Penasaran Mengapa Pilot Dilarang Punya Jenggot dan Kumis Berikut AlasanTidak Boleh Konsumsi Makanan yang Sama

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Bagi yang sering bepergian naik pesawat, barangkali pernah menyadari bahwa pilot kebanyakan tidak memiliki jenggot panjang dan berkumis tebal.

Seperti dilansir Brightside.me, beberapa maskapai penerbangan memang tidak mengizinkan pilot untuk memiliki jenggot. Demikian pula dengan kumis yang tebal.

Alasannya, rambut wajah dapat membuat masker oksigen tidak terpasang dengan aman di wajah pilot dan beroperasi dengan baik.

Mengutip cnnindonesia.com, hal ini jika terjadi dalam kondisi darurat, bisa berbahaya. Pilot berpotensi tidak sadar karena masker oksigen yang terpasang tidak berfungsi maksimal karena keberadaan jenggot.

Pilot tentu harus tetap sadar selama penerbangan supaya dapat menyelamatkan nyawa para penumpangnya ketika dalam keadaan darurat.

Keselamatan menjadi faktor yang dipertimbangkan maskapai penerbangan terkait aturan larangan memiliki jenggot dan kumis tebal oleh pilot.

Tapi, maskapai yang masih mengizinkan pilotnya berpenampilan dengan kumis dan jenggot juga masih ada. Tapi, kebanyakan maskapai menganjurkan agar pilot tidak memilikinya.

Sementara itu, bagi pramugari pria, dandanan adalah suatu keharusan. Gaya yang eksentrik atau berjenggot panjang juga tidak diperbolehkan. Hanya kumis dan jenggot pendek yang terawat yang diizinkan.

Beberapa perusahaan maskapai bahkan lebih ketat dan sama sekali tidak mengizinkan jenggot. Jenggot diperbolehkan untuk menyembunyikan apabila terdapat ketidaksempurnaan pada wajah pramugari pria.

Makanan yang Sama

Sementara itu tahukah kamu bahwa ada aturan dalam penerbangan yang tidak mengizinkan pilot dan co-pilot mengonsumsi makanan yang sama? Aturan ini ada kaitannya dengan keselamatan lho!

Pilot dan co-pilot dilarang menyantap makanan yang sama atau berbagi makanan demi menghindari potensi keduanya mengalami keracunan makanan ketika dalam penerbangan.

Selain itu, pilot juga tidak diperbolehkan menyantap makanan yang sama dengan penumpang, untuk berjaga-jaga apabila makanan yang disiapkan untuk penumpang (entah bagaimana) terkontaminasi.

Seperti dilansir Indy 100, pramugari bernama Dani lewat videonya di akun TikTok @daniboyy1, membeberkan bahwa banyak maskapai memang melarang para pilot menyantap makanan yang sama dengan orang lain selama penerbangan.

 

Alasan keselamatan menjadi tujuan diberlakukannya aturan soal makanan pilot dan co-pilot ini. Tujuannya supaya jika salah satu pilot jatuh sakit usai menyantap makanan, maka pilot lain dapat mengambil alih pekerjaannya.

Sebab, apabila pilot da co-pilot mengonsumsi makanan yang sama, maka besar kemungkinan keduanya akan mengalami masalah serupa. Ini bisa membahayakan penerbangan, karena tidak ada yang dapat mengambil alih kendali pesawat.

"Sebenarnya perbedaan makanan ini dilakukan, untuk jaga-jaga saja. Jika satu makanan terkontaminasi, maka kapten pilot atau co-pilot masih bisa ambil alih tugas penerbangan. Jadi jika yang satu sakit setelah memakan satu jenis makanan, yang lainnya masih sehat," papar Dani dalam videonya di TikTok.

Sebelumnya, tidak sedikit orang yang penasaran kenapa makanan untuk pilot berbeda dengan yang lain. Tak sedikit yang berpikir alasannya karena gengsi, sehingga pilot diperlakukan spesial, meski anggapan itu ternyata tidak benar.

 Lebih Hambar

Mengutip liputan6.com, saat kita naik pesawat terbang, mungkin tak semua maspakai penerbangan menyajkan makanan untuk para penumpangnya. Beberapa maskapai tertentu ada yang menyajikan makanan secara gratis dan ada juga yang harus membayar.

 

Untuk penerbangan jarak jauh, biasanya makanan disajikan beberapa kali tergantung dari lamanya penerbangan dan kelas penerbangan.

Namun pernahkah Anda merasa nafsu makan berkurang ketika sedang berada di pesawat? Makanan yang terlihat lezat bisa jadi terasa hambar di lidah saat disajikan di atas ketinggian.

Itu bukan hanya pendapat para penumpang, tapi juga diakui pihak maskapai. Qatar Airways Culinary Development Manager Decha Mingkwan menjelaskan, hal itu terjadi karena tekanan udara di dalam pesawat yang mempengaruhi telinga dan berujung pada kemampuan lidah dalam merasakan makanan.

"Dulu, kami membuat makanan jadi lebih asin untuk di pesawat," ungkap Decha di Cengkareng, dilansir dari Antara, Jumat, 27 Februari 2020.

"Namun sekarang, makanan di darat dan di pesawat yang kami buat rasanya sama," lanjutnya. Ia menambahkan, hal itu dimungkinkan karena sirkulasi udara yang lebih baik di pesawat sehingga tidak begitu mempengaruhi kemampuan mencecap.

Indera perasa memang kurang berfungsi di ketinggian. Tingkat kelembapan yang rendah dan tekanan udara membuat indera perasa jadi lebih tumpul.

Itu yang jadi alasan mengapa maskapai kerap menyajikan makanan pedas atau asin agar lebih terasa. Suara mesin pesawat juga bisa berpengaruh pada ketidakmampuan mencium dan merasakan makanan serta minuman.

Memakai penutup telinga untuk mengurangi suara bising bisa jadi cara termudah agar makanan dan minuman terasa lezat di dalam pesawat, kata Profesr Charles Spence, penulis "Gastrophysics: The New Science of Eating" seperti dikutip dari Telegraph.

Jadi, kalau Anda naik pesawat lagi dan mendapat sajian makanan, cara tersebut mungkin bisa dicoba agar makanan lebih terasa.***