Kisah Nyata Tinggal di Rumah Kontrakan di Karawang, Bagian Pertama

(Dok: Sibhe)

JAMKARTA (SURYA24.COM) - Saya akan menceritakan kisah nyata yang pernah dialami Mamah saya. Kisah ini sangat mistis namun fakta dan nyata terjadi. Meski sudah lama berlalu tetap saja melekat dalam memori.

Di tahun 2000, Perumahan Citra Kebun Mas Karawang adalah perumahan yang dikelilingi oleh kebun dan hutan yang sangat lebat. Rumah-rumah masih bisa terhitung dengan jari.

Tidak seperti sekarang begitu banyak rumahnya, dan sudah sangat ramai. Dahulu kami sekeluarga pernah mengontrak di Blok C.

Rumahnya paling pojok dekat dengan hutan dan di dalamnya terdapat banyak kuburan tua, bahkan ada juga kuburan cina. Sebelah kiri rumah kami adalah rumah kosong sebanyak 4 rumah.

Baru setelahnya banyak rumah yang sudah ditempati dan lumayan ramai. Saat itu usia saya baru menginjak 4 tahun. Saya tinggal bersama Mamah, Bapak, dan kembaran saya yang bernama Sinta.

Sampai saat ini saya masih mengingat betul bagaimana kondisi rumah kontrakan tersebut.

Kontrakannya sangat kecil hanya ada dua petak yaitu kamar yang bersebelahan dengan kamar mandi dan menempel dengan dapur sempit buatan ala kadarnya dengan penghalang hordeng, dan satu petak lagi adalah ruang tamu sekaligus ruang TV.

Untuk mengisi air di bak mandi harus memompa dahulu. Suara kriiik kriiik pompa selalu menemani hari-hari kami. Pompanya terletak di belakang rumah yang masih beralaskan tanah dan belum beratap.

Sering sekali di sekitar rumah kami ada ular, Karena di samping kiri rumah kontrakan kami ada banyak rumah kosong yang tidak terawat dan tumbuh rumput liar yang sangat lebat.

Sedangkan di samping kanan rumah kami, adalah kuburan yang dikelilingi hutan seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya.

Pernah di suatu ketika Bapak saya hendak berangkat kerja, dan di sepatunya ada 2 anak ular. Untung saja anak ular tersebut belum sempat menggigit.

Saat musim hujan mamah saya pun pernah menyaksikan seekor ular yang sangat besar hendak memakan seekor katak di halaman rumah kosong. Lebih parahnya lagi ketika saya sedang tidur pernah anak ular merayap di kaki saya.

Untungnya mamah melihat dan dengan cepat mamah menaburkan garam dikaki saya. (Seperti dikisahkan Santi Nurul Hikmah di Koran Merapi) *