Ilmuwan Kaget Ternyata Selain Manusia Hewan Ini Bisa Alami Menopause, Binatang Apa Itu?

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM) -  Menopause adalah fase alami dalam kehidupan seorang wanita yang menandai akhir dari siklus menstruasi. Umumnya, menopause terjadi saat seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Biasanya, proses ini terjadi di antara usia 45 hingga 55 tahun, meskipun rentang usia ini bisa bervariasi.

Selama masa transisi ini, wanita mengalami perubahan fisik, emosional, dan hormon yang berkaitan dengan menopause. Beberapa gejala umum meliputi:

Haid Tidak Teratur: Siklus menstruasi bisa menjadi tidak teratur sebelum berhenti sama sekali.

Gejala Fisik: Panas dingin (hot flashes), gangguan tidur, penurunan libido, keringat berlebihan, sakit kepala, dan masalah kesehatan tulang.

Gejala Emosional: Perubahan suasana hati, kecemasan, serta gejala depresi yang dapat muncul.

Menopause dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan fisik dan emosional wanita. Naun siapa sangka binatang satu ini juga mengalami manapouse simak yuk!

Pertama Kali

Seperti diketahui menopause merupakan fenomena unik yang terjadi pada manusia. Namun, untuk pertama kalinya, simpanse betina dilaporkan dapat bertahan hidup lama setelah tidak lagi bereproduksi atau setelah mengalami menopause. 

Mengutip kompas.com, penemuan ini menyangkal bahwa menopause hanya dialami manusia, sekaligus juga mempertanyakan mengapa menopause bisa terjadi. Sekilas tentang teori evolusi dan menopause 

Menurut teori evolusi kasar, individu ada semata-mata untuk bereproduksi. Begitu individu berhenti melakukan hal tersebut, maka keberadaan mereka tidak ada gunanya lagi. Perdebatan mengenai hal ini masih berlanjut. Fenomena menopause pun membantah pandangan ini. 

Jika benar bahwa individu hanya ada untuk berkembang biak, evolusi seharusnya berpihak pada kelompok yang tetap mampu bereproduksi, setidaknya sampai mereka mati, dan mungkin masih ada waktu beberapa tahun untuk membesarkan anak terakhir mereka.

Kemudian, jika menopause pun hanya diketahui terjadi pada manusia, teori tersebut dapat diabaikan. 

Namun, para ilmuwan telah melaporkan bahwa menopause juga diaami beberapa spesies paus bergigi dan kini simpanse di Ngogo, Uganda. Menopause pada simpanse Dr. Brian Wood dari Universitas California, Los Angeles, dan rekan-rekannya mempelajari simpanse Ngogo menggunakan ukuran yang disebut representasi pasca-reproduksi (PrR), yakni proporsi rata-rata masa hidup simpanse dewasa yang telah kehilangan kemampuan untuk bereproduksi. 

Peneliti mendapatkan nilai 0,2 untuk populasi simpanse betina Ngogo dengan menguji urine 66 ekor betina untuk mengetahui adanya perubahan hormonal yang terkait dengan penurunan kesuburan. 

Meskipun tidak setinggi manusia (0,3-0,47) atau beberapa spesies paus, angka tersebut lebih mendekati angka manusia dan paus, dibandingkan dengan nilai yang terlihat pada sebagian besar mamalia (0,04 atau lebih rendah). 

Seperti manusia, simpanse betina biasanya mengalami menopause sekitar usia 50 tahun, namun hanya sedikit yang mencapai usia tersebut di alam liar, apalagi bertahan hidup lama setelahnya. 

Simpanse betina Ngogo tampaknya berumur panjang, banyak yang bertahan hidup hingga usia 50-an dan 60-an, setelah memiliki keturunan terakhir pada usia pertengahan 40-an. "Hipotesis Nenek" Pembenaran konvensional untuk menopause pada manusia, yang juga diterapkan pada paus orca, disebut “hipotesis nenek”. Teori ini berpendapat bahwa ketika kemampuan bereproduksi hilang, energi individu dialihkan untuk membesarkan cucu. Pada spesies yang masa kanak-kanaknya panjang, ini mungkin cara paling efektif untuk memastikan transmisi gen dalam jangka panjang. 

Namun, sayangnya, simpanse yang lebih tua tidak membwrikan pengasuhan untuk cucu-cucunya. Salah satu petunjuk penyebabnya mungkin terletak pada fakta bahwa ketika simpanse betina Ngogo tiba di kelompok baru pada awal masa dewasa, mereka tidak langsung berhubungan dengan anggota lainnya. 

Namun, semakin lama mereka hidup, maka semakin dekat hubungan genetik mereka dengan kelompoknya. Jadi, kemungkinan besar, setelah melewati usia tertentu, betina simpanse yang lebih tua merasa sudah cukup terhubung secara genetis dengan anggota yang lebih muda sehingga akan menguntungkan mereka jika tidak lagi bersaing untuk mendapatkan sumber daya atau fokus untuk mewariskan pengalaman mereka.***