Keturunan Sunan Gunung Jati, Jujur dan Sederhana, Mantan KSAU Ini Tak Mampu Lunasi Cicilan Rumah hingga Akhir Hayatnya

Marsekal TNI Suryadarma dilantik menjadi perwira bintang empat pertama oleh Presiden Soekarno. (Foto/istimewa)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Nama Marsekal TNI (Purn) Suryadi Suryadarma sangat dikenal di kalangan TNI, khususnya bagi prajurit Angkatan Udara (AU). Maklum, Suryadi Suryadarma pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pada awal-awal Indonesia merdeka 1946-1962.

Bahkan,namanya pun diabadikan menjadi sebuah nama pangkalan udara di daerah Subang, Jawa Barat. Namun bukan karena pengabdiannya di TNI AU yang membuat Suryadarma ini dihormati dan disegani melainkan karena sikapnya yang jujur, sederhana dan keteladanannya yang luar biasa sebagai pemimpin.

Ya, meski menjadi orang nomor satu di matra Udara dan masih memiliki garis keturunan ningrat dari Keraton Cirebon, Suryadarma memilih untuk hidup sederhana dan tidak mau bermewah-mewah dengan menggunakan fasilitas negara.

Hal itu diceritakan Adityawarman Suryadarma, putra bungsu Suryadarma dalam bukunya berjudul “Bapak Angkatan Udara Suryadi Suryadarma”. Pernah suatu ketika Suryadarma kembali ke Tanah Air seusai membuka Kedutaan Besar Indonesia di Kuba.

Setibanya di Jakarta, Suryadarma langsung menuju ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk mengembalikan sisa uang perjalanan beserta bukti pengeluaran. Tindakan itu membuat kasir yang menerima geleng-geleng kepala keheranan.

“Pak Surya, selama ini belum pernah ada yang seperti ini,” ucap kasir dikutip SINDOnews Senin (12/12/2022).

“Maksudnya bagaimana?” tanya Suryadarma tidak mengerti.

“Selama ini belum pernah ada yang mengembalikan uang perjalanan karena ada policy tidak tertulis bahwa apabila seseorang diberi uang perjalanan maka dianggap terpakai semua. Jadi tidak ada yang mengembalikan,” ucap kasir.

Tidak hanya itu, dalam kesehariannya Suryadarma selalu membawa tempat minum tentara atau velples dan sepotong roti dari rumah sehingga dia jarang sekali jajan di warung atau makan di restoran mewah.

Bahkan, Suryadarma juga selalu membawa velbed atau tempat tidur lipat sendiri dan selalu menginap di base operation pangkalan bukan di hotel.

“Suryadi Suryadarma adalah seorang yang berjiwa solitaire atau penyendiri dan merupakan pribadi yang sangat sederhana, tidak mau menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi dan serta tidak menjalani hidup dalam kemewahan,” katanya. Pada 1954, Suryadarma diberi jatah tanah di daerah Kabayoran, Jakarta Selatan oleh Wali Kota atas permintaan Menteri Pertahanan (Menhan) Iwa Kusuma Sumantri.

Iwa merupakan rekannya saat mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Bandung pada 1945. Namun tanah tersebut justru dihibahkan oleh Suryadarma untuk AURI kini bernama TNI AU. Tanah tersebut kemudian menjadi Wisma Angkasa tempat kediamanan resmi para KSAU setelah Suryadarma.

Iwa yang memahami karakter Suryadarma yang sangat jujur kemudian menggantikannya dengan sebidang tanah di samping Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Tanah seluas 3.000 meter persegi itu kemudian di bagi dua untuk Iwa dan Suryadarma. “Ini tanah dari saya pribadi, jadi jangan diberikan ke AURI lagi ya,” ucap Iwa kepada Suryadarma.

Sayangnya, tanah tersebut kemudian terkena penggusuran untuk perluasan TMP Kalibata. Begitu lurusnya hidup Suryadarma, bahkan rumah yang ditinggalinya sejak 1950 ternyata belum lunas cicilannya saat dia meninggal dunia pada 1975.

Hal itu lantaran Suryadarma tidak memiliki cukup uang untuk melunasinya. Akhirnya sisa cicilan dilunasi oleh TNI AU pada masa kepemimpinan KSAU Marsekal TNI Saleh Basarah.

Suryadarma meninggal dunia pada Sabtu 16 Agustus 1975 saat usianya menginjak 63 tahun akibat penyakit yang dideritanya. Jenazahnya kemudian disemayamkan di rumah duka dan di Markas Besar TNI AU Jalan Gatot Subroto.

Pemakamannya dilaksanakan pada 17 Agustus pukul 13.00 WIB di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta Pusat secara militer dengan Inspektur Upacara KSAU Marsekal TNI Saleh Basarah.

Keturunan Sunan Gunung Jati

Terlahir dengan nama lengkap Elang Soeriadi Soeriadarma, di Banyuwangi, 6 Desember 1912 merupakan putra dari Suryaka Suryadarma pegawai sebuah bank di Banyuwangi.

Elang merupakan gelar ningrat di Keraton Cirebon yang berarti Raden. Menyesuaikan ejaan baru namanya kemudian berubah menjadi Raden Suryadi Suryadarma. Suryadarma merupakan keturunan dari Keraton Kanoman Buyut Suryadarma adalah Pangeran Jakaria atau Aryabrata dari Keraton Kanoman Cirebon yang merupakan keturunan langsung dari Sunan Gunung Jati.

Silsilah inilah yang kelak memudahkan Suryadarma dalam menempuh pendidikan di sekolah milik Belanda. Sesuai peraturan yang berlaku pada zaman itu, seorang anak anak yang mengikuti pendidikan di sekolah Hindia Belanda harus anak seorang bangsawan atau pembesar dan mempunyai orang tua yang dapat menjamin biaya pendidikan.

Sejak kecil, Suryadarma sudah menjadi yatim piatu. Dia tidak pernah mengenal sosok ibunya, sebab Sang Ibu meninggal dunia saat dirinya masih bayi. Pada saat Suryadarma berusia empat tahun, ayahnya menyusul ibunya menghadap Sang Pencipta. Suryadarma kemudian dirawat oleh kakeknya Dr Boy Suryadarma atau Pangeran Boy “Abdul Rahman” Suryadarma yang merupakan dokter lulusan Sekolah Dokter Jawa dan ahli Metafisika.

Dr Boy merupakan tokoh yang disegani masyarakat dan seorang nasionalis karena berkiblat pada Budi Utomo. Menginjak usia 6 tahun, Suryadarma kemudian bersekolah di Eropese Lagere School (ELS). Sekolah khusus untuk anak-anak bangsa Eropa, Tiongkok, pribumi yan ghaknya telah disamakan dengan bangsa Eropa sesuai undang-undang yang berlaku.

Tamat dari ELS, Suryadarma kemudian melanjutkan pendidikannya di Hogere Burger School (HBS) dan lulus dengan nilai baik. Selanjutnya, Suryadarma memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu Koning Willem School (KWS) III di Kwitang, Jakarta Pusat.

Cita-citanya menjadi penerbang membawa Suryadarma memasuki pendidikan Koninklijke Militaire Academie (KMA), Breda, Belanda. Dari sinilah kelak mengantarkan Suryadarma mendirikan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) atau TNI AU.***