Ternyata Semut Mampu Mengobati Kawanannya yang Terluka

(Dok: Credit/Erik Frank / Uni Würzburg)

JAKARTA -(SURYA24.COM) Semut Matabele Afrika (Megaponera analis) harus bertaruh nyawa dan bahkan berpotensi terluka saat berburu rayap untuk makanannya. Namun, ada hal menarik dan unik yang diamati dari cara semut ini mengobati kawannya yang terluka. Sebuah studi mengungkap, saat mereka terluka, akan ada semut lain yang membantu merawat mereka.

Dikutip dari Phys, Kamis (29/9/2022) Erik Frank, peneliti dari Julius Maximilians University di Wurzburg yang telah mempelajari serangga memperhatikan bahwa semut menjilati semut lain yang terluka, misalnya kaki yang terpotong.

Perilaku ini dimaksudkan untuk mencegah infeksi, dan semut yang merawat kemungkinan menggunakan zat antimikroba. "Dalam zat yang digunakan kami menemukan lebih dari seratus komponen kimia dan 41 protein. Dari sekitar setengahnya kami sudah dapat membuktikan bahwa zat memiliki kualitas antimikroba," papar Frank dikutip kompas.com.

Zat-zat itu menurutnya sangat efisien, sekitar 90 persen semut yang dirawat ditemukan sembuh. Dalam studinya yang dilakukan selama tiga tahun, Frank menemukan semut menghasilkan zat dalam kelenjar seperti kantong di belakang dada mereka, disebut kelenjar metapleural.

Apa Saja? Semut yang berperan sebagai penolong atau yang akan mengobati kawannya yang terluka ini, kemudian akan mengambil zat-zat tersebut dengan kakinya kemudian memasukkan ke mulut baru setelah mengoleskan lukanya pada semut yang terluka.

Hingga saat ini, diasumsikan hanya manusia yang mampu mendiagnosis infeksi dan selanjutnya mengobati luka dengan zat antimikroba. Namun, ternyata studi pada semut mengungkap hal di luar dugaan dan sejauh ini merupakan hal yang unik di dunia hewan. Frank juga mengamati semut Eciton yang ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan.

Penyembuhan luka oleh semut lain juga telah ditemukan pada semut ini. Bedanya, semut Eciton tak langsung membawa mereka kembali ke sarang melainkan merawatnya di lokasi. Selanjutnya, Frank sudah berencana untuk melakukan studi terhadap serangga lain seperti lebah atau rayap.

"Serangga sangat cocok untuk pengamatan dan eksperimen. Tetapi perilaku seperti ini pada prinsipnya dapat dipelajari di semua spesies hewan sosial, misalnya induk simpanse yang menangkap serangga, mengunyah, dan mengoleskan air liur ke luka anaknya," terang Frank.

Selain itu, studi tentang zat antimikroba yang diproduksi dan digunakan oleh semut ini untuk mengobati kawannya yang terluka, mungkin ke depannya juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan manusia.***