Pengalaman Seram Mas Kardi, Apa Itu? Simak Kisahnya

(Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Senja baru saja merapat ketika Kardi diminta Mak Ijah menggantikan dirinya untuk menjaga warung sederhana mereka.

Kardi yang saat itu baru saja pulang dari langgar, langsung melaksanakan titah Mak-nya.

“Setelah lepas Maghrib baru kamu bersih-bersih dagangan yang di luar, ya, Di,” nasihat Mak Ijah.

Beberapa dagangan mereka seperti minuman dan makanan ringan dipajang di luar warung. Oleh karena rentan debu, maka dagangan tersebut harus lebih sering dibersihkan.

Kardi mengangguk. Ia mengambil bangku lalu duduk menghadap seberang jalan yang lengang.

Pikirannya menerawang. Andai Bapak masih ada mungkin saat ini dia sudah duduk di bangku kuliah.

Bukan hanya bangku kayu warung sederhana ini. Entah karena terlalu larut dalam lamunannya, Kardi jadi agak mengantuk.

Berkali-kali tubuhnya seperti digoyang angin. Miring ke kiri dan ke kanan mirip nyiur melambai di tepi pantai.

Mak Ijah yang saat itu sudah selesai melaksanan ibadah salat Maghrib langsung saja menyuruh Kardi masuk ke dalam dan rebahan.

Kardi tidak mengangguk kali ini. Ia melihat raut wajah Mak Ijah yang kelelahan setelah seharian berjualan.

Ditemani kantuk yang tersisa, Kardi mengambil kain lap kumal lalu pergi menuju dagangan yang dipajang di luar warung.

Saat itulah ia menyaksikan apa yang seharusnya tidak ia saksikan. Berpuluh tahun yang lalu, tepat di seberang jalan warung mereka adalah sebuah tikungan jalan yang cukup tajam.

Tak terhitung sudah jumlah nyawa melayang akibat kecelakaan, baik tunggal maupun rombongan.

Sehingga wajar apabila aroma mistis masih sangat kental di daerah tersebut.

Beberapa orang yang tinggal cukup lama di daerah itu juga sudah tak asing lagi dengan berbagai hal di luar nalar yang kerap terjadi di sekitar tikungan itu.

Kardi tengah khusyuk membersihkan dagangan dari debu jalan yang menempel ketika pandangan matanya teralihkan menuju seberang jalan yang tadi lengang.

Sesosok pria berjalan tegap. Pandangan pria itu kosong mengarah ke depan. Berpakaian putih ala pasien rumah sakit dan … tubuhnya bermandikan noda darah!

Kardi segera menghentikan aktivitasnya, melempar kain lap dan melarikan diri menuju warung. - Nama samaran (Seperti dikisahkan Karunia Sylviany Sambas di Koran Merapi) *