Ini Hitungan Weton Jawa Anies Baswedan, Berwibawa, Pemberani, dan Murah Rezeki

(Dok: Intisari-Online.com)

JAKARTA (Surya24.com) – Hitungan weton Jawa Anies Baswedan, yang digadang-gadang oleh salah satu partai menjadi calon Presiden pada pemilu 2024.

Anies Baswedan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, lahir pada 7 Mei 1969.

Menurut perhitungan primbon Jawa, tanggal 7 Mei 1969 jatuh pada weton Rabu Kliwon, dengan mongso Desta, dan wuku Sinta.

 

Hari Rabu memiliki nilai neptu weton Jawa 7, sedangkan pasaran Kliwon memiliki nilai neptu 8.

Melansir intisarionline.com, maka, kelahiran weton Rabu Kliwon memiliki jumlah neptu weton Jawa 15, yang menjadi dasar untuk meramal dalam Primbon Jawa.

Mereka yang lahir pada weton Rabu Kliwon memiliki watak Lakuning Srengenge, layaknya matahari, yang berarti memiliki sifat disiplin, berwibawa, menghidupi, dan memberikan pencerahan bagi orang di sekitarnya.

Weton Rabu Kliwon termasuk dalam rakam Kala Tinantang, yang berarti pemberani, namun saking beraninya hingga banyak dimusuhi.

Dalam Pancasuda Primbon Jawa, kelahiran weton Rabu Kliwon dalam naungan Lebu Katiup Angin, yang artinya cita-citanya sering tidak kesampaian, hartanya sering habis.

Secara umum, kelahiran hari Rabu memiliki watak pendiam, pemomong, dan penyabar.

Sedangkan pasaran Kliwon, memiliki watak pandai bicara dan bergaul, periang, ambisius, urakan, setia pada janji, banyak selamat dan doanya.

Sayangnya mereka memiliki sisi negatif seperti kurang bisa membalas budi, ceroboh dalam memilih makanan, jorok.

Mereka yang lahir pada Rabu Kliwon juga memiliki kekurangan seperti mudah marah, mudah tersingung, dan pembantah.

Apalagi jika pendapat mereka berbeda dengan orang lain, maka dia tidak segan untuk mengungkapkan hal tersebut.

Menurut Primbon Jawa, mongso Desta, Sotya Sinara Wadi, untuk mereka yang lahir pada tanggal 20 April hingga 12 Mei.

Sotya Sinar Wadi, berarti permata hati dalam mongso Desta ini berada di bawah pengaruh Batara Yamadipati.

 

Batara Yamadipati adalah putera Hyang Ismaya dari Ibu Dewi Kanestren, yang dalam dunia Pewayangan Batara Yamadipati adalah Dewa Pencabut Nyawa.

Sifatnya pantang mundur, bijaksana, dan tegas, walaupun tindak tanduknya sudah diperhitungkan terlebih dahulu dan pasti.

Mereka yang lahir pada mongso Desta itu kalem dan lemah dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan, tidak semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya selesai pada waktunya, karena mereka punya kiat sendiri, yaitu sistematis dan praktis, sehingga dengan santai dapat merampungkan pekerjaan.

Dalam pergaulan mereka sangat menyenangkan, tidak gampang percaya pada orang lain, tetapi memiliki sifat cemburu, dan senang mempelajari ilmu gaib.

Orang lain menganggapnya sebagai benar-benar dermawan, sehingga banyak orang datang meminta pertolongan padanya.

Penampilannya selalu tampak rapi dan menyakinkan, menonjolkan kegagahan dan perlente dengan rambut yang tersisir rapi.

Meskipun terlihat kalem, tetapi bila terpancing emosi, mereka bisa marah tidak tertahankan lagi, dan tidak dapat dikendalikan.

Dan bila sudah disakiti hatinya dan dikecewakan, maka mereka akan cepat mengambil keputusan yang drastis dan tidak mau lagi berhubungan.

Sementara, berdasarkan Wuku Sinta, wataknya adalah menjadi pelindung atau penolong orang sakit.

Baswedan berdasarkan Primbon Jawa.

Mereka memiliki kemuliaan, namun sering memperlihatkan kekayaannya.

Kelahiran wuku Sinta ini memiliki aral yaitu ketika sedang mendapat peningkatan tidak dermawan, maka ini akan menyebabkan kejatuhannya.

Maka mereka kelahiran wuku Sinta memberikan sedekah berupa nasi pulen dang-dangan beras senilai zakat fitrah, dengan lauk pindang kerbau seharga 21 ketheng dan tidak boleh menawar.

Mereka disarankan saat wukunya berjalan selama 7 hari untuk tidak bepergian ke arah timur laut.

Wuku Sinta ini baik untuk mengobati, membuat sarat supanya banyak hujan, mengobati orang terkena pengasihan atau sebaliknya, namun tidak baik untuk menanam dan membuka pekarangan.

Anda boleh saja tidak percaya dengan ramalan tersebut di atas, tetapi anggap saja menambah pengetahuan wawasan budaya Indonesia yang kaya.***