Pengalaman Horor Mas Rahman yang Bikin Merinding, Simak Yuk

(Ilustrasi pengalaman horor Rahman tinggal di rumah indekos tua, ini yang terjadi saat listrik mati (Sibhe)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Hujan deras melanda. Rahman berlari pulang ke indekos bercat hijau pudar. Suara langkahnya terdengar dari perempatan jalan yang tidak jauh dari musala.

Ia seketika berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Rahman tertegun dengan keadaan sekitar. Suasana begitu sepi, juga tidak ada penerangan sama sekali.

“Aduh, kenapa listriknya padam, sih!”

Rahman merogoh saku dan menyalakan senter melalui ponselnya.

Rahman mempunyai kebiasaan; sebelum masuk ke dalam kamar, ia mengetuk pintu, mengucap salam. Saat pintu tertutup, ia mendengar suara ketukan dari luar.

Matanya pun mengintip lewat celah jendela. Tidak ada siapa-siapa.

Saat itu juga, bulu kuduknya berdiri. Ia pun memilih untuk bermain ponsel agar tidak berhalusinasi.

Tidak berselang lama, telinganya menangkap suara dentuman keras dari kamar atas.

Tak berhenti sampai di situ. Sekitar sepuluh menit kemudian, Rahman terperangah, pandangannya ciut, dan tubuhnya kaku.

 

 

Ketika ia menoleh ke atas, sesosok genderuwo menyambutnya dengan tatapan tajam.

Jarak antara wajahnya dengan makhluk itu hanya sepanjang jari telunjuk.

Rahman mulai panik. Tidak ada yang bisa diharapkan. Perlahan namun pasti, ia mulai membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sebisanya.

Setelah berakhir, Rahman menceritakan pengalamannya kepada ibunya melalui telepon. Lewat percakapan itu, ibunya berpesan.

“Nak, sebagai manusia, kita wajib memperkuat iman. Dengan begitu, kita akan selalu terjaga. Nak, Manusia hidup berdampingan dengan makhluk lain (jin) di muka bumi.” Rahman mengangguk setuju.

“Mereka menggganggu kita, terus kita takut, mereka akan senang. Maka dari itu, pertebal iman dengan takwa. Insyallah, enggak akan ada apa-apa. Derajat manusia, kan, lebih tinggi,” lanjut ibu.

Sehabis mendengar petuah dari ibunya, Rahman pun membulatkan tekad.

Dengan lekas, ia mengambil air wudu dan membaca Al-Qur’an. (Seperti dikisahkan Muhammad Yusuf Shabran di Koran Merapi) *