Jangan Anggap Enteng Polusi Dua Penyakit Ini M3engancam Berikut Tips Menjaga Kualitas Udara Tetap Sehat

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Dalam dunia medis, penyakit neurodegeneratif menjadi perhatian serius karena dampaknya yang merusak fungsi sistem saraf dan mengganggu kualitas hidup penderitanya. Dua dari penyakit neurodegeneratif yang paling umum dan sering dibicarakan adalah Alzheimer dan Parkinson. Meskipun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, keduanya memiliki efek yang signifikan pada kesehatan dan kehidupan penderitanya.

1. Alzheimer: Mengenal Penyebab dan Gejalanya

Alzheimer adalah penyakit yang umumnya terjadi pada usia lanjut dan merupakan bentuk paling umum dari demensia. Penyakit ini ditandai oleh penurunan fungsi kognitif yang meliputi kehilangan memori, kesulitan berbicara, berpikir, dan mengambil keputusan. Penyebab pasti Alzheimer masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada faktor risiko seperti genetika, usia tua, dan riwayat keluarga.

Perubahan dalam otak penderitanya adalah ciri khas Alzheimer, termasuk akumulasi plak beta-amiloid dan kluster tau yang mengganggu komunikasi antar sel saraf. Sayangnya, saat ini belum ada pengobatan yang dapat menghentikan atau membalikkan perkembangan Alzheimer, meskipun penelitian terus berlanjut untuk mencari solusi yang efektif.

 

2. Parkinson: Gangguan Gerakan dan Fungsi Motorik

Parkinson adalah penyakit yang mempengaruhi gerakan dan fungsi motorik seseorang. Salah satu gejala paling umumnya adalah tremor atau getaran pada tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya. Penderitanya juga mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan gerakan, kaku tubuh, dan lambatnya respons motorik.

Parkinson disebabkan oleh kurangnya dopamin, neurotransmitter yang berperan dalam mengirim sinyal antar sel saraf di otak. Sama seperti Alzheimer, penyebab pasti Parkinson belum sepenuhnya diketahui, tetapi faktor genetika dan lingkungan tampaknya berperan.

Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan Parkinson sepenuhnya, terdapat berbagai pengobatan yang dapat membantu mengelola gejala. Terapi fisik, terapi okupasi, dan obat-obatan tertentu dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita.

 

Mendorong Penelitian dan Kesadaran

 

Alzheimer dan Parkinson adalah penyakit yang mengajukan tantangan serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup penderitanya, serta mempengaruhi keluarga dan masyarakat secara luas. Untuk mengatasi tantangan ini, dukungan terhadap penelitian yang mendalam dan upaya kesadaran sangat penting.

Pemerintah, lembaga medis, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan pemahaman tentang Alzheimer dan Parkinson, mempromosikan gaya hidup sehat yang dapat membantu mengurangi risiko, dan mendukung upaya dalam menemukan pengobatan yang lebih efektif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kita dapat mengatasi dampak negatif dari penyakit-penyakit neurodegeneratif ini dan membantu mereka yang terkena dampaknya.

Merusak Otak

Kualitas udara yang buruk dan polusi di Jakarta dan sekitarnya memang berbahaya, terutama untuk paru-paru. Nyatanya polusi bukan hanya merusak paru-paru, tapi juga bisa menyebabkan kerusakan otak.

Dokter spesialis paru-paru di RSPI-Bintaro Jaya Hospital, Feni Fitriani Taufik mengatakan polusi terdiri dari berbagai gas berbahaya, misalnya gas monoksida yang bisa merusak otak.

 

"Jika manusia terpapar karbon monoksida dalam waktu lama ada efeknya ke otak. Bisa mengalami masalah memori hingga kesulitan berkonsentrasi," kata Feni dalam Exclusive Media Interview yang diselenggarakan RSPI, seperti dilansir cnnindonesia.com  Jumat (10/8).

Selain karbon monoksida, tentunya ada zat atau gas jenis lain yang terkandung di dalam polusi. Misalnya, zat magnetite yang memiliki sifat seperti magnet.

Magnetite adalah jenis polutan yang bisa menyebabkan seseorang mengalami stres oksidatif. Stres jenis ini bisa memicu penyakit neurodegeneratif, seperti alzheimer hingga parkinson.

Menurut Feni masalah di otak akibat polusi ini memang bukan masalah yang bisa langsung terjadi. Efek yang muncul adalah efek jangka panjang yang terjadi karena terpapar dalam jangka waktu lama.

"Efek di otak ini ya bisa terasa 5-10 tahun setelah sering terpapar. Tapi kalau case polusi yang sangat parah, jangka 2-3 tahun saja akan muncul lost memori, konsentrasi terganggu, bahkan kematian," kata dia.

Dalam beberapa pekan terakhir, polusi udara di sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya terus meningkat. Berdasarkan data IQAir per hari ini, Senin (14/8) Tangerang Selatan (Banten) memiliki skor 168 dan Jakarta memiliki skor 159. Keduanya menunjukan nilai kualitas udara yang buruk.

Buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya ini bahkan dianalogikan dengan mengisap rokok hingga 112 batang dalam sehari.

Tetap Sehat saat Polusi

Di tengah gempuran polusi udara, banyak orang memutuskan untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan. Sayangnya, polusi ternyata juga bisa terjadi di dalam ruangan.

Lantas, bagaimana menjaga kualitas udara di dalam ruangan agar tetap sehat di tengah gempuran polusi?

Polusi udara bisa ditemukan baik di dalam maupun luar ruangan. Di luar ruangan, polutan bisa berupa asap kendaraan dan debu. Sementara di dalam ruangan, polutan bisa berasal dari asap rokok, debu, mikroorganisme (bakteri dan jamur), serta cat dinding atau penggunaan cairan pembersih.

Ada beberapa cara untuk menjaga kebersihan udara dalam ruangan dan meminimalkan paparan polusi udara.

1. Tidak merokok di dalam ruangan

Agus Dwi Susanto, dokter spesialis paru dan ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mmenyarankan untuk tidak menambah polusi ruangan salah satunya dengan tidak merokok. Selain itu, perlu mengurangi penggunaan sumber api dalam ruangan seperti menyalakan lilin atau perapian.

2. Menempatkan tanaman hias

Selain untuk memperindah ruangan, tanaman hias juga bisa dimanfaatkan sebagai penyaring udara.

"Penggunaan tanaman dalam ruangan yang mempunyai kemampuan air purifier disarankan untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan tetap baik," kata Agus via pesan singkat pada CNNIndonesia.com, Jumat (11/8).

Apa saja tanaman hias yang disarankan? Anda bisa memilih tanaman laba-laba, aglaonema atau Chinese evergreen, palem bambu, lidah buaya, lidah mertua, dan peace lily.

3. Pakai air purifier

Salah satu solusi menjaga kualitas udara dalam ruangan adalah dengan menggunakan air purifier. Teknologi air purifier memungkinkan penyaringan udara dalam sebuah ruangan.

Berbeda dengan air conditioner, air purifier mengeluarkan udara lebih bersih. Biasanya pada air purifier memberikan indikator kualitas udara sederhana. Semakin rajin digunakan, indikator udara akan menunjukkan kualitas udara yang membaik.

4. Ventilasi indoor

Melihat kualitas udara luar ruangan seperti sekarang, ahli pulmonologi Erlang Samoedro tidak menyarankan menggunakan ventilasi luar ruangan (outdoor).

Biasanya untuk memastikan sirkulasi udara dalam ruangan, jendela dan ventilasi dibuka agar udara segar masuk. Namun untuk saat ini, sepertinya langkah ini kurang tepat.

"Sirkulasi dalam ruangan saja, ventilasi indoor jadi enggak dari luar. Kalau mode AC, itu yang sirkulasi dalam," jelas Erlang via pesan singkat pada Jumat (11/8).

Itulah sejumlah tips menjaga kualitas udara di dalam ruangan agar tetap bersih dan sehat di tengah gempuran polusi.***