Pengalaman Bikin Merinding Mas Ngadiman dan Gombloh Mencari Ikan di Malam Bulan Purnama, Eee Malah Ktemu Ini Apa Itu?

(Dok:Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) -Malam ini Ngadiman dan Gombloh bersepakat nyuluh atau mencari ikan sampai pagi. Ikan-ikan yang di dapat lebih banyak ketimbang hari biasanya.

Malam ini tentu bukan malam Jumat Kliwon. Hujan rintik-rintik turut serta menambah kesan mistis. Sesekali lolongan anjing terdengar di telinga. Parijan dan Bagio sudah sejak tadi memutuskan pulang ke rumah.

Mereka berdua nampak begitu ketakutan melihat bulan merah darah menerangi pematang sawah. Sesungguhnya Ngadiman dan Gombloh juga merasakan hal yang sama, tapi mau bagaimana lagi jarang-jarang ikan melimpah ruah.

  1. anjing kini terdengar berulang kali. Suaranya makin kencang bersahut-sahutan mirip seperti lolongan srigala. Ngadiman dan Gombloh mulai curiga karena setahunya di desa hanya ada seekor anjing milik Samingun.

Suara itu semakin dekat. Mereka pun bersembunyi di semak-semak. Tapi aneh hanya suara yang terdengar tidak ada anjing disekeliling mereka.

Mereka pun semakin khawatir ada suara taka ada rupa.

"Bagaimana kalau kita pulang saja," ucap Gombloh.

"Aku tidak berani," sahut Ngadiman.

Mereka pun saling berpandangan sambil mengamati keadaan sekitar. Lolongan anjing semakin kencang beserta gemericing lonceng.

Seolah berlarian mengahampiri mereka. Diam adalah cara terbaik yang mereka pilih. Sambil menghela nafas, Ngadiman pun berdoa memohon perlindungan pada Tuhan.

Tiba-tiba angin bertiup dengan kencangnya. Pohon pisang tempat mereka bersembunyi hampir rubuh.

"Aku melihatnya," ucap Ngadiman.

 

"Aku tak berani melihatnya Man," kata Gombloh sembari memejamkan mata.

Siluman anjing itu bertubuh besar seperti serigala dengan taring tajam dan mata yang bersinar.

Raja Siluman tentu tubuhnya tiga kali lipat lebih besar dari para prajuritnya. Mereka berlari dengan gagahnya di bawah sinar bulan purnama.

Ngadiman yang semula tak mempercayai mistis kini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Siluman anjing itu berlarian dan menghilang bersama kabut.

Mereka pun keluar dari persembunyian dan bergegas pulang kerumah. Baru setengah perjalanan mereka dikejutkan dengan kehadiran siluman anjing yang berlarian kearah mereka.

Ngadiman tiba-tiba teringat perkataan istrinya.

"Jika suatu saat bertemu dengan siluman anjing maka tidak perlu takut cukup memberikan jalan saja bagi mereka," ucap Marni.

Mereka pun terjun ke parit untuk menghindar.

Tubuh mereka basah kuyup. Ikan mereka pun berhamburan di parit.

Kehadiran siluman anjing dipercayai masyarakat Desa Pinulung sebagai pertanda datangnya pagebluk atau wabah penyakit.

Sayangnya suasana kali ini begitu mencekam. Bulan purnama terlihat begitu bundar dengan semburat merah menyala.

 

Udara dingin pun mulai membuat bulu kuduk berdiri. Sudah tiga orang warga Desa Pinulung meninggal secara tidak wajar.

Tiba-tiba saja mereka jatuh tersungkur dan meninggal. (Seperti dikisahkan Iis Suwartini UAD di Koran Merapi) *