Bahayanya Bully bagi Anak Berikut Cara Tepat Dampingi Anak KorbanBullying Biar Tak Agresif

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Bullying atau perundungan merupakan fenomena yang meresahkan di masyarakat dan sering terjadi di berbagai lingkungan, termasuk di sekolah, tempat kerja, maupun dunia maya. Dalam artikel ini, kita akan membahas efek negatif bullying, terutama pada korban dan pelaku.

Dampak Psikologis pada Korban Bullying

Korban bullying sering kali mengalami dampak psikologis yang serius akibat perlakuan kasar dan merendahkan yang mereka terima. Beberapa dampak negatif yang sering muncul adalah:

    a. Stres dan Kecemasan: Korban bullying seringkali hidup dalam ketakutan dan kecemasan konstan karena menghadapi ancaman fisik atau verbal secara terus-menerus.

    b. Rasa Tidak Aman: Korban merasa tidak aman, terutama di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat yang aman, seperti sekolah atau rumah.

    c. Depresi dan Kecenderungan Bunuh Diri: Dalam beberapa kasus, korban bullying bisa mengalami depresi berat dan bahkan memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup mereka.

    d. Rendahnya Percaya Diri: Bullying dapat merusak kepercayaan diri korban dan membuat mereka merasa tidak berharga.

    e. Kesulitan Belajar: Korban bullying seringkali kesulitan berkonsentrasi dan belajar dengan baik di sekolah akibat gangguan psikologis yang dialami.

Dampak Sosial pada Korban Bullying

    Selain dampak psikologis, bullying juga dapat menyebabkan dampak sosial yang serius bagi korban, seperti:

    a. Isolasi Sosial: Korban bullying sering merasa terisolasi dan sulit untuk berinteraksi dengan teman sebaya mereka karena takut menjadi sasaran bully lagi.

    b. Pengurangan Dukungan Sosial: Bullying dapat menyebabkan korban kehilangan dukungan sosial karena mereka merasa malu atau takut untuk membuka diri kepada orang lain.

    c. Perubahan Perilaku: Korban bullying mungkin mengalami perubahan perilaku, seperti menjadi lebih agresif atau pasif dalam menghadapi situasi sosial.

    d. Stigma dan Diskriminasi: Beberapa korban bullying mungkin mengalami stigma dan diskriminasi dari orang lain karena dianggap lemah atau tidak berdaya.

Dampak Psikologis pada Pelaku Bullying

    Tidak hanya korban, pelaku bullying pun dapat mengalami dampak psikologis akibat tindakan mereka, seperti:

    a. Kurangnya Empati: Pelaku bullying cenderung kurang empati terhadap perasaan orang lain dan cenderung memperlakukan orang lain dengan kejam.

    b. Masalah Perilaku: Pelaku bullying memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku agresif dan merugikan, yang dapat berlanjut ke masa dewasa.

    c. Kesulitan dalam Hubungan Sosial: Pelaku bullying mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat karena perilaku mereka yang negatif.

    d. Rasa Bersalah dan Rendah Diri: Setelah menyadari dampak buruk dari tindakan mereka, pelaku bullying dapat merasa bersalah dan merendahkan diri.

Dampak Sosial pada Pelaku Bullying

    Pelaku bullying juga berisiko menghadapi dampak sosial yang serius, seperti:

    a. Penolakan Sosial: Pelaku bullying seringkali ditolak oleh teman sebaya mereka karena perilaku mereka yang merugikan.

    b. Masalah di Sekolah atau Tempat Kerja: Pelaku bullying mungkin menghadapi masalah di sekolah atau tempat kerja akibat perilaku mereka yang agresif dan merugikan.

    c. Resiko Hukum: Dalam beberapa kasus yang ekstrem, pelaku bullying dapat menghadapi konsekuensi hukum akibat tindakan mereka.

Penting untuk menyadari bahwa bullying memiliki efek jangka panjang dan serius pada semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, termasuk orangtua, pendidik, dan pemerintah, untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua individu, sehingga bullying dapat ditekan dan dicegah dengan efektif.

Cara Tepat Sikapi Anak Korban Perundungan

Mengutip cnnindonesia.com, siswa SMA asal Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan ditahan karena diduga menusuk teman sekelasnya. Ia diduga kesal lantaran kerap dirundung oleh korban.

Peristiwa ini memberi pesan tentang rumitnya persoalan perundungan, baik itu untuk korban maupun pelakunya.

 

Jika anak menjadi korban bullying, bagaimana orang tua menyikapinya? Adakah cara mencegah korban perundungan agar tidak jadi agresif?

Psikolog Mia Marissa Kumala mengatakan orang tua perlu mendengarkan perasaan dan penuturan anak, kemudian menunjukkan cara menyikapinya secara sehat. Hal ini dikarenakan anak yang dirundung mengalami sakit hati, frustasi, marah, dan malu.

"Cara mengatasi perundungan di antaranya dengan membicarakan ini dengan pihak guru, apabila perundungan terjadi di sekolah," kata Mia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (3/8).

Menurut Mia, hal tersebut bertujuan sebagai pemecahan masalah bersama, bukan sekadar pengaduan dan pemberian sanksi kepada pelaku.

Ia mengatakan bahwa orang tua perlu menjadi tempat aman bagi anak dalam menceritakan kondisinya.

"Penting agar orang tua tidak terpicu amarah atau sikap reaktif, melainkan perlu berpikir jernih untuk mencari solusinya dan menanamkan sikap-sikap yang bijak pada anak," lanjutnya.

Mia menjelaskan bahwa orang tua perlu tepat dalam melihat apakah perilaku yang didapat anak sudah tergolong perundungan atau bukan. Misalnya, suatu perkataan bisa dianggap oleh mereka candaan atau hinaan, sementara tepukan di bahu bisa dianggap pukulan atau hanya sapaan.

"Lalu bagaimana anak perlu menyikapi jika suatu perkataan adalah candaan, dan bagaimana menyikapi jika itu adalah hinaan," jelas Mia.

"Anak perlu belajar cara menyikapinya, apakah dengan mengabaikan, menyatakan ketidaksukaan secara asertif, atau melaporkan kepada orang dewasa atau guru," lanjut dia.

Tak hanya itu, agar perundungan tak memicu perilaku agresif pada anak, Mia mengatakan bahwa orang tua perlu mengajarkan cara mengelola marah dan mengungkapkan amarahnya dengan cara yang sehat.

Picu Korban Bertindak Sadis? 

Baru-baru ini geger kasus seorang siswa SMA di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang diduga menusuk teman sekelasnya. Pelaku diduga kesal lantaran kerap dirundung oleh korban.

Lantas, apakah perundungan (bullying), terutama pada anak, bisa memicu perilaku sadis di dalam diri korban?

Psikolog Mia Marissa Kumala mengatakan efek perundungan tidak selalu menyebabkan anak melakukan tindakan sadis.

Menurut dia, tindakan sadis yang dilakukan anak dalam kasus penusukan di Kota Banjarmasin itu tampaknya lebih merupakan ungkapan kemarahan yang dipendam, meskipun dalam kasus tersebut belum ada bukti apakah pelaku memang dirundung atau tidak.

"Ungkapan kemarahan yang ia sendiri belum mampu atau belum tahu cara mengungkapkannya dengan tepat, sehingga yang dilakukan adalah tindakan agresif," kata Mia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (3/8).

Menurut dia, efek perundungan pada anak bisa macam-macam, baik pada korban perundungan maupun pada pelakunya.

Apabila secara spesifik efek perundungan dikaitkan dengan perilaku anak yang menjadi korban, kata Mia, masalah perilaku anak bisa terbagi menjadi dua bentuk. Yaitu yang sifatnya menarik diri (internalizing behaviour) dan menumpahkan atau mengarah ke luar (externalizing behaviour).

"Yang sifatnya menarik diri, anak menjadi rendah diri, tidak mau terlibat dalam pertemanan, bersedih dan memendam kesedihan, dan lain sebagainya," jelas dia lebih lanjut.

Sementara untuk sifat yang mengarah ke luar, lanjutnya, anak yang menjadi korban perundungan bisa mengganggu orang lain, merusak barang, dan lain sebagainya.

"Kedua bentuk perilaku ini dasarnya sama-sama rasa frustasi," ungkapnya.***