Kisah Menarik Ketika Seorang Calon Ibu Negara Dilanda Kebingungan, Kok Bisa? Begini Ceritanya

(dok:merdeka.com)

JAKARTA (SURYA24.COM)-Ani Yudhoyono adalah seorang tokoh yang sangat dikenal di Indonesia sebagai istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ani Yudhoyono memiliki banyak prestasi di bidang sosial, pendidikan, dan seni budaya, serta telah melakukan banyak kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Ani Yudhoyono lahir pada tanggal 6 Juli 1952 di Yogyakarta. Dia menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 1977. Namun, Ani Yudhoyono memilih untuk tidak berpraktik sebagai dokter dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan sosial.

Sebagai ibu rumah tangga, Ani Yudhoyono telah melakukan banyak kegiatan sosial. Dia terlibat dalam banyak kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan. Salah satu kegiatannya adalah mendirikan Yayasan Cinta Anak Bangsa pada tahun 2006, yang bertujuan untuk membantu anak-anak Indonesia yang kurang beruntung dan memperjuangkan hak-hak mereka.

Selain itu, Ani Yudhoyono juga aktif dalam bidang seni budaya. Dia terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Dia juga menjadi Ketua Umum Paguyuban Seni Budaya Nusantara, sebuah organisasi yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan.

Di samping itu, Ani Yudhoyono juga sangat peduli dengan isu-isu lingkungan dan kelestarian alam. Dia telah melakukan banyak kegiatan untuk mendukung upaya pelestarian alam di Indonesia, seperti mengajak masyarakat untuk melakukan penanaman pohon dan mengurangi penggunaan plastik.

Ani Yudhoyono meninggal dunia pada tanggal 1 Juni 2019 setelah berjuang melawan kanker darah. Namun, warisan dan prestasinya dalam bidang sosial, pendidikan, seni budaya, dan lingkungan tetap dikenang dan dihargai oleh banyak orang di Indonesia. Ani Yudhoyono merupakan sosok yang sangat inspiratif bagi banyak orang, terutama bagi perempuan Indonesia, untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan melestarikan kebudayaan Indonesia.

Dilanda Kebingungan

Merinding dan gemetar dirasakan Ani Yudhoyono saat menyadari bahwa dirinya akan menjadi ibu Negara, istri Presiden Republik Indonesia.

"Saya bertanya pada diri saya sendiri, apa tugas ibu negara sudah ada yang mengatur? atau saya harus berinisiatif sendiri?" ucap Ani dalam buku 10 Tahun Perjalanan Hati seperti dilansir merdeka.com

Kebingungan yang dirasakannya coba diredam dengan ketenangan. Dia meneguhkan hati bahwa menjadi istri Presiden bisa dipelajari.

 

Ani mencoba memahami tugas Ibu Negara dari para pendahulu. Seperti Fatmawati Soekarno, Tien Soeharto, Sinta Wahid, dan Ainun Habibie. Namun, saat itu belum buku yang membahas tentang sepak terjang dan tugas istri Presiden.

Lantaran tidak ada buku yang membahas, Ani harus mengingat-ingat apa yang diketahui dan dikumpulkan tentang aktivitas mereka sebagai ibu negara. Tak banyak yang dapat dikumpulkan, Ani pun bertanya pada sang suami, Presiden SBY.

"Pepo, apa tugas saya sebagai ibu Negara?," tanya Ani.

"Lakukan saja kegiatan-kegiatan yang positif dan inspiratif di dunia kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan budaya." Jawab SBY

"Yang pasti, Memo tidak boleh ikut dalam politik praktis dan tidak boleh berbisnis," tegas SBY.

Hati Saya Bergetar

Pada 5 Oktober 2004, rumah SBY di Cikeas ramai disambangi banyak orang dan kerabat. Kemenangannya pada pemilu disambut suka cita.

SBY terpilih menjadi Presiden RI, otomatis sang istri, Ani Yudhoyono menjadi Ibu Negara. Gejolak muncul dalam hati Ani. Seolah belum mempercayai kenyataan yang dihadapi.

"Menyebut ibu negara, hati saya benar-benar gemetar. Seumur hidup saya tak pernah membayangkan akan menyandang status itu. Untungnya, hidup saya sarat pergumulan batin dan pengalaman. Saya sudah terlatih untuk fleksibel," ucap Ani Yudhoyono di malam hari setelah kemenangan SBY.

Malam itu Ani mendampingi suaminya, sibuk menyapa tamu-tamu yang datang memberikan ucapan selamat. Matanya memperhatikan sekeliling, melihat anak-anaknya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edi Baskoro Yudhoyono atau Ibas juga sibuk ke sana-kemari.

Kerinduannya Terhadap Mendiang Ibu Ani

Di dalam ruangan, ibunda Ani duduk tenang dengan senyuman. Sebelum kemenangan dan keramaian itu, sang ibunda memberi pesan pada Ani.

"Kamu harus lebih kuat mulai hari ini, Ani. Tidak mudah menjadi seorang Ibu Negara."

Pelajaran Pertama Menjadi Ibu Negara

Kebingungan Ani dan berbagai pertanyaannya tentang tugas ibu negara terjawab sudah. Pelajaran pertama didapatkan Ani pada 12 November 2004. Saat Alor diguncang gempa.

Saat itulah Ani merasakan bahwa kehadirannya sebagai Ibu Negara membawa ketenangan dan harapan bagi rakyatnya.

"Benar-benar sebuah pembelajaran luar biasa dari Allah. Saya meresapi setiap detik di sana. Semakin saya lihat tatapan sayu penduduk, semakin sadar daya akan sebuah hal yang menjadi nyawa bagi kegiatan ke depan: kepedulian dan dorongan untuk membangkitkan," kata Ani.

Pesan Ibunda

Sebelum didapuk menjadi Ibu Negara, Ani Yudhoyono menjalani hari sebagai istri seorang tentara. Ani selalu mengingat jelas pesan sang ibunda. Ketika memiliki suami seorang tentara, maka harus ikut dalam perjuangannya.

Istri tentara juga harus mendampingi pergerakan sang suami sekaligus mengalirkan energi penyemangat melalui kesiapan dan ketabahan.

"Jangan dahulukan egomu. Sebab seorang tentara yang baik tidak akan pernah meninggalkan tugas untuk negara. Kaulah yang harus mengalah," pesan ibunda untuk Ani Yudhoyono.

Kehidupannya menjadi anak dan istri tentara sudah membuat Ani terbiasa dengan sikap siaga, kuat dan tidak manja.

 

Secara alamiah, istri tentara dididik untuk tidak menuntut, tapi beradaptasi. Tidak mengeluh, tapi memahami. Tidak menyerah, tapi memperkuat diri.

Mereka harus luwes menghirup hawa asrama tentara sebagai bagian indah dalam hidup. Hal-hal itu yang diterapkan Ani selama mendampingi suaminya.

"Risiko jadi istri tentara, kami pernah tinggal ditangsi, hidup darurat di Bali, bermukim lama di Dili dalam keadaan tak aman, hijrah ke Amerika, dan tempat lain. Saya lakukan tanpa mengeluh, karena setiap keluhan saya adalah beban SBY dalam menjalankan tugasnya," ucap Ani dalam buku yang ditulis Alberthiene Endah.***