Pengalaman Guru SMP Pak Dawuh Kerja Bakti Membersihkan Rumah Joglo, Ternyata yang Ikut Bukan Warga Biasa. Lalu Siapa?

(Dok:Pramono Estu/Harian merapi)

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Semua warga dusun Semanten tahu, jika rumah besar bercorak joglo itu tidak berpenghuni. Konon, pemilik rumah beserta seluruh keluarganya tewas, menjadi kurban musibah gempa bumi, empatbelas tahun silam.

Adalah lumrah, rumah yang sekian lama tidak dihuni, maka yang akan menghuni adalah makhluk halus dari dunia astral.

Warga yang tinggal di sekitar rumah tersebut berujar, jika kerap terjadi hal yang tidak masuk akal.

Tak hanya malam hari, di siang bolong pun kadang ada kejadian aneh. Seperti biasa, pagi menjelang siang suasana dusun Semanten sepi.

Semua warga pada sibuk bekerja. Ada yang kerja di sawah, ada pula yang kerja di kantor.

Pak Dawuh, Guru SMP yang hari itu libur kelas, sendirian tinggal di rumah kontrakannya.

Sayup- sayup telinga Pak Dawuh mendengar bunyi kentongan ditabuh. Pertanda dimulainya gugur gunung atau kerja bakti warga dusun.

Pak Guru itu merasa aneh. Di saat bukan hari libur kok ada ajakan gugur gunung, bersih- bersih lingkungan.

Sebagai warga baru dusun Semanten, Pak Dawuh tidak mengabaikan ajakan kerja bakti tesebut. Tidak berfikir panjang dia mengambil pacul dan sapu lidi.

Terus saja bergabung dengan warga lainnya. Ternyata di sekitar rumah joglo kosong itu sudah banyak warga berkumpul.

 

"Wah, warga dusun ini memang kompak. Kapan pun diajak bergotong- royong, siap", gumam Pak Dawuh dalam hati.

Gotong- royong bersih- bersih lingkungan pun dimulai. Pak Dawuh heran, yang dibersihkan kok hanya rumah joglo kosong saja?

 

Ada yang menyapu halaman, memotong ranting pohon, membersihkan tembok dari lumut dan tanaman liar yang merambat. Bahkan ada juga yang mengecat rumah kosong tersebut.

Menjelang lohor kegiatan gugur gunung dihentikan. Pak Dawuh melangkah menuju bawah pohon talok, akan beristirahat.

Duduk menyendiri di atas dingklik kayu yang amat kotor, matanya memandang ke sekeliling. Dia baru tersadar. Di sekitarnya sunyi sepi. Tidak ada siapa pun, kecuali dirinya.

"Lho, sedang ngapain Pak disini? Kok bawa pacul dan sapu segala?" tanya Pak Wasno, tetangganya, ketika pulang dari Mushala.

"Ya ampun, makhluk halus penghuni rumah joglo kosong itu telah mengusili sampeyan."

"Tapi bisa juga dia cuma ingin berkenalan dengan sampeyan, Pak", ujar Pak Wasno begitu mendengar penuturan Pak Dawuh. - Semua nama samaran. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *