabannya,” Kata Sarnblad. Ada banyak alasan untuk memberikan respons terukur yang tidak mencakup kebohongan.

 Misalnya, kamu meluangkan waktu ekstra untuk merumuskan kata-kata ketika membicarakan sesuatu yang sangat sensitif atau rumit. Itu tanda kecerdasan emosional, bukan bohong. 

Namun jika jeda tersebut merupakan respons terhadap sesuatu yang seharusnya bersifat langsung, bukan sensitif atau berat, waspadalah kemungkinan adanya kebohongan. 

  1. Dengarkan sorotan percakapan

 Pembohong cenderung menyoroti pesan mereka dengan isyarat tertentu dalam bahasa mereka yang disebut Lieberman sebagai sorotan percakapan. Apa kesamaan dari kata-kata dan frasa seperti ‘percaya atau tidak', 'sebenarnya', 'pada dasarnya', 'ternyata', 'sejujurnya' dan 'pada dasarnya’? Frasa ini sering kali berfungsi sebagai penanda linguistik yang mungkin menunjukkan keinginan pembicara untuk memperjelas, menekankan, atau memperkuat apa yang ia katakan. 

Mereka dapat dilihat sebagai padanan verbal dari menggarisbawahi atau menyorot teks, memberi isyarat kepada pendengar bahwa hal berikut yang akan mereka sampaikan sangat penting atau mungkin bertentangan dengan asumsi umum. 

Frasa seperti ini digunakan untuk menarik perhatian dan memperbesar pentingnya pesan, dan dengan memperhatikannya, kamu dapat mengetahui apakah seseorang berbohong dalam situasi tertentu. Lieberman menjelaskan bahwa berdasarkan konteks interaksinya, frasa-frasa ini bisa menunjukkan konteks yang berbeda. 

Jika digunakan oleh seseorang yang mencoba mempengaruhi orang lain —tersangka bersalah yang sedang diinterogasi— penggunaannya mungkin mengindikasikan penipuan. Namun, jika digunakan secara non-sarkastis dalam percakapan biasa, kata-kata tersebut berarti bahwa orang tersebut terbuka dan tertarik dengan percakapan tersebut serta mencoba untuk terlibat dan mungkin membuat terkesan. 

Jadi dalam kehidupan sehari-hari, mungkin akan lebih sulit mengenali pembohong yang menggunakan teknik ini. Namun dalam percakapan yang lebih serius seperti jika kamu mencurigai pasanganmu selingkuh, frasa ini mempunyai arti baru yang patut diwaspadai. Perempuan dan laki-laki banyak berbohong, dan dalam konteks yang tepat, sorotan percakapan dapat menunjukkan potensi kebohongan. 

  1. Periksa tingkat kenyamanannya

 Gelisah, berkeringat, mata memandang sekeliling dengan takut adalah stereotip seseorang yang bersalah dalam sebuah acara kriminal, namun dalam banyak kasus, orang yang berbohong juga mengalami hal serupa. 

“Indikasi potensial berbohong dapat berupa perasaan gugup dan tidak nyaman,” kata Sarnblad. “Dengan deteksi kebohongan, kami mencari munculnya rasa gugup pada seseorang yang berbohong, lewat bahasa tubuh yang menunjukkan ketidaknyamanan mereka.” Namun hal tersebut juga harus melihat situasi dan kondisi lingkungan. 

Misalnya, masuk akal jika seseorang merasa gugup di ruang interogasi polisi, meskipun mereka mengatakan yang sebenarnya. Namun mungkin tidak masuk akal jika seorang teman merasa gugup saat mengobrol denganmu saat makan siang. 

Di sisi lain, pembohong berpengalaman -- yang merupakan salah satu tanda psikopat -- mungkin bisa memperbaiki kegugupannya, jadi kondisi ini mungkin hanya muncul pada seseorang yang jarang berbohong. 9. Dengarkan nada suaranya

 Jika kamu menduga seorang teman berbohong ketika suaranya naik satu oktaf, kamu mungkin benar. Lieberman menjelaskan bahwa nada suara yang lebih tinggi merupakan salah satu indikator penipuan yang dapat diandalkan. 

Saat seseorang berbohong, suaranya cenderung menjadi sedikit lebih tinggi. Saat otot-otot pita suara menegang, seperti saat stres karena berbohong, nada suara meningkat. 

Sebuah studi tahun 2021 di jurnal Nature Communications menunjukkan bahwa meskipun dalam bahasa yang berbeda, pola vokal yang khas, termasuk intonasi yang meninggi dan nada yang bervariasi, dapat menjadi cara untuk mengetahui apakah seseorang berbohong. 

  1. Perhatikan kata ganti orang pertama tunggal

 Jika seseorang tidak menyebut dirinya dengan kata ganti seperti ‘saya, aku, atau milik saya’ dia mungkin berbohong. Menurut Lieberman, dari sudut pandang psikolinguistik, kata ganti dapat mengungkapkan apakah seseorang mencoba menjauhkan atau bahkan memisahkan diri dari kata-katanya. 

Sama seperti pembohong yang tidak berpengalaman mungkin memalingkan muka dari lawan bicara karena tidak nyaman dengan kontak mata, maka orang yang membuat pernyataan tidak benar sering kali secara tidak sadar menjauhkan diri dari kata-katanya sendiri. Menggunakan kata ganti orang pertama berarti orang tersebut yakin dengan suatu pernyataan, sedangkan menghilangkan penyebutan saya atau aku, mungkin menandakan keengganan seseorang untuk dikaitkan dengan apa yang hendak dikatakannya. 

Disebutkan bahwa, aparat penegak hukum dapat mengenali ketika orang mengajukan laporan palsu tentang mobil mereka yang dicuri karena mereka sering menyebutnya sebagai “mobil” atau “mobil itu”, bukannya “mobil saya.” 

  1. Perhatikan pemilihan kata

 Saat mencoba mengatakan kebenaran dari sebuah kebohongan, kamu perlu fokus pada lebih dari sekadar tanda-tanda kebohongan. Pastikan juga untuk memperhatikan pilihan kata yang bisa mengungkapkan kebenaran. 

Fakta menariknya, seorang yang menyampaikan kebenaran mungkin menggunakan kata-kata yang menunjukkan kedekatan seperti ‘di sini’ bukan ‘di sana’, atau ‘ini’ bukan ‘itu’. Kata-kata seperti itu menunjukkan posisi seseorang atau suatu benda dalam kaitannya dengan pembicara, serta menjelaskan jarak fisik dan jarak emosional. 

Lieberman menyampaikan bahwa seringkali kita menggunakan kedekatan spasial untuk merujuk pada seseorang atau sesuatu yang kita rasa positif dan ingin dikaitkan dengannya seperti ‘Ini adalah ide yang menarik’. 

Namun perlu dicatat bahwa seorang kolega yang berkata, ‘Itu ide yang menarik’ belum tentu berpura-pura antusias. 

  1. Carilah ketidaksesuaian antara kata-kata dan bahasa tubuh

 Sama seperti kamu perlu memperhatikan dengan cermat apakah ekspresi dan kata-kata seseorang cocok, kamu juga perlu fokus pada apakah bahasa tubuh mereka —seperti apakah mereka menyentuh atau menggaruk tubuhnya—dan kata-katanya juga selaras. Jika keduanya tidak cocok, kamu mungkin dibohongi. “Kita sering menyentuh, menarik, atau menggosok kulit kita saat mencoba menghibur diri dan menenangkan diri,” kata Sarnblad. 

“Sebagai contoh, jika kita berbicara tentang seberapa percaya diri kita dan pada saat yang sama menutup leher kita dengan satu tangan, maka tindakan dan perkataan tersebut tidak selaras. 

Bahasa tubuh ini bertentangan dengan kata-kata kita dan merupakan indikator potensi kebohongan.” Namun hanya karena seseorang gelisah bukan berarti dia berbohong. Jika mereka mempunyai alasan untuk merasa gugup, tindakan menenangkan diri ini mungkin terjadi bahkan ketika mereka mengatakan yang sebenarnya. 

  1. Perhatikan apakah mereka menghindari pertanyaan Tanggapan yang jujur biasanya singkat dan lugas. Penyangkalan yang langsung dan jelas, seperti “Tidak, saya tidak melakukannya” umumnya dapat dipercaya dan menunjukkan kejujuran.

 Orang-orang yang dituduh secara salah kerap memberikan pernyataan yang benar dan sering kali merespons dengan penyangkalan yang kuat dan jelas tanpa ragu-ragu. Di sisi lain, para pembohong biasanya memiliki reaksi yang berlebihan. 

Tanggapan seperti, “Bagaimana kamu bisa menanyakan hal seperti itu padaku?” atau “Ini gila!” bisa menimbulkan keraguan karena tidak ada penyangkalan yang langsung dan terus terang. 

Pembohong sering kali berusaha menjauhkan diri dari rasa bersalah dengan menggunakan bahasa tidak langsung dalam penyangkalannya. Misalnya, menyatakan tidak bersalah melalui pernyataan seperti “Saya tidak akan pernah menyakiti seorang anak” ketika ditanya apakah mereka menganiaya seorang siswa. 

Walaupun pernyataan-pernyataan tersebut dapat menjadi bagian dari tanggapan penuh, fokus utama haruslah pada penyangkalan yang jelas dan konsisten terhadap tindakan tertentu, daripada memberikan bukti bahwa mereka bukanlah tipe orang yang akan melakukan tindakan tersebut. 

  1. Tentukan apakah mereka secara langsung menyangkal tindakan tersebut 

Carilah jarak dalam penyangkalan seorang pembohong ketika dihadapkan dengan sesuatu yang menurut kamu telah mereka lakukan. Perlu diingat bahwa tidak semua penyangkalan sama. 

Pernyataan seperti, ‘Saya menyangkal tuduhan ini’ tidak sama dengan ‘Saya tidak melakukannya’. Penyangkalan terhadap suatu tuduhan berarti orang tersebut menolak untuk mengakui kesalahannya. Ini tidak sama dengan menyangkal bahwa dia melakukan tindakan tersebut. “Penyangkalan yang dapat diandalkan adalah pernyataan ‘tidak’ yang jelas dan bukan ungkapan seperti, 

‘Saya menyangkal tuduhan’ atau ‘Saya tidak akan pernah melakukan ini',” Kata Lieberman. Ringkasnya, hanya ‘tidak’ yang berarti tidak dan hanya ‘ya’ yang berarti ya. ***