Penasaran Kenapa Digigit Nyamuk? Simak Hasil Penelitian Baru Ini

(Dok: Freepik)

JAKARTA (Surya24.com) - Anda selalu menjadi korban gigitan nyamuk di saat orang-orang di sekitar tidak? Ternyata itu semua ada alasannya, dan penelitian terbaru menunjukan, komposisi asam kulit bisa menjadi faktor penentu.

Penelitian terbaru dilakukan dengan meminta orang yang selalu digigit nyamuk untuk memakai stoking nilon di lengan bawahnya. Peneliti juga melakukan hal yang sama pada orang yang hampir tidak pernah atau tidak rentan digigit nyamuk.

Hasilnya, tulis okezone.com, mereka mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang terhadap nyamuk bertahan selama berbulan-bulan dan dikaitkan dengan kelimpahan asam karboksilat, sekelompok asam organik yang mengandung gugus karboksil.

Temuan ini, juga terkait dengan penelitian tikus sebelumnya yang menemukan bahwa infeksi malaria dapat menyebabkan peningkatan senyawa serupa, meningkatkan daya tarik tikus terhadap nyamuk.

"Subjek yang sangat menarik menghasilkan tingkat tiga asam karboksilat yang jauh lebih tinggi, asam pentadekanoat, heptadekanoat, dan nonadekanoat, serta 10 senyawa tidak dikenal dalam kelas kimia yang sama ini,” tulis kesimpulan penelitian, dikutip dari IFSScience, Kamis (20/10/2022).

"Campuran spesifik asam karboksilat ini dan asam karboksilat lainnya bervariasi di antara berbagai subjek dengan daya tarik tinggi yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin ada lebih dari satu cara bagi seseorang untuk menjadi sangat menarik bagi nyamuk," lanjutnya.

Meskipun ada fitur menarik yang diinginkan dalam istilah asam karboksilat untuk merayu nyamuk, tampaknya tidak ada pola konstituen bau kulit manusia dalam kelompok "tidak menarik bagi nyamuk".

Ini menunjukkan bahwa seseorang dapat menjadi menarik bagi nyamuk, meningkatkan risiko mereka digigit, tetapi tampaknya tidak ada obat nyamuk yang dapat membantu membuat seseorang bebas dari gigitan.

Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan entah bagaimana menghilangkan asam karboksilat dari kulit seseorang yang diketahui menarik bagi nyamuk. Sayangnya, para peneliti mengatakan ini tidak layak secara teknis.

Namun, penelitian ini merupakan langkah menuju pemahaman mengapa beberapa orang digigit nyamuk pembawa penyakit, dan dengan demikian, dapat membantu mencegah gigitan dan mengekang penyebaran penyakit berbahaya.

"Memahami apa yang membuat seseorang menjadi 'magnet nyamuk' akan menyarankan cara untuk merancang intervensi secara rasional untuk membuat orang kurang menarik bagi nyamuk," para penulis penelitian menyimpulkan.

"Kami mengusulkan bahwa kemampuan untuk memprediksi individu mana dalam komunitas yang memiliki daya tarik tinggi akan memungkinkan penyebaran yang lebih efektif dari nyamuk," pungkas mereka.***