Sebelum Menjadi Huruf Latin Ternyata Asal-Usul Huruf A dari Aksara Ini, Apa Itu? Simak Yuk

Kuil dewi Hathor di Serabit el-Khadim. (©wikimedia commons)

JAKARTA (Surya24.Com) - Sebelum menjadi bentuk yang kita kenali sekarang, huruf A dulunya merupakan aksara hieroglif "ox", sebelum mengalami evolusi menjadi aksara Latin. Transformasi ini muncul ketika penambang batu pirus Mesir kuno mengadaptasi hieroglif, mengubahnya menjadi grafiti 4000 tahun lalu.

    Saat itu, banyak orang dari berbagai strata sosial dalam masyarakat Zaman Perunggu Mesir terlibat dalam aktivitas tambang di daerah pegunungan Serabit el-Khadim. Sekitar tahun 1900 SM, bahasa Mesir ditulis menggunakan hieroglif, semacam logografis atau simbol untuk mewakili sebuah kata.

   Dekat tambang Serabit el-Khadim, tulis merdeka.com, berlokasi di Semenanjung Sinai barat daya, ada sebuah kuil dewi Hathor telah digunakan selama 800 tahun. Kompleks kuil ini terdiri dari berbagai bangunan serta ruangan yang dindingnya bertuliskan prasasti hieroglif. Pendeta, penambang, pejabat, penerjemah dan lainnya menulis prasasti di kuil itu yang didedikasikan untuk Hathor, yang juga dikenal sebagai "dewi pirus".

   Serabit el-Khadim pertama kali ditemukan pada tahun 1762. Selama seratus tahun berikutnya, berbagai kunjungan dilakukan oleh para ahli purbakala yang tertarik dengan daerah tersebut, terutama setelah hieroglif Mesir diuraikan pada tahun 1822.

   Pada 1905, dua ahli Mesir Kuno dan pasangan suami istri William dan Hilda Flinders Petrie memperhatikan grafiti di dalam dan sekitar tambang yang tampaknya merupakan tulisan yang berbeda dengan hieroglif Mesir yang terukir di seluruh situs.

  Selama kunjungan mereka, mereka mendokumentasikan, memetakan, dan memotret empat belas tambang pirus, pagar melingkar di kuil dan sekitarnya.

   Simbol grafiti yang tidak biasa ada di batu-batu yang jatuh di sekitar tambang, serta di beberapa patung di dalam halaman kuil. Ini berbeda dengan prasasti yang lebih formal yang dihiasi dengan hieroglif berukir halus yang mengarah ke kuil.

  Setelah melakukan analisis, Petrie menemukan bukti paling awal untuk sistem abjad, dikutip dari laman Ancient Origins, Selasa (14/3).

   Yang menarik adalah melihat bagaimana hieroglif Mesir tertentu berevolusi melalui aksara Proto-Sinatik ini menjadi huruf Latin yang digunakan saat ini. Misalnya, huruf "B" adalah hieroglif Mesir untuk sebuah rumah.

    Huruf "H" awalnya hieroglif Mesir untuk pagar dan huruf "K" berasal dari hieroglif Mesir untuk tangan. Abjad Proto-Sinaitik, Ugaritik, Fenisia, dan Yunani semuanya berasal dari simbol-simbol awal ini dan mengubahnya.

 

    Menariknya, alfabet awal adalah abjad, yang artinya hanya memiliki konsonan. Dalam bahasa Fenisia versi hieroglif Mesir, A adalah ox dengan simbol seekor lembu yang berfungsi sebagai perhentian glottal (Konsonan letup celah-suara), sesuatu yang tidak bermanfaat bagi orang Yunani ketika mereka mulai menggunakan alfabet.

   Oleh karena itu, mereka mengubah huruf Fenisia yang dikenal sebagai "aleph" itu menjadi huruf "alpha" dan kemudian mewakili bunyi vokal "a".

   Tentu saja, faktor-faktor lain turut membantu berkembangnya bahasa tulisan. Pembuatan kertas, peningkatan pendidikan dan penemuan mesin cetak adalah beberapa di antaranya. Namun, jelas bahwa abjad suku kata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap cara informasi dicatat dan diteruskan sejak akhir Zaman Perunggu dan seterusnya. 

Seputar Aksara Hieroglif

Aksara Hieroglif adalah sistem penulisan yang digunakan oleh masyarakat Mesir Kuno pada masa lampau. Sistem penulisan ini dianggap sebagai salah satu sistem penulisan tertua di dunia yang tercatat sejak sekitar 3300 SM dan berlangsung hingga abad ke-4 Masehi. Aksara Hieroglif merupakan kombinasi dari gambar dan tanda-tanda yang mewakili objek-objek dan konsep yang berbeda.

    Aksara Hieroglif terdiri dari sekitar 700 simbol, yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Beberapa simbol tersebut menggambarkan objek seperti hewan, tumbuhan, dan benda mati, sementara simbol yang lain mewakili konsep abstrak seperti angka, waktu, dan kekuasaan. Tanda-tanda tersebut ditulis dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri, tergantung pada arah simbol yang digunakan.

    Sistem penulisan Aksara Hieroglif digunakan oleh para ahli dan peneliti modern untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Mesir Kuno. Penemuan batu-batu hieroglif dan artefak-artefak yang terukir hieroglif memberikan informasi penting tentang cara hidup, kepercayaan agama, dan struktur sosial masyarakat Mesir Kuno.

    Meskipun Aksara Hieroglif merupakan sistem penulisan yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia, namun sistem penulisan ini tidak lagi digunakan setelah abad ke-4 Masehi. Penggunaan aksara hieroglif digantikan oleh aksara Yunani, yang diperkenalkan oleh Alexander Agung pada tahun 332 SM setelah menguasai Mesir. Saat ini, aksara hieroglif digunakan sebagai dekorasi atau ornamen pada bangunan dan benda-benda seni modern.***