Tanpa Perlu Dikebiri, Kucing di Rumahmu Bisa Dibatasi Seperti Apa Catanya?

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA  (SURYA24.COM)- Dalam ekosistem alam, pertumbuhan populasi binatang memiliki peran yang penting untuk menjaga keseimbangan ekologis. Namun, terkadang kondisi tertentu dapat menyebabkan populasi binatang menjadi tidak terkendali, mengancam habitat alaminya dan bahkan keberlangsungan spesies tersebut. Dalam situasi seperti ini, alat kontrasepsi untuk binatang dapat menjadi solusi yang efektif dan bertanggung jawab dalam mengelola pertumbuhan populasi. Artikel ini akan menjelaskan beberapa alat kontrasepsi yang telah digunakan untuk mengendalikan populasi binatang di berbagai habitat.

Sterilisasi Kimiawi

Sterilisasi kimiawi adalah metode kontrasepsi yang melibatkan pemberian zat kimia kepada binatang yang bertujuan untuk mencegah reproduksi. Zat kimia ini bisa diberikan melalui pakan, vaksin, atau pengobatan langsung. Salah satu contoh yang terkenal adalah penggunaan vaksin kontrasepsi pada populasi burung, seperti vaksin pengendali kesuburan yang dikembangkan untuk mengurangi pertumbuhan populasi burung bangau di Amerika Utara.

 Sterilisasi Bedah

Metode kontrasepsi bedah melibatkan pembedahan untuk menghilangkan kemampuan reproduksi pada binatang. Pada betina, ini dapat mencakup pengangkatan ovarium atau rahim, sedangkan pada jantan dapat melibatkan pengangkatan testis atau ligasi saluran reproduksi. Metode ini telah berhasil digunakan pada berbagai spesies binatang, termasuk anjing liar dan kucing jalanan.

 Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal telah digunakan secara luas pada hewan, terutama dalam program pengendalian populasi hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Ini melibatkan pemberian hormon yang mengganggu siklus reproduksi dan mencegah perkembangan sel telur atau sperma yang matang. Penggunaan kontrasepsi hormonal juga telah dipertimbangkan untuk spesies liar, seperti kuda liar, untuk mengelola pertumbuhan populasi dengan lebih efektif.

Kontrasepsi Injektabel

Metode kontrasepsi injektabel melibatkan pemberian zat kontrasepsi melalui suntikan. Ini dapat digunakan baik pada binatang liar maupun peliharaan. Dalam beberapa kasus, zat kontrasepsi injektabel dapat memberikan efek jangka panjang yang dapat mencegah kehamilan selama beberapa bulan atau bahkan tahun.

Perangkap Kontrasepsi

Perangkap kontrasepsi adalah metode yang melibatkan penggunaan perangkap untuk menangkap binatang dan memberikan alat kontrasepsi secara langsung. Metode ini biasanya digunakan pada hewan liar yang sulit dijangkau atau pada spesies dengan pertumbuhan populasi yang cepat. Perangkap kontrasepsi dapat digunakan untuk memonitor dan mengendalikan populasi secara efefektif dengan memastikan bahwa individu yang tertangkap tidak dapat berkembang biak.

 Kontrasepsi Genetik

Kontrasepsi genetik adalah pendekatan inovatif yang menggunakan modifikasi genetik untuk mengendalikan pertumbuhan populasi binatang. Metode ini melibatkan pengenalan gen kontrasepsi ke dalam populasi melalui pembaruan genetik. Salah satu contoh yang menarik adalah penggunaan teknologi CRISPR-Cas9 untuk mengubah gen binatang dengan menghilangkan faktor yang penting dalam reproduksi. Kontrasepsi genetik menunjukkan potensi yang besar dalam mengelola populasi binatang dengan presisi yang tinggi.

Kontrasepsi untuk Kucing

Sterilisasi atau kebiri kucing merupakan upaya untuk menekan populasi kucing yang tak terkendali. Selain menekan populasi, sterilisasi juga menurunkan tingkat stres saat musim kawin, serta risiko penyakit pada kucing. Namun, di masa depan, tindakan ini dapat menjadi pilihan kedua lantaran studi terbaru menemukan potensi adanya metode kontrasepsi nonbedah untuk kucing. 

 Dikutip dari kompas.com, Tim peneliti yang dipimpin ahli biologi reproduksi Harvard University, David Pepin, telah mengembangkan metode kontrasepsi terapi gen yang aman untuk mengendalikan populasi kucing.

 "Apa yang ditemukan dalam studi ini benar-benar bisa mengatasi masalah overpopulasi kucing liar," ujar Direktur Penelitian Hewan Cincinnati Zoo & Botanical Garden, Bill Swanson, dikutip dari CNN. 

Bentuk kontrasepsi nonbedah pada kucing Studi metode kontrasepsi kucing ini bermula dari temuan David Pepin tentang hormon yang ada di folikel ovarium, lapisan sel di sekitar sel telur mamalia. Untuk mempelajari fungsi hormon lebih lanjut, tim peneliti pun menyuntikkan gen produksi hormon ke tikus betina. 

"Sangat mengejutkan, itu pada dasarnya mematikan sebagian besar aktivitas ovarium pada hewan pengerat dan membuat mereka benar-benar tidak subur," kata Pepin. 

Dari penemuan itu, Pepin dan rekan-rekan berpikir untuk mencoba mengembangkan alat kontrasepsi nonbedah pada hewan mamalia seperti kucing dan anjing. Tim peneliti kemudian bekerja sama dengan organisasi nirlaba Michelson Found Animals Foundation yang berbasis di California, Amerika Serikat.

 Dilansir dari laman National Geographic, para peneliti bekerja dengan sembilan ekor kucing betina untuk menguji dampak hormon pada mamalia ini. Sejumlah enam kucing menerima suntikan gen hormon, sedangkan tiga lainnya mendapat suntikan tanpa kandungan gen. Gen yang telah disuntikkan terintegrasi ke dalam DNA sel otot kucing dan terus memompa hormon selama bertahun-tahun.

 Kondisi tersebut menghambat perkembangan folikel, sehingga kantong kecil ini tidak pernah melepaskan sel telur untuk pembuahan. 

Kucing tidak hamil setelah kawin Sayangnya, penyelidikan lebih lanjut memperlihatkan masih ada folikel aktif yang masih mampu memproduksi estrogen dalam jumlah mendekati normal. 

"Beberapa folikel masih aktif, tetapi tidak matang seperti biasanya, mereka kerdil," ujar Pepin. 

Kendati demikian, selama kurun waktu percobaan, folikel kucing yang telah disuntikkan gen hormon benar-benar "mereda".

 Sementara itu, dalam uji coba kawin antara dua kucing yang telah mendapat suntikan dengan kucing jantan subur, tampak pengobatan hormon ini telah menghentikan kesuburan. Pasalnya, dua kucing tersebut tidak ada yang mengalami kehamilan. 

Sebaliknya, tiga kucing tanpa suntikan gen memiliki dua hingga empat anak setelah kawin. Kondisi tersebut membuktikan, meski kadar estrogen tampak normal, suntikan gen hormon berdampak pada penghambatan ovulasi dan menyebabkan kemandulan. 

"Kami sangat optimistis bahwa ini akan menjadi produk yang berguna. Akan tetapi itu tentu tidak akan terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan," ungkap Swanson. 

Menurut dia, studi yang terbit dalam Nature Communications ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanannya.

Penerapan dan Tantangan

Penggunaan alat kontrasepsi untuk mengelola pertumbuhan populasi binatang telah memberikan hasil yang positif dalam banyak kasus. Namun, ada tantangan dan pertimbangan etis yang harus diperhatikan dalam penerapannya. Penting untuk memastikan bahwa metode kontrasepsi yang digunakan aman dan tidak membahayakan kesehatan dan keberlanjutan spesies tersebut. Selain itu, perlunya kerja sama antara ilmuwan, ahli konservasi, dan pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan program pengendalian populasi binatang secara efektif.

Kesimpulan

Pengendalian pertumbuhan populasi binatang menjadi penting untuk mempertahankan keseimbangan ekologis dan melindungi keberlanjutan spesies. Alat kontrasepsi yang disebutkan di atas adalah contoh metode yang telah digunakan dengan sukses untuk mengelola populasi binatang, baik dalam konteks hewan peliharaan maupun spesies liar. Dengan mengimplementasikan alat kontrasepsi dengan bijaksana, kita dapat menjaga populasi binatang tetap stabil, menghindari dampak negatif terhadap habitat alam, dan mempromosikan kesejahteraan binatang secara keseluruhan.***