Siapa Sangka Tiga Orang Ini Membuat Soeharto Sakit Hati Sampai Dibawa Mati, Siapakah Mereka?

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM) Pada tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan yang mendalam dalam sejarah politiknya. Setelah 32 tahun memerintah, Presiden Soeharto, salah satu pemimpin terkuat di dunia, menghadapi tekanan besar dari berbagai pihak untuk mengundurkan diri. Kejatuhan Soeharto tidak hanya mengubah lanskap politik Indonesia, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kekuasaan dan kerentanan seorang pemimpin yang berkuasa dalam waktu yang lama. Dalam artikel ini, kita akan melihat faktor-faktor utama yang menyebabkan kejatuhan Presiden Soeharto dan implikasinya bagi masa depan Indonesia. Namun dibalik itu syahdan ada beberapa yang konon membuat Soeharto siapakah mereka? Namun sebelumnya  dibahas apa penyebab kejatuhan penguasa Orba itu  sebagai berikut.

Krisis Ekonomi:

Pada pertengahan 1997, Indonesia terjerat dalam krisis keuangan dan moneter yang parah, yang dikenal sebagai Krisis Finansial Asia. Kondisi ini menyebabkan runtuhnya nilai tukar rupiah, inflasi tinggi, dan meningkatnya pengangguran. Masyarakat Indonesia merasakan beban ekonomi yang berat, sementara kelompok-kelompok yang terdampak secara langsung mengkritik kebijakan ekonomi Soeharto. Tuntutan reformasi ekonomi yang lebih inklusif dan transparan semakin meningkat.

Protes Mahasiswa:

Pada akhir 1990-an, gerakan mahasiswa di Indonesia menjadi semakin aktif dan vokal dalam menentang rezim Soeharto. Mahasiswa dari berbagai universitas secara massal menggelar demonstrasi dan unjuk rasa, menuntut reformasi politik dan ekonomi yang lebih besar. Mereka memperjuangkan kebebasan berpendapat, keadilan sosial, dan partisipasi politik yang lebih luas. Protes mahasiswa ini memberikan semangat dan dukungan bagi gerakan perlawanan yang lebih luas terhadap pemerintah Soeharto.

Tekanan Internasional:

Di samping tekanan domestik, tekanan internasional juga berperan penting dalam kejatuhan Soeharto. Komunitas internasional, termasuk negara-negara Barat dan lembaga keuangan global seperti IMF, menyerukan reformasi politik dan ekonomi di Indonesia. Kebijakan Soeharto yang otoriter dan korupsi yang meluas telah menarik perhatian dan kritik internasional. Tekanan dari luar negeri memperburuk posisi Soeharto dan mempercepat proses kejatuhannya.

Konflik Etnis dan Regional:

Orang Kepercayaan 

Dikutip dari intisari online, Presiden Soeharto dikabarkan sangat sakit hati kepada 3 orang kepercayaannya yang kemudian justru mengkhianatinya.

Soeharto adalah presiden kedua Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun sejak 1967 hingga 1998. Pada akhir masa jabatannya, ia menghadapi berbagai tekanan dan protes dari rakyat yang menuntut reformasi.

Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakilnya, B.J. Habibie.

Namun, sebelum dan sesudah pengunduran dirinya, ada beberapa orang yang dianggap sebagai pengkhianat oleh Soeharto. 

Soeharto sendiri tidak pernah membuka-buka nama-nama orang yang menurutnya pernah berkhianat padanya. Namun, hal itu terlihat jelas saat Soeharto menghadapi masa-masa terakhirnya.

 

Ketika dirawat di rumah sakit, Soeharto dan keluarga menunjukkan penolakan terhadap orang-orang yang dianggapnya berkhianat.

Mereka tidak mau menerima kunjungan atau kehadiran mereka untuk melihat keadaan Soeharto.Berikut adalah nama-nama tersebut.

1. Harmoko

Harmoko adalah salah satu orang yang paling dekat dan setia dengan Soeharto. Ia menjabat sebagai Menteri Penerangan selama tiga periode pada era Orde Baru

Ia juga merupakan pencetus agar Soeharto kembali menjabat sebagai presiden untuk periode 1998-2003 sebelum pelaksanaan Sidang Istimewa MPR.

Usaha Harmoko berhasil dan Soeharto mendapatkan perpanjangan masa jabatan. Namun, hal ini menimbulkan kemarahan dari mahasiswa dan masyarakat yang melakukan demonstrasi besar-besaran.

Menanggapi situasi ini, Harmoko mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan pada 19 Mei 1998.

Ia mengatakan bahwa pimpinan MPR mengharapkan agar Soeharto secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri.

Pernyataan ini membuat Soeharto merasa dikhianati oleh Harmoko. Ia tidak lagi mempercayai Harmoko dan menolak kunjungannya hingga akhir hayatnya.

2. B.J. Habibie

B.J. Habibie adalah wakil presiden Soeharto pada periode terakhirnya. Ia juga dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia karena jasanya dalam mengembangkan industri pesawat terbang nasional.

Habibie pun disebut sebagai pengkhianat oleh Soeharto karena ia menolak untuk mundur bersama-sama dengan Soeharto ketika situasi politik semakin memanas.

Soeharto ingin membawa Habibie sebagai wakilnya untuk melepaskan jabatan presiden secara bersamaan.

Namun, Habibie menolak usulan tersebut dan memilih untuk tetap bertahan sebagai wakil presiden. Hal ini membuat Soeharto merasa tersingkirkan dan tidak dihargai oleh Habibie.

Soeharto pun tidak lagi bertegur sapa dengan Habibie, bahkan saat mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998.

 

Soeharto juga menolak kunjungan Habibie saat ia sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit.

3. Ginandjar Kartasasmita

Ginandjar Kartasasmita adalah salah satu menteri kesayangan Soeharto yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada kabinet terakhirnya.

Ia juga merupakan salah satu tokoh reformasi yang mendesak agar Soeharto melakukan perubahan politik dan ekonomi.

Ginandjar menjadi salah satu orang yang memimpin para menteri bidang ekonomi untuk menulis surat penolakan terhadap kabinet Soeharto pada awal Mei 1998.

Surat ini menyatakan bahwa kabinet Soeharto tidak mampu mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Surat ini menjadi salah satu faktor yang mempercepat kejatuhan Soeharto dari kursi kekuasaan. Soeharto merasa dikhianati oleh Ginandjar dan para menterinya yang tidak mendukungnya.

Soeharto pun tidak mau menerima kunjungan Ginandjar hingga ia meninggal dunia pada 27 Januari 2008. ***