Ketua DPP NasDem Sebut Anies Sintesis Dua Presiden Indonesia, Siapakah Saja?

Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya. ©2023 Merdeka.com

JAKARTA (SURYA24.COM) JAKARTA- Partai NasDem blak-blakan soal alasan memilih Anies Baswedan menjadi Calon Presiden di Pemilu 2024. Padahal, NasDem mempunyai dua nama Capres lain hasil Rakernas, yaitu Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa.

Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menegaskan sama sekali tidak ada risiko mengusung Anies, meski partai besutan Surya Paloh sedang 'duduk' nyaman dalam kekuasaan. NasDem melihat peluang memenangkan Pilpres 2024 lebih besar bila mengusung Anies.

"Tidak ada hal yang kemudian bertabrakan, bertempuran, apalagi kesalahan dalam proses mendeklarasikan dan mencalonkan Anies Baswedan," kata Willy.

Menurut Willy, tulis merdeka.com, Surya Paloh menilai Anies menjadi satu-satunya tokoh yang sejalan dengan suara perubahan dan kehendak rakyat. Dalam kaca mata NasDem, Anies merupakan perpaduan antara dua Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo (Jokowi).

Pencapresan Anies juga telah dibahas oleh para sepuh partai koalisi Perubahan. Koalisi yang diisi Partai NasDem, Demokrat dan PKS. Senior politik tersebut adalah Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK).

Komunikasi para sesepuh partai itu makin intensif sebulan terakhir. Pertemuan langsung maupun lewat video call dilakukan demi mempersiapkan dengan matang jalan Anies dan koalisi menghadapi Pemilu 2024.

Berikut wawancara lengkap dengan Willy dengan wartawan merdeka.com, Alma Fikhasari dan Ahda Bayhaqi di NasDem Tower, Cikini Jakarta Selatan, 8 Februari 2023 lalu:

NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan di tahun 2022 sebagai Calon Presiden. Apa alasan NasDem memilih Anies?

Tentu ini sebuah bacaan dari ketua umum, bulan Juni NasDem sudah melakukan Rakernas yang mencalonkan tiga nama, Mas Anies, Andika dan Ganjar. Itu hasil dari aspirasi temen-temen di wilayah, mayoritas memang mengusulkan Mas Anies. Jadi itu hasil dari survei berkala di level daerah pemilihan yang dilakukan oleh Partai NasDem untuk kemudian dari tiga nama itu Rakernas memandatkan kepada ketua umum untuk memilih tiga, dari tiga menjadi satu nama dan keluarlah nama Mas Anies.

Jadi itu sebuah keputusan yang sesuai dengan schedule yang diberikan partai kepada ketua umum. Dari Juni ke Oktober kan pas 3 bulan. Biar kemudian publik juga tidak ujug-ujug, kenapa tadi pertanyaannya kan tadi kenapa tiba-tiba Anies? Itu bukan barang yang tiba-tiba. Barang yang sudah on schedule, kalau kereta itu misalnya Taksaka berangkat jam 19.00 dari stasiun Tugu ke stasiun Gambir, kalau sudah waktunya wes wayahe ya berangkat, berangkat. Tidak kemudian ada delay, kecuali ada hal yang sifatnya force majeure, ada hal yang luar biasa.

Baru kemudian dia bisa ditunda, dia on schedule wes wayahe untuk mendeklarasikan keputusan partai, itu sebuah prinsip pendidikan politik yang digariskan oleh ketua umum yang semula NasDem ingin menghelat konvensi, tetapi konvensi tidak jadi. Biar publik memiliki kemampuan yang cukup memiliki waktu yang luang untuk memverifikasi untuk mengkonversi untuk berkenalan untuk ta'aruf dengan siapa capresnya. Kultur itu yang ingin kita patahkan NasDem selalu memberikan yang terdepan, terbaik dalam setiap proses pengambilan keputusan politik.

Kenapa NasDem mau mengambil risiko mengusung Anies saat berada di kekuasaan. Apa rencana besar dari NasDem?

Tidak ada risiko ya, Yang ada adalah sebangun dan sejalan dengan aspirasi perubahan, kehendak rakyat. Anies itu dalam beberapa catatan yang kami lakukan baik itu survei atau melalui dialog dengan banyak tokoh memang menjadi aspirasi dan tidak ada hal yang kemudian bertabrakan, bertempuran, apalagi kesalahan dalam proses mendeklarasikan dan mencalonkan Anies Baswedan.

Konteksnya adalah ini Pemilu 2024 di mana inkumben sudah tidak ada. Nah tugas partai politik kami menjalankan amanah konstitusi menyiapkan calon pemimpin. Nah jangan kemudian kita membolak balik. Akal kita untuk sesuatu hal yang kemudian bertentangan dengan konstitusi. Ini cara berpikir yang benar-benar sesat, cara berpikir yang keliru dan cenderung salah.

Tugas NasDem memajukan Mas Anies itu sudah melalui mekanisme Rakernas. Jadi bukan hompimpa bukan simsalabim abrakadabra, bukan. Jadi risiko apa yang disampaikan ketika NasDem memilih Anies, tidak ada. Justru itulah kehendak rakyat, itulah aspirasi publik. Jadi sebuah, ibaratnya dari hulu ke hilir saja itu suatu kehendak, mengikuti arus yang terjadi saja, gitu.

NasDem sebelumnya punya tiga nama, Anies, Ganjar, Andika. Kenapa akhirnya tidak memilih Ganjar, apakah karena ada resistensi dari PDIP?

Kenapa tidak Ganjar? Ya awalnya ada rencana menduetkannya (Anies dan Ganjar). Awalnya. Tapi dinamika berbeda, bertepuk tidak mungkin sebelah tangan, ya kan? kalau bertepuk sebelah tangan nanti jangan-jangan cinta ditolak dukun bertindak. Kita ini kan bukan dukun bos.

Jadi tentu dari semua hal itu yang dibutuhkan oleh kepemimpinan nasional ini ke depan, Bang Surya melihat ada sebuah standing Anies itu lebih representatif menjawab tantangan-tantangan global. Anies itu merupakan sintesa dari dua kepresidenan sebelumnya. Ya Pak SBY dan Pak Jokowi. Anies itu sintesa dua presiden sebelumnya. SBY dan Jokowi.

Anies memiliki pemahaman politik yang memadai, Anies juga orang yang bekerja karena pernah menjadi pembantunya Pak Jokowi. Jadi dialektika itu kemudian bermuara pada figur Anies Baswedan dan dipandang oleh Bang Surya sangat kompatibel dengan tantangan zaman. Jadi Anies itu zeitgeistnya semangat zaman untuk kepemimpinan Indonesia di 2024. Anies pernah menjadi menteri, pernah menjadi gubernur, memiliki perawakan mirip SBY, memiliki kecenderungan seperti Jokowi yang gemar bekerja. Jadi sintesa itu yang kemudian menjadi kekuatan kenapa kemudian pilihannya jatuh kepada Anies Baswedan.

Koalisi pemerintah mendekatkan pada tokoh yang diendorse pemerintah, seperti Prabowo diendorse. Bagaimana NasDem nanti memenangkan Pilpres 2024?

Itu subjektivitas saja. Ada yang sukanya pecel, ada yang sukanya soto, ada yang sukanya lontong padan, gitu saja. Nah NasDem mengikuti suara publik saja, suara massa. Kebetulan yang disukai publik hari ini yaitu namanya ayam Al-Baik gitu. Yaudah kita ikut saja gitu.

Jadi NasDem tugas sebagai partai politik itu menyalurkan apa yang ada di pikiran hati publik, yang ada di pikiran hati publik itu nama Anies Baswedan. Itu NasDem ikut itu saja.

Jadi, NasDem juga partai pemerintahan. Jadi tugas sejarahnya selesai di 2024. Tugas berikutnya menunggu, siapa tugas berikutnya, siapa pemimpin yang akan kalian majukan? Nah ini masing-masing punya independensi. Ingat, masing-masing punya independensi untuk kemudian kocok ulang bisa. Oh salaman lagi oke, tos tosan lagi boleh. Tapi itulah kemudian dinamika yang terjadi.

Kalau kemudian toh di masa lalu kita bisa bersama, di masa sekarang karena tastenya berbeda zamannya berbeda, tidak perlu ditangisi juga dan tidak perlu bermusuhan juga. Kekanak-kanakan lah terlalu tinggi nafsunya, terlalu pendek akalnya kalau mereka menganggap perbedaan sebagai sebuah permusuhan dan akhir.

Ada pepatah Minang mengatakan, Bapisah Bukannya Bacarai. Berpisah bukan berarti kita harus bercerai. Berpisah karena jalan kita berbeda kita masih tetap bersatu dalam sebuah republik. Nah kedewasaan ini yang kita butuhkan dalam menjalankan demokrasi dalam Republik. Jangan baper-baperan lah, jangan kekanak-kanakan.

Tidak merasa dianaktirikan karena tidak disebut Pak Jokowi?

Enggak, pak Surya itu bukan level sindir menyindir, bukan level baper-baperan. Preferensi hal yang subjektif kok.

Presiden memberikan sinyal dukungan kepada pak Prabowo, Ganjar, sedangkan Anies belum. Seberapa penting dukungan Presiden penting untuk tokoh-tokoh yang maju ke 2024?

Ini yang perlu kita luruskan. Preferensi hal yang subjektif, tapi di sisi yang lain kami lebih awal bersama Pak Jokowi. Tahu betul Pak Jokowi seorang negarawan, ingat itu. Ini ada orang-orang di sekitar Pak Jokowi, ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mencemplungkan itu saja. Jadi Pak Jokowi berdiri di atas semua capres, berdiri di atas semua kepentingan, berdiri di atas semua partai politik dan semua golongan. Itu terbukti kok dan ingat, orang yang masih butuh perhatian sifatnya fisik, jangan-jangan dia kekurangan belas kasihan. Ingat itu catatan saya.

 

Apakah ketika Pak Jokowi sayang dengan Mas Anies, kalau sudah dekat harus dipertontonkan? Itu kan teori. Kalau sering ngepost-ngepost foto pasangan di Instagram di sosial media jangan-jangan hubungannya bermasalah.

Ingat catatan saya itu, something wrong dengan yang bersangkutan sehingga butuh diendrose butuh belas kasihan butuh gimmick-gimmick, oh kita bareng ya kita diendorse ya, di belakang jangan-jangan bukan itu. Nah itu putih mata dapat dilihat merahnya hati tidak ada yang tahu.

Jadi tidak usah khawatir Anies Baswedan ini memang manis dan dicintai oleh rakyat. Siapa tidak jatuh cinta sama dia. Jadi don't worry be happy saja. Kalian tidak tahu saja bagaimana kemesraan Anies dan Jokowi. Dan tidak perlu diumbar juga.

Pak Anies sering komunikasi dengan Pak Jokowi meski tidak diekspose?

Ya kalau awak media semuanya tahu, langit nanti malaikat berjatuhan tidak siap kita melihat kepak sayap malaikat yang sekian banyak itu. Ada yang perlu kita terima yang kasat mata, ada yang perlu kemudian cukup dengan desas desus saja. Itu saja.

Kenapa Anies masih diteror ular, demo, pengadangan saat safari politik?

Dalam hidup ini tidak ada yang tidak pro kontra. Bahkan kekasih tuhan masih dilempari kotoran sama orang. Itu hal yang wajar. Ada orang yang dengki ada orang yang sirik ada yang enggak suka itu wajar saja. Itu normal sekali. Bahkan itu menjadi statement penting biar kepemimpinannya mengerti secara komprehensif seperti seorang ibu yang melahirkan. Pembuka satu sampai pembukaan sembilan itu pedihnya kayak apa bos. Itu yang disampaikan dalam pidato Anies.

Jalan yang kita tempuh ini jalan yang berliku, mendaki, bahkan agak gelap. Itulah dinamika melahirkan kepemimpinan. Tetapi di ujungnya begitu kita sampai di puncak gunung itu kita melihat sunrise. Widih indahnya bos.

Ada orang demo biasa saja, bagus saja. Bahkan kita datangi itu bukan berarti oh ada demo, ada penolakan, enggak apa-apa. Itu keniscayaan saja tidak semuanya harus bersepakat itu hukum besi sejarah.

NasDem merasa Anies dikerjain enggak?

Yaa gini aja, tergantung perspektif kalau kita anggap itu sebagai sebuah worming up, senam-senam bos otot kita kuat badan kita sehat bos, jadi kita anggap warming up saja latihan sebelum dia jadi presiden ada gelombang demostrasi yang lebih besar, sebelum Nasdem menjadi partai penguasa harus di demo-demo dulu ini kita anggap exercise saja, warming up saja. Ini ujian yang harus dilalui oleh Anies sebagai capres dan insyallah NasDem sebagai calon partai penguasa, itu saja simplenya.

Beberapa pekan terakhir, Surya Paloh sering safari politik, ada apa?

Silaturahim itu kan memperlebar jalan, memperpanjang umur dan mempertebal rezeki. Kita ini ingin jadi anak saleh saja kalau kita enggak memulai siapa yang mau memulai?

Republik ini merdeka dengan modal dialog, saling beranjang sana anjang sini itu sebuah kebaikan. Karena biar narasi politik kita tidak hanya narasi pertikaian perselisihan permusuhan perbedaan kan sebuah keniscayaan kompetisi ke niscayaan sebagai sistem korektif di dalam berdemokrasi tp tidak musti kita baper-baperan enggak musti kemudian kita saling bersitegang.

Berfiesta saja kita, sama seperti nonton Real Madrid dan Barcelona El Clasico, kalah menang hal yang wajar tapi kemudian bagaimana fiesta yang merayakan benar-benar secara kolektif rakyatnya. Siapa yang harus mempertontonkan mereka tidak bermusuhan? Ya Ronaldo dan Messinya harus bersalaman

Eh gua fine ya gua berteman ya, lu boleh berbeda dukungan walaupun ada garis keras, ultras sekalipun tapi tugas dari sang maha bintang untuk kemudian mempertontonkan sekeras apapun pertandingan tapi kita berteman toh pertandingan ini 2x45 menit gitu.

Jadi itulah sebuah narasi, sebuah kebajikan yang ingin dipertontonkan dan itu bukan hal yang langka, bukan tegang apa hubungan Soekarno dengan Hamka? Kurang tegang apa hubungan Aidit dengan Natsir? Tapi dibelakang mereka bersahabat, saling bagi kopi, saling bagi tumpangan. Dan kenapa harus asing? Kenapa harus curiga? Ini bukan main serong? Apa yang serong? Enggak ada yang serong.

Artinya sudah terang-terangan?

Iya, satu hal yang kemudian terbuka bersilaturahmi yaa jangan-jangan dengan cara bersilaturahmi jalan Anies jadi lapang, NasDemnya lebih enak, itu saja secara simple.

PDIP dan NasDem belum ketemu, hubungan keduanya renggang?

Pasang surut itu hal yang dinamis saja tapi setidak-tidaknya hubungan tetap terjaga, masalah ketemu atau tidak itu masalah momentum saja. Teman-teman bisa berkaca hubungan Hatta dan Soekarno. Kan Hatta sempat menolak sebagai Wakil Presiden Soekarno dinamikanya tegang.

 

Kemudian, siapa yang di samping Soekarno di saat Soekarno di akhir hayatnya ya Hatta. Jadi apakah kerinduan misalkan rahma nikah siapa yang jadi saksi nikah? Hatta. Jadi gini ada relasi ini Bang Surya dan Bu Mega kan bukan relasi hari ini, bukan hanya bekerjasama bertemu setahun dua tahun sudah puluhan tahun sudah panjang sejarah mereka.

Dan mereka memiliki dinamika romantika tersendiri. Jadi ada waktunya bersama-sama, ada waktunya saling pandang-pandangan dan lain sebagainya dan itu sebuah romantika kehidupan saja.

Surya Paloh beri kode ingin bertemu Megawati, tujuannya apa?

Itu pertanyaan kalian, kalian yang bertanya kenapa belum ke Bu Mega. Jangan dibolak balik bos, yang bolak balik hati cuma Tuhan saja.

Anies sudah dapat tiket Capres, Cawapresnya sudah ada pembahasan di tim kecil?

Tunggu tanggal mainnya saja, jangan buru-buru lah. Elemen of surprise penting di politik.

Perhitungan di tim kecil sudah ada belum untuk sosok cawapres yang tepat, kriterianya?

Kriteria sudah lama kita umumkan

Perhitungan misal untuk meraup suara ini harus sosok tertentu?

Ah perhitungan kita tanyakan ke lembaga survei nanti sama dukun, jadi Bunda Corla saja nanti ini. Ku bukan tukang survei ku dukun survei tanya Bunda Corla saja itu

Apakah soal cawapres sudah didiskusikan, artinya PKS dan Demokrat mengusulkan nama?

Itu pasti, itu hal yang wajar dan sangat manusiawi sangat normal sekali.

Kalau NasDem, punya nama-nama Cawapres yang diusulkan ke Anies?

Kalau NasDem sudah menyerahkan kepada Mas Anies dan suatu hal yang membahagiakan suatu hal yang kemudian membuat kami cukup lega PKS dan Demokrat menyerahkan kepada Mas Anies terlepas nanti melakukan konsultasi dan dialog itu sebuah keniscayaan dengan para petinggi partai. Dengan Bang Surya, dengan AHY dengan Habib Salim atau Pak SBY dan sebagainya, itu suatu hal yang adab saja. Kan enggak mungkin slonong boy. Oke kita kasih kepercayaan kemudian oh ini enggak, kita kan bertangga naik berjenjang turun itu sebuah hal dinamis saja suatu hal yang pasti dan harus kita lalui.

 

Setiap partai punya survei sendiri internal. Apakah NasDem merekam Cawapres potensial yang dampingi Mas Anies?

Faktor cawapres bagi NasDem itu not only kuantitatif approach inget tidak hanya base on elektabilitas saja. Faktor pemenangan itu tidak hanya sebatas elektabilitas tapi faktor kualitatif faktor sosiologis itu penting. Tentu dalam hal itu kadang-kadang ada feeling juga.

Apa bedanya Ronaldo dengan Messi ya itu intuisi penting di sana, itu intuisi bicara jam terbang. Nah di sana kemudian peran-peran penting tokoh-tokoh dalam berkonsultasi dan mengambil keputusan kolektif menjadi sangat menentukan.

Salah satu target ceruk pemilih besar adalah Jawa Timur. Jawa Timur sebagai kunci. Apakah NasDem punya pandangan sosok yang pantes mendampingi Anies menguasai misal Jatim di pulau jawa?

Itu kan pendekatan kuantitatif untuk menentukam Cawapres sekali lagi pendekatannya tidak hanya kuantitatif tapi juga kualitatif faktor kita kenapa tadi rajin-rajin bersilaturahim jangan-jangan di ujung nanti dapat rezeki anak saleh gitu siapa yang akan jadi wakilnya Anies. Jadi kita sabar saja. Yang penting kita kan enggak menunggu godok yang tidak pasti.

Tapi kemudian kan menunggu siapa yang best of the bestnya karena Pak Anies dideklarasikan sebagai sebuah posisi why not the best. Jadi ini benar-benar menunggu dwi tunggal, best of the best enggak usah grasa grusu kita, jadi kita tenang. Kalau butuh kita ke Gunung Merapi, Merbabu agak sedikit bersemedi mungkin kita lakukan juga untuk dapat ilham.

Jadi proses ini benar-benar dengan pikiran yang jernih hati yang tenang, biar kemudian semua kepentingan terakomodir dan yang mendapat keuntungan yang paling penting dari proses ini adalah rakyat sendiri. Kalau pemimpinnya best of the best, maka kemudian rakyat yang diuntungkan kemudian bukan hanya lagi kami tapi triple win win win solution.

Pertemuan SBY, Surya Paloh dan Jusuf Kalla yang disebut sebagai king maker. Apakah ada peran dari sesepuh parpol dalam langkah ke depan?

Sulit mengatakan king maker karena kami tidak punya saham yang cukup untuk mencalonkan. Jadi masing-masing memiliki kontribusi yang equil baik yang punya kursi atau yang tidak punya kursi. Jadi inilah zaman kolaborasi.

Di zaman kolaborasi setetes air sebutir pasir semua memiliki nilai yang sama bukan hanya sesak semen atau karung pasir yang memiliki harga tapi semua memiliki harga artinya toh ada nama-nama tadi hanya menjadi fasilitator dalam gerak sejarah bukan king maker.

 

Apakah akan bertemu para sesepuh partai tersebut?

Kalau ketemu sering, telepon-teleponan kan sekarang, sudah ada video call. Ya sudah sekarang ketemunya lewat video call.

Surya Paloh, SBY dan Jusuf Kalla sering komunikasi?

Namanya kawan ketemu ngobrol, ya telpon-teleponan gitu ya tapi kalau secara fisik ya kadang-kadang kita pakai medium yang tersedia saja. Kalau kita rangkai mas Anies ketemunya dari satu kawinan ke kawinan yang lain iya kan? Anies benar-benar modal bismillah saja. Ketemu dari kawinan ke kawinan. Ketemu Pak JK, Pak SBY, Habib Salim ini benar-benar liga kawinan.

Ya itu lah pentingnya rida Tuhan itu, jadi kita kadang-kadang pakai momentum yang ada saja, pakai medium yang tersedia saja enggak usah ribet-ribet, enggak usah rumit-rumit gitu.***