Laporkan Rocky Gerung Benny Rhamdani Cari Muka ke Jokowi? Kata Din Syamsuddin Dirinya dan Rakyat Berada di Samping RG

Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin/Ist

JAKARTA (SURYA24.COM)– Pelapor pengamat politik Rocky Gerung (RG) ke Bareskrim Polri, Benny Rhamdani, dianggap sedang cari muka ke Presiden Joko Widodo.

Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menilai Benny tak berhak mengadukan Rocky meski memakai nama relawan Jokowi.

"Memang dia yang diserang Rocky? Benny sok jagoan, cari muka," ujar Jerry kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (3/8).

Menurut Jerry, kata-kata Rocky "bajingan yang tolol" merupakan bahasa kritik yang pedas kepada sosok pemimpin.

"Ada kata-kata kasar dari Rocky, barangkali dia punya dalih menyampaikan narasi ‘Bajingan dan Tolol'," tuturnya. 

Lebih lanjut, Jerry tidak heran jika kritik pedas ditujukan kepada Jokowi. Karena sering berulang kejadian pelaporan kepada pengkritik rezim.

"Ini sering terjadi akibat tidak puas dengan rezim yang semena-mena," demikian Jerry. 

Di Samping Rocky Gerung

Sementara itu dukungan terhadap pengamat politik Rocky Gerung terus mengalir, terkait pernyataan kontroversialnya. Salah satunya datang dari mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin.

“Saya akan berada di samping Rocky Gerung, dan akan mengajak rakyat untuk mendukungnya. Bismillah,” kata Din Syamsuddin dalam keterangannya, seperti dilansir rmol.idKamis (3/8).

Din menyesalkan upaya pemidanaan berupa pelaporan polisi oleh para relawan Jokowi atas kritik Rocky Gerung terhadap penguasa. Terlebih lagi, pejabat Istana Negara seperti KSP Moeldoko bereaksi dengan berlebihan.

“Rocky Gerung, sebagai warga negara dan cendekiawan, memiliki hak dan kewajiban untuk mengritik Pemerintah termasuk presiden. Seyogyanya para pejabat, termasuk KSP Jenderal TNI (Purn) Moeldoko tidak usah bereaksi, apalagi menunjukkan kekuasaan. Lebih baik mereka mawas diri, mengevaluasi apakah kritik Rocky Gerung benar atau salah?” tuturnya.

Menurut Din, pejabat negara harusnya menjawab kritik dengan otak dan hati, bukan dengan cara-cara yang menunjukkan alergi terhadap kritik.

“Pernyataan KSP Moeldoko bahwa beliau akan memasang badan terhadap Presiden hanyalah ekspresi adu otot, bukan adu otak. Di alam demokrasi sebaiknya dikembangkan adu otak, dalam dialog bila perlu debat,” kata Din.

Ditegaskan Din, rakyat Indonesia bersepakat dengan kritik Rocky Gerung terhadap Pemerintah, termasuk Presiden, yang dianggap telah kebablasan menyimpang dari UUD 1945.

 “Ayo berdiskusi apakah itu benar atau tidak? Bahwa frasa dari pengamat ke pengamat berbeda dalam menyimpulkan penyimpangan rezim adalah ciri pribadi masing-masing,” tandasnya.***