Gegara Tanda Baca "Titik" di KTP, Tursinih Tak Bisa Cairkan Bansos, Kok Bisa? Begini Ceritanya

(Dok:kompas.com)

INDRAMAYU (Surya24.com) - Tursinih (62), petani asal Desa Sidamulya, Blok Benda, Indramayu, Jawa Barat, bingung lantaran kartu ATM debit bansos yang sudah dia terima setahun lalu tak pernah bisa dicairkan dananya karena tanda baca "titik" pada kartu tanda penduduk (KTP) miliknya. Bantuan sosial yang semestinya dia terima sejak 21 Mei 2021 itu tidak pernah bisa ditukarkan “rasdog” (beras dan endog atau telur) seperti warga desa lainnya yang menerima program itu dari Dinas Sosial Indramayu.

Melansir kompas.com, menurut pihak bank, server komputer bank tidak bisa membaca tanda baca “titik” di belakang singkatan binti yang tertera pada KTP Tursinih.

Pada KTP yang berlaku seumur hidup milik Tursinih tertanggal sejak 2018 itu, tertera nama dirinya, Tursinih bt. Darwa. Permasalahan tanda baca di KTP juga berimbas terhadap bank lain saat Tursinih berencana melakukan peminjaman.

Semua itu berawal dari salah tulis oleh petugas juru tulis kecamatan yang menulis singkatan binti dengan “bt.”

Awalnya, Tursinih merasa girang ketika menerima amplop kecil berisi kartu debit bansos berwarna merah putih dari salah satu bank pelat merah tertanggal 21 Mei 2021. Sejak empat tahun silam, petani buta huruf ini ditinggal mati suaminya, Ramidi. Kini Tursinih hidup berdua bersama cucunya, Randim (14), di Desa Sidamulya, Blok Benda, Indramayu.

Dalam surat yang terlampir bersama ATM debit bansos yang diterimanya, tertera keterangan bahwa pihak bank memberi ucapan selamat kepada Tursinih yang telah menjadi nasabah bank tersebut dan akan memiliki buku tabungan serta kartu ATM debit yang dapat digunakan untuk menarik uang tunai, transaksi pembelian pulsa ponsel di ATM, hingga berbelanja di toko yang telah bekerjasama dengan bank pelat merah tersebut.

Namun, alih-alih menerima bantuan sosial “rasdog” senilai Rp 180.000, kartu debit milik Tursinih tak memiliki saldo. Baik "e-toko" atau toko penjual beras yang bekerja sama dengan dinas sosial setempat, maupun petugas Bansos di kecamatan, mengatakan kartu Tursinih selalu “mental” (ditolak) diproses karena pada nama di KTP tertera tanda baca “titik”.

Satu-satunya cara agar Tursinih mendapat Bansos adalah dengan menghilangkan tanda baca titik di KTP nya. Proses Menghilangkan Titik Kepala Dinas Pelayanan Pendaftaran Penduduk Indramayu, Karnadi Monoisman mengatakan, harusnya Tursinih tidak perlu mengubah tanda titik pada KTP untuk bisa mendapatkan bansos.

“Semestinya tidak perlu mengubah kartu tanda penduduk untuk mendapatkan bansos. Harusnya ada kesamaan mindset antara bank dan pihak kependudukan,” kata Karnadi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (20/9/2022).

Menurut Karnadi, kesalahan mencantumkan singkatan "bt." bisa diatasi jika pihak bank juga menulis bt pakai titik dalam kartu ATM. Namun, menurut pihak bank yang dihubungi keluarga Tursinih, bank tidak bisa meneruskan proses transaksi jika ada tanda baca titik di kartu ATM. Jika memakai tanda baca “titik” di belakang "bt", komputer server tidak akan bisa membacanya.

Apakah mudah menghilangkan tanda baca titik? Pada Selasa (20/9/2022), Tursinih akhirnya mengajukan perubahan nama di KTP ke Dinas Penduduk dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Indramayu yang jarak dari rumahnya di Bongas sejauh 77 km atau lebih dari dua jam jarak tempuhnya dengan kendaraan.

Jika melalui proses normal, tanpa bantuan kepala dinas misalnya, ternyata tidak mudah untuk mengubah atau menghilangkan tanda baca “titik” di belakang singkatan bt di KTP Tursinih. Proses normal di Disdukcapil bisa memakan waktu sepekan untuk mengubah kartu keluarga (KK), sampai keluar ejaan "bt" tanpa tanda titik di KK.

Perubahan itu harus dilaporkan terlebih dulu ke Dukcapil Pusat dan untuk menghilangkan tanda “titik” serta si pemilik KTP Indramayu harus datang ke Disdukcapil Indramayu seraya melampirkan KK asli serta bukti ijazah jika memang si pemegang KTP tertera pendidikannya.

Hal ini membuat warga yang berniat mengurus penghapusan tanda baca “titik” terbentur persyaratan dan harus balik kanan ke rumahnya yang jauh. Terkadang masyarakat harus meminta bantuan perantara atau calo. Biayanya bisa jauh lebih mahal dari jumlah bansos yang diterima.***