Lo…lo Gak Bahaya Tah? Ternyata Amerika Kembangkan Kecerdasan Buatan untuk Ambil Keputusan di Medan Perang

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Medan perang adalah lingkungan yang penuh tekanan, kompleksitas, dan ketidakpastian. Keputusan yang diambil di sini dapat memiliki konsekuensi yang sangat besar, baik bagi prajurit yang bertempur maupun bagi keseluruhan strategi militer.

 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi aset berharga dalam mengatasi tantangan ini dengan mengambil peran penting dalam pengambilan keputusan di medan perang. Artikel ini akan membahas bagaimana AI dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih cepat di medan perang.

AI dalam Pemrosesan Data

Salah satu aspek terpenting dari pengambilan keputusan di medan perang adalah pemrosesan data yang cepat dan akurat. AI dapat membantu dalam mengelola dan menganalisis data besar-besaran yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti sensor, drone, dan intelijen. AI menggunakan algoritma pemelajaran mesin untuk mengidentifikasi pola dan informasi penting dari data ini dengan lebih efisien daripada manusia.

Pendeteksian dan Pengenalan

AI juga digunakan dalam mendeteksi dan mengenali objek dan ancaman di medan perang. Sistem penglihatan komputer dan pengenalan suara memungkinkan AI untuk mengidentifikasi target, kendaraan, senjata, atau pergerakan musuh dengan tingkat akurasi yang tinggi. Hal ini membantu komandan dan personel militer untuk membuat keputusan yang lebih tepat dalam waktu singkat.

Simulasi dan Prediksi

AI juga dapat digunakan untuk membuat simulasi medan perang yang realistis. Ini memungkinkan militer untuk melatih personelnya dalam skenario yang berbeda dan memprediksi hasil dari berbagai keputusan strategis. Dengan menggunakan data historis dan kondisi medan yang diperbarui secara real-time, AI dapat membantu dalam perencanaan taktis dan operasional.

Tantangan dan Etika

Meskipun AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan pengambilan keputusan di medan perang, ada juga tantangan etika yang perlu dipertimbangkan. Pertanyaan tentang kontrol manusia atas sistem AI, tanggung jawab dalam penggunaan senjata otonom, dan perlindungan data sensitif adalah beberapa isu yang harus diatasi dengan serius.

Manfaatkan AI

Sementara itu dilaporkan bahwa Amerika Serikat melalui DARPA telah menggelontorkan sejumlah dana untuk kembangkan kecerdasan buatan (AI) yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan di medan perang. Dana tersebut dialokasikan ke dalam sebuah proyek bernama Strategic Chaos Engine for Planning, Tactics, Experimentation and Resiliency (SCEPTER).

Dilansir dari LiveScience yang dikutip okezone.com, Sabtu (23/9/23) Proyek SCEPTER dimaksudkan untuk mengembangkan teknologi AI yang akan menyederhanakan kompleksitas peperangan modern dengan mempercepat pengambilan keputusan secara real-time.

Lebih lanjut, tiga perusahaan dilaporkan telah menerima kucuran dana untuk proyek pengembangan AI tersebut, yaitu Charles River Analytics, Parallax Advanced Research, dan BAE Systems.

Adapun proyek pengembangan AI yang dimaksud saat ini berfokus pada Machine Learning (ML) sebagai area utama dimana AI dapat meningkatkan pengambilan keputusan di medan perang. Model ML sendiri adalah jenis AI yang dapat memperlihatkan contoh, seperti skenario masa perang di masa lalu untuk kemudian membuat prediksi atau "belajar" dari data tersebut.

Selain itu, kepala ilmuwan data di Creative Destruction Lab, Avi Goldfarb juga mengingatkan tentang AI yang pada akhirnya hanya berguna sebagai pemandu, sisanya semua keputusan tetap membutuhkan campur tangan manusia.

“AI tidak memberikan penilaian atau membuat keputusan. Sebaliknya, AI memberikan informasi untuk memandu pengambilan keputusan,” kata Goldfarb.

 “Selalu ada manusia yang memberikan penilaian mengenai prediksi mana yang harus dibuat, dan apa yang harus dilakukan terhadap prediksi tersebut ketika prediksi tersebut tiba,” pungkasnya.

Sementara itu, proyek SCEPTER yang didanai Amerika Serikat untuk kembangkan AI yang membantu dalam pembuatan keputusan di medan perang ini dikabarkan juga sedang mengupayakan peningkatan untuk mendekati hasil pemikiran manusia. Salah satunya melalui AI kausal yang dapat menyimpulkan sebab dan akibat suatu keputusan seperti halnya manusia.

Bill Gates Bicara Masa Depan Kecerdasan Buatan

Namun, jenis AI berupa ML saja dianggap tidak cukup. Toby Walsh, kepala ilmuwan di Institut AI Universitas New South Wales di Australia menjelaskan bahwa pertempuran jarang terulang. Musuh akan dengan cepat belajar untuk tidak melakukan hal yang sama. Dengan alasan demikian, maka tetap dibutuhkan jenis AI lain untuk kemudian digabungkan dengan ML.

“Pertempuran jarang terulang – musuh Anda dengan cepat belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama,” kata Walsh.***