Warga Muslim Arab Ramai Daftar Jadi Tentara Israel, Kok Bisa? Ternyata Ini Penyebabnya

JAKARTA (Surya24.Com) - Negara Israel memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, yang melibatkan peristiwa penting dari masa kuno hingga pembentukan negara modern yang kita kenal saat ini. Dalam artikel ini, kita akan melihat secara singkat beberapa titik penting dalam sejarah Negara Israel.

Sejarah Israel dimulai ribuan tahun yang lalu di masa kuno, di mana wilayah ini menjadi tempat kelahiran agama Yahudi. Pada abad ke-13 SM, orang-orang Israel yang dipimpin oleh Nabi Musa keluar dari Mesir dan menuju Tanah Kanaan, yang saat itu dihuni oleh berbagai suku bangsa. Setelah berbagai perjuangan dan penaklukan, Kerajaan Israel didirikan, dipimpin oleh Raja Daud dan Raja Salomo pada abad ke-10 SM.

Namun, pada abad ke-6 SM, Kerajaan Israel mengalami perpecahan dan penaklukan oleh bangsa Babilonia. Banyak orang Yahudi diasingkan ke Babilonia dalam periode yang dikenal sebagai Pembuangan Babilonia. Namun, pada abad ke-5 SM, mereka diizinkan kembali ke Tanah Israel oleh Raja Persia.

Pada abad-abad berikutnya, wilayah Israel berada di bawah kekuasaan berbagai kekaisaran seperti Persia, Yunani, dan Romawi. Pada abad ke-1 SM, wilayah itu dikuasai oleh Kerajaan Herodes yang Agung. Kemudian, pada tahun 70 M, Romawi menaklukkan Yerusalem dan menghancurkan Bait Suci Yahudi.

 

Setelah berabad-abad di bawah kekuasaan asing dan tersebar di berbagai belahan dunia, aspirasi orang Yahudi untuk memiliki kembali tanah leluhur mereka semakin tumbuh. Pada abad ke-19, gerakan Zionisme muncul sebagai gerakan nasional Yahudi yang bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Tanah Israel.

Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara, satu bagi orang Yahudi dan satu lagi bagi orang Arab. Meskipun proposal ini ditolak oleh negara-negara Arab, pada tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin gerakan Zionis, mengumumkan pembentukan Negara Israel, mengikuti penarikan pasukan Inggris dari wilayah tersebut.

Sejak pembentukan negara itu, Israel telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk perang dengan negara-negara tetangga pada awal kemerdekaannya. Namun, negara ini berhasil mempertahankan eksistensinya dan berkembang menjadi negara yang inovatif di berbagai bidang seperti teknologi, ilmu pengetahuan, dan seni.

Sejarah Negara Israel mencerminkan perjuangan panjang dan keragaman budaya, serta peran pentingnya dalam agama, khususnya dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Konflik politik dan sengketa wilayah masih berlanjut hingga hari ini, tetapi Negara Israel terus berupaya mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Selama beberapa dekade terakhir, terdapat upaya-upaya untuk mencapai solusi dua negara antara Israel dan Palestina, yang akan memungkinkan kedua pihak untuk hidup berdampingan dalam kedamaian dan keamanan.

Sejarah Negara Israel juga menunjukkan perkembangan ekonomi yang signifikan. Israel telah menjadi pusat inovasi dan teknologi, dengan banyak perusahaan rintisan dan perusahaan teknologi tinggi yang bermunculan di negara ini. Kehidupan budaya di Israel juga kaya dengan seni, musik, sastra, dan warisan budaya yang beragam.

 

Namun, konflik dan ketegangan masih ada di sekitar Negara Israel. Persoalan perbatasan, hak-hak asasi manusia, dan keamanan terus menjadi perhatian utama dalam upaya mencapai perdamaian jangka panjang di kawasan tersebut. Proses perdamaian yang kompleks ini melibatkan banyak aktor dan masalah yang rumit.

Ternyata Ini Penyebabnya

Dikutip dari iIntisaronline.com, aiapa sangka Israel ternyata memiliki pasukan yang beranggotakan orang-orang muslim Arab.  Pasukan itu dikenal dengan sebutan Gadsar, unit khusus yang dibentuk oleh Israel

Gadsar adalah tim khusus yang dibentuk oleh Israel Defence Forces (IDF) pada tahun 2016. Untuk merekrut dan melatih tentara dari komunitas Arab-Israel, baik yang beragama Islam maupun Kristen.

Tim ini beranggotakan sekitar 500 prajurit keturunan Arab yang bertugas di kawasan Tepi Barat, salah satu titik panas konflik Israel-Palestina.

Tujuan dari pembentukan Gadsar adalah untuk meningkatkan integrasi dan kesetaraan antara warga Arab-Israel.

Dengan warga Yahudi-Israel, serta untuk memberikan kesempatan bagi warga Arab-Israel untuk mengabdi pada negara dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pemerintah Israel tidak mewajibkan komunitas Arab-Israel untuk ikut wajib militer, tetapi juga tidak menutup pintu bagi mereka yang ingin bergabung secara sukarela.

Keputusan untuk menjadi anggota Gadsar tidak mudah bagi warga Arab-Israel, karena mereka harus menghadapi krisis identitas, tekanan sosial, dan kritikan dari rekan satu komunitas.

Mereka juga harus siap menghadapi risiko bertempur melawan saudara sebangsa dan seagama mereka di Palestina.

 

Namun, bagi mereka yang bergabung, Gadsar adalah jalan untuk menunjukkan loyalitas dan cinta mereka kepada bendera Israel. Serta untuk mendapatkan pengalaman, pendidikan, dan karier yang lebih baik.

Gadsar adalah salah satu contoh dari fenomena peningkatan jumlah warga Muslim Arab yang mendaftar sebagai tentara Israel dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut data resmi IDF, ada 606 warga Muslim Arab yang bergabung dengan IDF pada tahun 2020, naik dari 489 pada tahun 2019 dan 436 pada tahun 2018.

Selain itu, IDF juga berhasil merekrut ratusan warga suku Badui yang mayoritas Muslim dan puluhan warga dari desa dan kota berpenduduk mayoritas Muslim.

Fenomena ini menunjukkan adanya perubahan sikap dan pandangan sebagian warga Arab-Israel terhadap negara tempat mereka tinggal.

Meskipun masih ada perbedaan dan diskriminasi antara warga Arab-Israel dengan warga Yahudi-Israel, terutama dalam hal ekonomi dan sosial.

Ada juga upaya dan harapan untuk menciptakan perdamaian dan kerjasama antara kedua komunitas tersebut.

Israel adalah negara yang dikenal memiliki konflik panjang dengan Palestina, yang didukung oleh sebagian besar negara Arab dan Muslim di dunia.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa di dalam Israel sendiri, ada komunitas Arab-Israel yang berjumlah sekitar 1,9 juta jiwa atau 21% dari total populasi Israel.

Komunitas ini mayoritas beragama Islam, tetapi ada juga yang beragama Kristen atau Druze. Komunitas Arab-Israel memiliki hubungan yang rumit dengan negara tempat mereka tinggal.***