Kisah Inspiratif Mualaf Sohlia, Tetap Beriman meski Alami Cobaan Berat Ditinggal Orang Tercinta

(Foto: YouTube Ngaji Cerdas)

JAKARTA (Surya24.com)- Inilah kisah mualaf bernama Sohlia atau biasa dipanggil Oyen. Ia merupakan seorang ibu yang memiliki dua anak dan berkegiatan sehari-harinya menjalankan usaha secara daring.

Sohlia mengatakan masuk Islam dari tahun 1998 di Kampung Cimanengah yang disaksikan oleh ibu angkatnya bernama Tuti Sumiati.

"Saya Muslim itu tahun 1998. Itu bukan karena saya menikah dengan lain agama ya," ujar Sohlia dalam tayangan di kanal YouTube Ngaji Cerdas.

Sebelum masuk Islam, Sohlia pernah menjadi guru sekolah keagamaan pada 1996. Ia juga sempat dilantik secara agama oleh orangtuanya di rumah ibadahnya dulu setelah lulus SMA.

"Saya Muslim bukan karena saya mau nikah, atau untuk suami ya. Saya nikah sama suami itu kenal setelah saya muslim selama 4 tahun, baru saya kenal sama suami saya," ujar Sohlia dengan serius dikutip okezone.com.

Ia mengaku masuk Islam secara sembunyi-sembunyi agar orangtuanya tidak mengetahuinya. Setelah menjadi mualaf, ia melaksanakan puasa pertamanya menumpang sahur di rumah orang karena ingin merasakan suasana sahur bareng-bareng dengan orang terdekat. Apalagi ia selalu rindu dan kepengin keluarganya utuh melaksanakan sahur bersama.

"Sebenarnya saya rindu ya. Saya pengin keluarga utuh, sahur bareng gitu. Ya tapi kan memang jalannya Allah beda ya. Udah gitu, saya pengin belajar saya enggak ada yang ngajarin lho, akhirnya saya belajar secara otodidak," ujar Sohlia sambil meneteskan air mata.

Pengetahuan mengenai Islam sangat kurang di diri Sohlia, tapi ia tidak pernah menyerah belajar. Ia sampai cari di buku tentang belajar sholat, doa-doa, dan lain sebagainya.

Dia sampai bersikeras untuk bisa sholat dengan cara menuliskan bacaan dan niat di kertas. Ia juga menulis pakai bahasa latin, bahasa Indonesia, biar bisa mengucapkannya.

"Awal kan enggak tahu ada niat wudhu itu, saya bilang 'Ya Allah saya mau wudhu. Kalau memang wudhu saya enggak sah, tolong sahin Ya Allah.' Saya bilang seperti itu terus-menerus," ucap Sohlia.

Setelah itu, beberapa lama kemudian ia bisa melaksanakan sholat tanpa tulisan di kertas lagi. "Alhamdulillah sekarang saya bisa ya niat sholatnya apa rakaat-rakaatnya," tambahnya.

Akhinya Sohlia memutuskan menikah setelah menjadi mulaaf. "Saya bilang kan, 'Coba aja kamu ngomong sama papa saya berani enggak?' Saya bilang gitu. 'Tapi kan kamu Muslim, iya tapi kan bapak kamu beda agama, coba aja kalau kita niatin kan enggak mungkin namanya orangtua menghalangi kita.' Kata suami saya kayak gitu," ujar Sohlia.

Akhirnya suami Sohlia datang ke orangtua, walaupun cuma sendiri, dan Sohlia mengatakan yang sejujurnya kalau dia sudah masuk Islam. Reaksi papa Sohlia pun kaget mendengarnya.

"Reaksinya pasti kaget banget. Dia Cuma bilang, 'Kamu memeluk agama apa pun, papa enggak akan ngelarang, itu iman kamu. Cuma satu papa minta, jalanin dengan benar.' Itu yang dibilang papa saya," ucap Sohlia.

Semenjak menikah, banyak sekali cobaan yang ia rasakan. Mulai 7 tahun ia belum memiliki anak dan suaminya dipecat dari pekerjaan. Tapi dia tidak pernah berpikir untuk cerai, justru makin yakin menjalaninya bersama-sama.

"Rumah tangga ke-8 tahun alhamdulillah Allah percaya sama saya dikasih anak. Terus enggak mudah ternyata," ucap Sohlia sambil melihat anaknya di sampingnya.

"Anak saya berumur 6 tahun itu cobaan yang paling berat, sedang bahagianya rumah tangga, udah dikarunia anak, udah diberkahi rezeki berlimpah. Suami saya kerja dari awal dari sales sampai diangkat menjadi supervisor. Supervisor diangkat lagi jadi asisten manajer. Begitu ternyata kita yang berencana tapi Allah yang berharap ya, suami saya sakit parah sampai akhirnya ia ninggalin saya," ucap Sohlia sambil meneteskan air mata.

Sohlia selalu berjuang dan berusaha kuat demi sang anak. "Pengin suatu saat kalau memang udah waktunya saya pengin kumpul lagi sama almarhum suami, bukan karena orang, tapi memang keingingan anak saya," ujar Sohlia.

Ia mengatakan, apa pun cobaan yang dihadapi itu memang atas izin Allah Subhanahu wa ta'ala. Hal yang penting ikhlas menerima apa adanya. Allah Ta'ala tidak akan memberi cobaan lebih berat dari kekuatan hamba-Nya. Sabar, tawakal, ikhlas, mungkin tidak dapat balasan di dunia, tapi di akhirat sudah pasti.

"Kita harus kuat. Kita jangan mengandalkan diri sendiri, karena kita hebat, kita kaya, kita apa, tetap kita andalkan Allah, karena sesuatu hal itu kita ada masalah atau apa pun masalah kita itu kecil dibanding kuasa Allah yang luar biasa kita datang. Cuma itu aja pesan saya," pungkas Sohlia. Wallahu a'lam bisshawab.***