Kisah Lucu Jenderal TNI Kerjai Agen KGB di Kamar Hotel Moskow

Ilustrasi intelijen. (Dok:©istimewa)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti atau KGB terdengar sangat menakutkan di era Uni Soviet. Dinas intelijen ini menjadi andalan negeri tirai besi untuk mengorek informasi hingga menahan orang yang dianggap membahayakan negara.

Ada kisah menarik saat Mayor Jenderal TNI Sayidiman Suryohadiprojo berkunjung ke Moskow, Uni Soviet, sekitar tahun 1972. Ini adalah kunjungan tugas pertama pejabat Departemen Pertahanan Keamanan RI ini ke negara komunis tersebut.

Dikutip dari merdeka.com, begitu tiba di bandara, walau sudah dijemput oleh protokol kedutaan besar, Sayidiman harus melalui pemeriksaan yang lama dan ketat. Semua uang harus dikeluarkan dan ditunjukan pada petugas. Koper miliknya pun diperiksa dengan teliti.

Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.

Demikian ditulis dalam biografi Sayidiman, Mengabdi Negara Sebagai Prajurit TNI yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 1997.

Pura-Pura Tidur di Hotel

Atase Pertahanan (Athan) RI di Moskow, Laksamana Pertama Suhardjo yang menjemput Sayidiman mengatur rencana. Perwira tinggi Angkatan Laut ini memesankan kamar di sebuah hotel. Namun Sayidiman tidak akan tidur di sana.

Jenderal bintang dua ini menginap di rumah seorang anggota KBRI bernama Sidik. Sementara di hotel, yang tidur adalah anak buah Laksma Suhardjo, berpura-pura sebagai Sayidiman.

"Suhardjo berpikir bahwa saya akan menjadi sasaran penyelidikan KGB dan alat keamanan lainnya," kata Sayidiman.

Agar pihak Soviet tak curiga, sengaja orang yang ditugaskan menginap di hotel juga membawa koper. Benar saja, rupanya KGB memang sudah merencanakan untuk menggeledah kamar Sayidiman.

 

"Koper yang dibawa anggota staf Athan itu dibuka dan digeledah lagi oleh pihak Soviet saat anggota itu keluar kamar," bebernya.

KGB Dongkol

KGB gagal mendapatkan informasi dari operasi di kamar hotel. Rupanya mereka kesal juga. Saat hendak meninggalkan Moskow dan terbang ke Polandia, Sayidiman dipersulit.

"Saya dibalas oleh KGB. Mungkin ini karena mereka mendongkol ketika mendapatkan koper saya tidak ada di kamar hotel yang dipesan," kenangnya.

Dia disuruh menunggu lama di bandara. Tak peduli saat itu Sayidiman pemegang paspor diplomatik dan diantar oleh pejabat Kedubes serta atase militer RI di Moskow. Kopernya dibongkar kembali.

"Sampai pasta gigi pun diplenat-plenet," katanya.

Untung di saat-saat terakhir akhirnya koper tersebut dikembalikan. Sayidiman bisa terbang menuju tugas selanjutnya di Warsawa, Polandia. Walau Polandia saat itu masih negara komunis, namun terasa bedanya dengan Rusia.

Pengalaman menginap di Moskow benar-benar berkesan untuknya. Dia bersyukur bisa meninggalkan Rusia tepat waktu.

"Waktu tiba di Warsawa, saya merasa seperti keluar dari setengah neraka," akunya.***