Bagaimana Sejarah dan Tradisi Ramadan di Indonesia dari Kerajaan Islam hingga Kemerdekaan? Begini Ulasannya

JAKARTA (SURYA24.COM) - Bagi umat Muslim puasa adalah rukun Islam ketiga. Kendati begitu Sejarah puasa ramadhan sejauh ini masih menjadi peristiwa yang belum banyak diketahui oleh umat Islam. Salah satu rukun Islam yang dikerjakan satu kali dalam setahun ini rupanya memiliki sejarah yang cukup panjang. Pasalnya, tidak hanya umat zaman sekarang saja yang diwajibkan untuk berpuasa, akan tetapi juga umat sebelum zaman Nabi Muhammad.

                                                           

Puasa ramadhan bagi sebagian besar orang Islam adalah berkah. Setiap tahun pada bulan ramadhan, orang akan berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dan menambah amal ibadah masing-masing. Hal ini sebagai salah satu bentuk kebahagiaan dan tidak ingin melewatkan moment ramadhan yang datang satu tahun sekali.

 

Sejarah puasa ramadhan adalah informasi penting yang wajib untuk diketahui khalayak umum. Melansir dari berbagai sumber, berikut ini Merdeka.com merangkum informasi tentang sejarah puasa ramadhan beserta dalil dan tata caranya.

 

Sejarah Puasa Ramadhan

 

Puasa ramadhan adalah puasa yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Dalam sebuah ayat Al-Qur’an Allah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

 

Hal ini berarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan kepada Allah, salah satu ibadah yang wajib dilakukan adalah berpuasa. Melansir dari laman NU Online, sejarah puasa diawali ketika Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Yatsrib. Pada saat itu, puasa yang diwajibkan kepada umat Islam yaitu pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriah.

 

Sebelumnya, tulis merdeka.com, Nabi sudah melakukan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, sebelum muncul perintah untuk melaksanakan puasa ramadhan. Ketika ayat perintah puasa ramadhan turun, maka Nabi menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan puasa ramadhan.

 

Puasa ramadhan inilah yang kemudian menggantikan puasa Asyura. Meskipun demikian, Nabi tetap mengizinkan umatnya untuk melakukan puasa Ayura. Akan tetapi puasa itu kemudian tidak lagi diwajibkan bagi umat Islam. Puasa Asyura kemudian menjadi puasa sunnah yang boleh dilakukan untuk menambah pahala.

 

Pada masa itu, Nabi melarang umat Islam untuk mendekati istrinya selama bulan ramadhan. Hal itu dilakukan untuk menghindari berhubungan intim yang dapat membatalkan puasa. Namun, para sahabat merasa keberatan dengan hal itu. Maka Nabi kemudian mengizinkan akan tetapi dilakukan pada malam hari setelah berbuka puasa.

 

Puasa ramadhan menjadi puasa yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Puasa ini adalah sebagai bentuk atau sarana untuk meningkatkan takwa kepada Allah. Jika ada umat Islam yang tidak sanggup melaksanakan puasa ramadhan, maka diwajibkan untuk membayar fidyah.

 

Dalil Puasa Ramadhan

1. Dalil Rukun Islam

 

Selain Surat Al-Baqarah ayat 183, ada dalil lain yang menjelaskan tentang puasa ramadhan. Salah satunya adalah sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dalil ini menyatakan rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Islam.

 

Artinya: ““Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; (2) menunaikan shalat; (3) menunaikan zakat; (4) menunaikan haji ke Baitullah; dan (5) berpuasa Ramadhan” (HR al-Bukhari dan Muslim).

2. Dalil Menjaga Pandangan

Dalil kedua tentang puasa ramadhan adalah dalil bahwa manfaat berpuasa salah satunya adalah menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Hal itu tentu adalah fungsi dari puasa yang bisa mengontrol hawa nafsu manusia.

 

Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya” (HR Imam Ahmad dan Imam al-Bukhari).

3. Dalil Dilipatgandakan Pahala

Puasa merupakan ibadah yang mempunyai pahala yang besar. Hal itu disampaikan dalam sebuah sabda dari Rasulullah. Hadits itu diriwayatkan oleh Imam Muslim. Berikut ini adalah artinya:

 

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya” (HR Muslim)

 

Tata Cara Puasa Ramadhan

Berikutnya, hal penting yang juga perlu untuk Anda ketahui adalah tata cara puasa ramadhan. Puasa ramadhan sebagaimana ibadah lainnya, memiliki tata cara yang diatur dalam syariat. Berikut ini adalah tata cara puasa ramadhan.

 

1. Niat

Langkah pertama adalah niat. Lakukan niat sebelum terbit fajar. Biasanya dilakukan pada malam hari sebelum puasa. Adapun niatnya adalah : Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardli syahri ramadhani lillahi ta’ala.

2. Makan Sahur

Makan sahur adalah kegiatan yang dianjurkan ketika puasa. Sahur adalah makan yang dilakukan pada pagi hari sebelum imsak. “Telah bersabda Rasulullah SAW,’ Sahurlah kalian, maka sesungguhnya dalam sahur itu ada berkahnya”.

3. Menahan Nafsu

Ketika imsak sudah tiba, maka Anda diwajibkan untuk menahan nafsu makan, minum, dan berhubungan seksual sampai pada terbenamnya matahari.

4. Berbuka Puasa

 

Setelah tenggelamnya matahari atau maghrib, maka yang perlu dilakukan adalah berbuka puasa. “Telah berfirman Allah Yang Mahamulia dan Maha Agung:”Hamba-hamba Ku yang lebih aku cintai ialah mereka yang paling segera berbukanya” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Tradisi di Indonesia

 

Seperti diketahui puasa Ramadan memiliki banyak keutamaan dan hikmah bagi umat Islam, seperti meningkatkan ketaqwaan, kesabaran, kesehatan, dan solidaritas sosial. Namun tahukah Anda bagaimana sejarah puasa Ramadan di Nusantara?

 

Bagaimana perkembangan dan perubahan yang terjadi sejak masa kerajaan Islam hingga masa kemerdekaan Indonesia?

 

Menurut sejarawan Manna’ Al-Qaththan, puasa Ramadan diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriah dengan cara dan model yang dilakukan umat Islam hingga kini.

 

Sebelumnya, umat Islam biasa berpuasa pada 10 Muharram atau Hari Asyura.

 

Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dia mendapati orang-orang Yahudi juga berpuasa pada hari tersebut sebagai tanda syukur atas penyelamatan Nabi Musa AS dari Firaun.

 

Lalu Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari itu juga dengan mengatakan:

 

"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian."

 

Puasa Ramadan mulai masuk ke Nusantara bersama dengan penyebaran agama Islam oleh para ulama, pedagang, dan ulama dari Timur Tengah dan India.

 

Salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara adalah Kerajaan Samudera Pasai.

 

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-Saleh pada abad ke-13 Masehi. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan dakwah di wilayah Sumatera Utara saat itu.

 

Puasa Ramadan menjadi salah satu ibadah yang dilakukan oleh raja dan rakyat Samudera Pasai sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

 

Kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara juga menjalankan puasa Ramadan dengan penuh semangat dan khidmat.

 

Misalnya Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah pada abad ke-15 Masehi.

 

Dikutip dari intisari online.com, kerajaan ini, bagaimanapun juga, punya keterkaitan dengan Kesultanan Mataram Islam yang kemudian melahirkan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.

 

Puasa Ramadan di Demak tidak hanya sebagai ibadah individual tetapi juga sebagai sarana mempererat hubungan antara raja dan rakyat serta antar sesama muslim.

 

Hal ini terlihat dari tradisi ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa bersama-sama di alun-alun atau lapangan terbuka.

 

Puasa Ramadan juga menjadi momentum perjuangan bagi umat Islam di Nusantara untuk melawan penjajahan kolonial Belanda maupun Jepang.

 

Salah satu contohnya adalah peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Pada hari itu, ribuan pejuang kemerdekaan Indonesia yang mayoritas berpuasa Ramadan bertempur melawan tentara Inggris dan Belanda yang ingin menguasai kota Surabaya.

 

Meskipun mengalami banyak korban jiwa, pertempuran ini berhasil menunjukkan semangat juang dan patriotisme bangsa Indonesia kepada dunia.

 

Puasa Ramadan di era kemerdekaan Indonesia tetap dilestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa yang mayoritas beragama Islam.

 

Puasa Ramadan tidak hanya menjadi ritual tahunan tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antarkeluarga, sahabat, tetangga, maupun rekan kerja.

 

Puasa Ramadan juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan amal ibadah seperti salat tarawih, membaca Al-Quran, bersedekah, dan berzakat fitrah.

 

Puasa Ramadan di Indonesia juga memiliki berbagai tradisi unik dan khas yang mencerminkan keberagaman budaya dan adat istiadat di setiap daerah.

 

Berikut adalah beberapa contoh tradisi Ramadan di Indonesia yang menarik untuk diketahui:

 

Tradisi Megengan di Surabaya

Ini adalah upacara selamatan kecil-kecilan yang dilakukan untuk menandai datangnya bulan puasa. Biasanya digelar di masjid, musala,  atau tempat berkumpul lain.

 

Menu yang disuguhkan beragam, namun yang harus ada adalah kue apem. Menurut kepercayaan, kue apem merupakan simbol dari penyucian diri sebelum memasuki Ramadan.

 

Tradisi Nyadran di Jawa Tengah

 

Ini adalah tradisi melakukan ziarah kubur, bersih desa atau makam, selamatan, makan bersama, sampai dengan sedekah bumi jelang Ramadan.

 

Tujuannya adalah untuk menghormati leluhur dan memohon berkah dari Allah SWT.

 

Tradisi Dugderan di Semarang

 

Ini adalah pesta rakyat yang meleburkan semua kalangan untuk menyambut Ramadan dengan meriah. Ada banyak keseruan yang bisa dinikmati masyarakat, seperti pasar malam, mainan Warak Ngendok (seekor naga berkepala singa), berbagai jenis kuliner, dan lain-lain.

 

Tradisi Padusan di Boyolali

 

Ini adalah tradisi mandi bersama di sungai atau sumber air pada malam terakhir sebelum puasa dimulai. Maknanya adalah untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual agar siap menjalani ibadah puasa.

 

Tradisi Munggahan di Jawa Barat

 

Ini adalah tradisi berkumpul bersama keluarga besar atau sahabat untuk makan bersama sebelum puasa dimulai. Biasanya disertai dengan saling memaafkan dan berdoa bersama.

 

Tradisi Nyorog di Betawi

 

Ini adalah tradisi mengunjungi rumah-rumah tetangga atau kerabat untuk memberikan makanan sebagai tanda persaudaraan dan silaturahmi sebelum puasa dimulai.

 

Tradisi Megibung di Karangasem, Bali

 

Ini adalah tradisi makan bersama dalam satu piring besar oleh masyarakat Muslim Bali sebagai bentuk kebersamaan dan keharmonisan dalam menyambut Ramadan.

 

Tradisi Meugang di Aceh

 

Ini adalah tradisi menyembelih hewan seperti sapi atau kambing sebagai persiapan menu sahur dan berbuka puasa selama Ramadan.

 

Begitulah bagaimana gambaran masyarakat Indonesia yang begitu bervariasi dalam menyambut bulan suci Ramadan.Tapi tetap tujuan mereka sama: mendapat rida Allah SWT.***