Mengulik Perbandingan Kekuatan Pasukan Wagner versus Militer Rusia Berikut Sejarah Pemndirinya yang Bikin Kamu Tersenyum

dok net

JAKARTA  (SURYA24.COM)- Dalam beberapa tahun terakhir, pasukan tentara bayaran semakin mendapatkan sorotan dunia internasional. Salah satu kelompok paling dikenal adalah Wagner, pasukan tentara bayaran asal Rusia yang sering dikaitkan dengan Kremlin. Namun, sedikit yang diketahui tentang kelompok ini, dan hal ini menimbulkan banyak pertanyaan dan teori konspirasi.

Pasukan Tentara Bayaran Wagner didirikan pada tahun 2014 oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha Rusia yang dekat dengan pemerintah Putin. Wagner disebut-sebut sebagai salah satu perpanjangan tangan Rusia yang dioperasikan secara independen di medan perang di berbagai negara. Mereka terlibat dalam konflik seperti di Suriah, Ukraina, dan Afrika.

Sebagai pasukan bayaran, Wagner memiliki sejumlah keuntungan bagi pemerintah Rusia. Mereka relatif murah dibandingkan dengan pasukan militer resmi dan memberikan fleksibilitas politik bagi Kremlin. Keberadaan mereka juga memungkinkan Rusia untuk menyangkal keterlibatannya dalam konflik dan meminimalkan risiko politik dan militer yang terkait.

 

Namun, keberadaan dan operasi Wagner tidak terlepas dari kontroversi. Banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan ini, termasuk kekerasan terhadap warga sipil, penjarahan, dan eksekusi tanpa pengadilan. Wagner juga dikaitkan dengan kegiatan destabilisasi dan upaya memperluas pengaruh Rusia di negara-negara yang terlibat konflik.

Meskipun Wagner sering dikaitkan dengan Kremlin, pemerintah Rusia secara resmi menyangkal keterlibatan langsung mereka dalam operasi pasukan bayaran. Mereka mengklaim bahwa anggota Wagner adalah sukarelawan yang bertindak secara mandiri dan tidak mewakili kepentingan resmi Rusia. Namun, banyak bukti dan laporan yang menunjukkan hubungan yang erat antara kelompok ini dengan elite politik Rusia.

Kehadiran pasukan tentara bayaran semacam Wagner juga menimbulkan pertanyaan tentang peran dan regulasi internasional terhadap kelompok semacam ini. Pasalnya, pasukan bayaran beroperasi di luar kerangka hukum internasional yang mengatur konflik bersenjata dan melindungi hak asasi manusia. Kegiatan mereka sering kali tersembunyi di balik kabut kerahasiaan, membuat tanggung jawab dan pertanggungjawaban sulit untuk ditentukan.

Pasukan Tentara Bayaran Wagner tetap menjadi misteri dalam dunia militer dan politik internasional. Keberadaan mereka menunjukkan kompleksitas perang modern dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh aktor non-negara. Peran dan pengaruh mereka dalam konflik-konflik global masih merupakan pertanyaan yang belum sepenuhnya terjawab, sementara dampaknya terhadap stabilitas regional dan keamanan internasional tetap menjadi perhatian bagi negara-negara diseluruh dunia.

Seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap pasukan tentara bayaran seperti Wagner, muncul kebutuhan untuk mengatasi tantangan yang mereka timbulkan. Komunitas internasional perlu bekerja sama untuk mengembangkan peraturan dan regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan dan operasi pasukan bayaran. Hal ini penting untuk memastikan perlindungan hak asasi manusia, menghindari destabilisasi negara, dan menjaga keamanan global.

Negara-negara juga harus meningkatkan upaya mereka dalam mendeteksi dan mencegah aktivitas pasukan bayaran. Ini melibatkan kerja sama intelijen dan pertukaran informasi antara negara-negara untuk mengungkap jaringan pasukan bayaran yang terlibat dalam konflik di berbagai wilayah.

Selain itu, perlu ada tindakan tegas terhadap individu dan entitas yang mendukung dan memanfaatkan pasukan tentara bayaran. Sanksi ekonomi dan pembatasan keuangan harus diterapkan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pembiayaan, pelatihan, dan perekrutan pasukan bayaran. Ini akan membantu memotong aliran pendanaan dan mengurangi daya tarik bagi individu yang ingin terlibat dalam kegiatan semacam itu.

Tantangan yang dihadapi oleh pasukan tentara bayaran seperti Wagner harus diatasi secara serius oleh komunitas internasional. Perlindungan terhadap hak asasi manusia, keamanan negara, dan stabilitas global harus menjadi prioritas utama. Melalui kerja sama yang erat antara negara-negara dan upaya bersama, dapat diharapkan bahwa pengaruh negatif dari kelompok semacam itu dapat ditekan dan dikurangi, sementara upaya penegakan hukum dan keadilan dilakukan terhadap mereka yang bertanggung jawab.

Pasukan Tentara Bayaran Wagner telah membuka pandangan kita terhadap fenomena yang kompleks dan kontroversial ini. Bagaimanapun, upaya untuk mengatasi tantangan yang mereka timbulkan harus terus dilakukan demi menjaga perdamaian dan keamanan dunia yang lebih baik.

Perbandingan

Seperti diketahui pemimpin pasukan tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozi, menyerukan pemberontakan atas Rusia. Wagner adalah tentara bayaran swasta yang pernah terlibat gerakan separatis pro-Rusia di Ukraina Timur pada 2014. Pasukan ini juga terlibat dalam invasi Rusia ke Ukraina, termasuk berbagai operasi militer Afrika dan Timur Tengah. Dilansir dari Al Jazeera, Prigozi menyerukan perlawanan kepada Rusia dengan memerintahkan pasukannya bergerak menuju Moskwa. 

Seruan tersebut ia utarakan setelah menuduh Rusia melakukan penyerangan dan pembunuhan terhadap anak buahnya. Berikut perbandingan kekuatan pasukan Wagner dengan militer Rusia.

Jumlah tentara Wagner Dilansir dari Sky News yang dikutip kompas.com, pejabat Gedung Putih memperkirakan Wagner yang kini berani memberontak kepada Rusia diperkuat sekitar 50.000 tentara. Mereka meyakini sebagian besar dari jumlah tersebut telah diterjunkan ke Ukraina untuk melakukan invasi.

Di sisi lain, sebanyak 20.000 tentara di bawah komando Prigozi juga mengalami luka-luka akibat pertempuran itu. 

Dengan jumlah pasukan yang mencapai puluhan ribu, dulunya Wagner diperkuat oleh pasukan yang sudah terlatih dalam pertempuran. Sebagian besar dari mereka merupakan pensiunan pejuang Rusia yang berusia hingga 55 tahun. Kendati demikian, pasukan tersebut juga diperkuat oleh pejuang dari negara lain. 

Senjata pasukan Wagner

 Wagner yang mempekerjakan tentara bayaran telah bertempur bersama Rusia di Ukraina. Selama kebersamaannya dengan Negara Beruang Merah, pasukan tersebut berbagi senjata di Ukraina, temasuk tank dan peralatan pertahahan udara. Meski begitu, Wagner disebut memiliki persenjataan yang mereka beli dari Korea Utara (Korut). 

Hal tersebut diketahui dari laposan AS yang mengeklaim bahwa Korut telah memasok senjata bagi Wagner. Salah satu senjata yang dipasok ke Wagner adalah peluru artileri namun hal ini dibantah oleh pasukan ini. Wagner menyebut kabar ini sebagai gosip. 

Sementara itu, Rusia yang kini berhadap-hadapan dengan Wagner diperkirakan memiliki 1 juta tentara aktif. Tentara Rusia juga mendapat akses ke gudang persenjataan selama negara ini berdiri maupun ketika era Soviet. Senjata tersebut meliputi senapan mesin, senapan serbu, sniper, peluncur granat, rudak darat ke udara, tank, kendaraan tempur, termasuk ranjau.

 Meski begitu, ada kabar yang menyebutkan bahwa Rusia menerjunkan persenjataan era komunis untuk menginvasi Ukraina. Hal tersebut diketahui dari laporan Kementerian Pertahanan Rusia pada Maret 2023 yang mencantumkan tank T-62. Dari laporan itu, dapat diketahui bahwa Rusia masih memiliki tank T-62 yang berusia 60 tahun dan kendaraan lapis baja tahun 1950-an untuk mengangkut tentara. 

Sementara itu, laporan The Telegraph menyebutkan bahwa Rusia memiliki Garda Nasional dengan jumlah tentara mencapai 340.000 personel. Berdasarkan UU yang ditandatangani Putin pada 2016, Garda Nasional berada di bawah tentara Rusia. Keduanya juga dipisahkan kepemimpinanya.

 Pasukan tersebut diberi tugas untuk mempertahankan perbatasan Rusia, termasuk memerangi perdagangan narkoba dan terorisme. Di sisi lain, negara tersebut juga diperkuat oleh 250.000 wajib militer di bawah komando tentara Rusia.

 Ratusan ribu wajib militer dapat dikerahkan untuk mempertahankan Rusia dari ancaman, tetapi memiliki tingkat pelatihan dan perlengkapan yang lebih rendah. Kemudian, Rusia juga membentuk unit pengawal khusus yang direkrut untuk melindungi para petinggi Rusia, Kremlin, termasuk Putin. Unit yang dinamai FSO itu jumlahnya sekitar 50.000 orang dan dianggap sebagai pengawal Praetorian

Penjual Hotdog 

Yevgeny Prigozhin dan kelompoknya, Wagner Group, menyita perhatian berkat aksi pemberontakannya terhadap Rusia. Mereka berbalik arah menyerang Rusia, setelah sebelumnya turut membantu menyerang pasukan Ukraina. Pasukan Wagner atau Wagner Group sendiri merupakan tentara bayaran swasta di bawah kepemimpinan Yevgeny Prigozhin yang selama ini berperang bersama tentara reguler Rusia di Ukraina. 

Jauh sebelum mengendalikan pasukan tentara bayaran, Yevgeny Prigozhin sempat merasakan pahit manis kehidupan. Dia yang pernah berjualan makanan cepat saji bersama keluarga untuk menyambung hidup ini pernah dijebloskan ke penjara akibat kejahatan "kelas teri". 

Lantas, seperti apa sosok Yevgeny Prigozhin yang menjadi pemimpin Wagner Group? 

Dilansir dari The Guardian, Yevgeny Prigozhin lahir di Leningrad, yang kini bernama Saint Petersburg (St Petersburg), Rusia, pada 1961. Ibunya bekerja di rumah sakit, sementara sang ayah telah meninggal sejak dia masih muda. Prigozhin kemudian dikirim ke akademi olahraga untuk mempelajari olahraga ski lintas alam atau cross-country skiing. 

Sayangnya, Prigozhin muda tak berhasil menjadi atlet profesional. Usai menyelesaikan pendidikan, dia malah bergabung dengan sekelompok penjahat kelas teri di negaranya.

 Merujuk dokumen pengadilan pada 1981, Prigozhin yang masih berusia 18 tahun terlibat perampokan anting-anting emas milik seorang wanita bersama tiga temannya. Perampokan pada Maret 1980 itu merupakan salah satu dari banyak aksi kejahatan "kelas teri" yang dilakukan Prigozhin di St Petersburg.

 Dia kemudian dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi. Saat dibebaskan, Yevgeny Prigozhin kembali ke St Petersburg pada 1990, saat Uni Soviet tengah dalam kondisi sekarat.

Jual hotdog dan pertemuan dengan Putin 

Di tengah kondisi negara yang sekarat, Prigozhin memulai kehidupan dengan cara sederhana, yakni menjual hotdog di dapur apartemen keluarganya. 

"Kami menghasilkan 1.000 dollar AS sebulan, yang dalam mata uang Rubel adalah gunung. Ibuku hampir tidak bisa menghitung semuanya," kata dia kepada portal berita St Petersburg Gorod 812, pada 2011. 

Namun, Prigozhin memiliki pandangan lebih tinggi dari sekadar makanan cepat saji. Dia juga piawai menciptakan akses menuju apa yang dibutuhkan.

 "Dia selalu mencari orang yang lebih tinggi untuk berteman. Dan dia pandai dalam hal itu," terang seorang pengusaha yang mengenalnya pada era 1990-an. Tak lama dari usaha makanan cepat saji, Prigozhin memiliki saham di jaringan supermarket. Hingga pada 1995, dia memutuskan untuk membuka restoran dengan mitra bisnisnya, Tony Gear, seorang administrator hotel yang sebelumnya bekerja di The Savoy, hotel mewah di London, Inggris. 

Prigozhin menyewa Gear untuk mengelola toko anggur dan restoran barunya, Old Customs House, di Pulau Vasilievsky, St Petersburg. Awalnya, Old Customs House mempekerjakan penari telanjang untuk menarik pelanggan. Namun, lambat laun, hidangan yang nikmat lebih memikat pelanggan hingga penari telanjang diberhentikan. 

Gear pun berfokus pada pemasaran restoran sebagai tempat makan paling mewah di kota, dengan banyak bintang pop dan pengusaha yang menjadi pelanggan. Tak hanya itu, Wali Kota St Petersburg kala itu, Anatoly Sobchak juga terkadang berkunjung bersama wakilnya saat itu, Vladimir Putin.

Sempat menjadi koki Putin 

Memanfaatkan hubungan dekat dengan elite politik, bisnis Prigozhin berkembang pesat setelah Putin menjadi presiden. Dia sering bertemu pejabat asing di kampung halamannya, bahkan membawa mereka ke Old Customs House atau New Island, restoran terapung dari kapal. Dikutip dari Kompas.com (21/2/2023), perusahaan katering yang dia bangun pada 1990-an, Concord, dianugerahi kontrak eksklusif dari pemerintah. Prigozhin ditawari untuk menyiapkan hidangan makan malam kenegaraan, termasuk upacara pelantikan Putin dan kunjungan Presiden AS George W Bush ke St Petersburg. 

Sosok Prigozhin juga tampak di belakang King Charles (kala itu masih berstatus Putra Mahkota) dalam resepsi pada 2003 di museum Hermitage St Petersburg. Dari kontrak mewan tersebut, Prigozhin mendapat julukan sebagai "koki Putin". Namun, Prigozhin tidak membatasi ambisi hanya pada industri makanan. 

Sosoknya bertransformasi menjadi panglima perang yang brutal setelah gerakan separatis pro-Rusia pada 2014 di Donbas, Ukraina timur. Dia kemudian mendirikan Wagner sebagai perusahaan tentara bayaran dengan markas atau kantor di St Petersburg, Rusia. 

Wagner di bawah kepemimpinan Prigozhin Wagner Group beberapa kali membantu tentara reguler untuk bertempur. Misalnya, pada 2015, Wagner mulai beroperasi di Suriah, bertempur bersama pasukan pro-pemerintah dan turut menjaga ladang minyak. Kelompok tersebut juga aktif di Libya sejak 2016 dengan memberikan dukungan untuk pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar. 

Dikutip dari BBC, diperkirakan sekitar 1.000 tentara bayaran Wagner telah andil bagian dalam kemajuan Haftar pada pemerintahan resmi di Tripoli pada 2019. Pada 2017, Wagner Group diundang ke Republik Afrika Tengah untuk menjaga tambang berlian.

 Mereka juga dilaporkan bekerja di Sudan, menjaga tambang emas. Hingga pada 2020, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Wagner "bertindak sebagai kedok" di negara-negara itu. Tujuan Wagner, menurut AS, untuk "kemajuan" perusahaan pertambangan milik Prighozin, seperti M Invest dan Lobaye Invest.

 Perusahaan-perusahaan itu pun dijatuhi sanksi oleh AS. Wagner Group juga diundang oleh pemerintah Mali di Afrika Barat untuk melindungi mereka dari serangan kelompok-kelompok militan Islam. 

Kedatangannya pada 2021 itu pun memengaruhi keputusan Perancis untuk menarik pasukan keluar dari sana.***