Gegara Membuang Pembalut Sembarangan Sari Alami Pengalaman Horor

(Dok:Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Beberapa hari ini perut Sari terasa sakit dan mual. Dadanya yang belum terlalu besar terasa kencang. Emosinya tidak stabil, malah sering sewot. Semua terasa tidak sesuai keinginannya. Ternyata itu tanda-tanda akan haid. Haid pertamanya di usia 11 tahun.

    Pengetahuan Sari tentang haid belum terlalu banyak. Maklum teman-teman seumurannya belum ada yang mengalami hal serupa. Dia tidak akan mendapat jawaban jika bertanya pada temannya.

 Hanya saja dia beberapa kali mendengarkan cerita Mbak Tini, tetangganya, saat dapat tamu bulanan. Katanya haid memang sudah kodrat wanita, tidak boleh takut. Buru-buru Sari membeli pembalut, kemudian bertanya kepada Mbak Tini tentang cara memakainya.

    Beres dengan kursus singkat tentang dunia per-haid-an, Sari pulang. Tengah malam, Sari tidak nyaman dengan pembalutnya. Terasa basah dan tebal. Kata Mbak Tini tadi, itu tandanya pembalutnya sudah penuh. Artinya pembalut harus segera diganti yang baru. Kemudian pembalut yang sudah terpakai dicuci hingga bersih.

 Sambil menahan kantuk, Sari berjalan menuju kamar mandi di depan kamarnya. Malas rasanya menyentuh dinginnya air. Apalagi harus mencuci pembalut yg penuh dengan darah kotor. Pasti dingin dan lama. Akhirnya Sari hanya mengganti pembalut.

  Pembalut penuh darah itu ditinggal begitu saja di kamar mandi. Tanpa dicuci.

  "Besok pagi saja aku nyucinya, sekalian mandi pagi." Sari langsung geloyor tidur kembali.

    Tak lama sayup-sayup Sari mendengar suara berisik disertai bau anyir dan amis yang menyengat. Matanya terbuka. Makin lama suaranya makin keras. Mirip suara orang sedang menyeruput air.

  "Sluurrrpp.. sluurrrpppp.. sluurrrppp."

    "Siapa malam-malam begini bermain air di kamar mandi?" batin Sari sambil bangun lalu berjalan ke kamar mandi.

  "Sluurrrppp, sluurrrppp, sluurrrppppp."

  Kini suara itu semakin jelas. Bau anyir semakin menusuk. Bulu kuduk Sari tiba-tiba berdiri. Suara itu kini terdengar menyeramkan.

 Apalagi saat Sari membuka pintu kamar mandinya. Dia melihat sosok laki-laki tinggi berbaju putih lusuh membelakangi pintu kamar mandi. Kain putih bagian punggung sedikit berlumut.

  Bagian tengkuk dan telinga mengeluarkan darah. Rambutnya sedikit gondrong acak-acakan. Dan yang lebih mencengangkan lagi, sosok mengerikan itu memegang dan menyesapi dengan lahap darah haid pada pembalut kotor yang ditinggalkannya tadi.

    Tiba-tiba makhluk itu menoleh. Wajahnya tak beraturan. Ada sisa-sisa darah yang menempel di mulut. Sari terdiam terpatung. Badannya gemetar melihat pemandangan mengerikan dan menjijikan di depan matanya.

  Kepalanya pusing, perutnya mual dan seketika keluarlah semua isi perutnya kemudian tak sadarkan diri. Keesokan paginya, Sari sudah berada di tempat tidur ditemani Mbak Tini di sampingnya.

  "Kamu baik-baik saja, Nduk?" Mbak Tini khawatir.

  "Sari takut Mbak, mengerikan sekali tadi malam," Sari menangis mengingat apa yang baru saja dia alami.

  "Sudah-sudah tidak apa-apa, untuk pembelajaran ya. Kemarin kan Mbak sudah bilang kalau harus berhati-hati saat haid."

    "Darah haid harus langsung dicuci bersih. Karena wanita yang sedang haid itu rawan diganggu jin dan setan."

    "Karena saat haid mengeluarkan darah kotor yang berbau amis. Bau seperti itu sangat disukai oleh jin dan setan." kata Mbak Tini.

    "Iya, Mbak. Maafin Sari. Sari berjanji tidak akan malas bersih-bersih lagi." Sari memeluk Mbak Tini.

  Kejadian mengerikan itu membuat Sari kapok. Sekarang kalau sedang haid, Sari selalu mencuci pembalutnya hingga bersih hingga tak ada darah kotor yang tersisa.

     Gangguan mahluk penghisap darah haid itupun tak pernah ada lagi. (Seperti dikisahkan Indri Astuti di Koran Merapi) *