Begini Efek Makan Mi Instan Tiap Hari, Apa Itu? Berikut 11 Dampak Negatif Menurut Ahli yang Perlu Kamu Ketahui

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Di era modern yang serba cepat ini, banyak dari kita mencari solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Salah satu makanan cepat saji yang paling populer di seluruh dunia, termasuk Indonesia, adalah mi instan. Apa sebenarnya mi instan, dan mengapa makanan ini begitu diminati?

Mi instan adalah sejenis mie yang telah dimasak, dikeringkan, dan kemudian dikemas dalam bungkusan atau cup. Ketika ingin memakannya, Anda hanya perlu merebus mi dalam air panas atau menuangkan air panas ke dalam cup mi instan. 

Kemudahan dan kecepatan dalam persiapan mi instan adalah salah satu alasan utama mengapa makanan ini begitu populer. Selain itu, mi instan juga tersedia dalam berbagai rasa, mulai dari ayam goreng, pedas, hingga rasa seafood, sehingga dapat memenuhi beragam selera.

Sejarah Mi Instan

Mi instan pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1958 oleh Momofuku Ando, pendiri perusahaan makanan Nissin. Ide mi instan muncul sebagai jawaban atas kebutuhan akan makanan yang praktis dan cepat dalam kondisi pasca-Perang Dunia II. Mi instan pertama yang dikenal sebagai "Chikin Ramen" segera menjadi sukses besar di Jepang dan membuka jalan bagi produk serupa di seluruh dunia.

Kepopuleran Mi Instan di Indonesia

Di Indonesia, mi instan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya makanan. Makanan ini dengan cepat mendapatkan tempat di hati masyarakat karena harganya yang terjangkau, ketersediaan yang melimpah, dan persiapan yang sangat mudah. Selain itu, mi instan seringkali dianggap sebagai makanan yang cocok untuk semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Dampak Kesehatan

Meskipun mi instan sangat praktis, kita perlu memahami dampak kesehatan yang terkait dengannya. Mi instan umumnya tinggi kandungan garam, lemak jenuh, dan kalori yang tinggi. Penggunaan mi instan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi dan obesitas. Oleh karena itu, sebaiknya mi instan hanya dikonsumsi dengan bijak dan seimbang dalam pola makan sehari-hari.

Tidak dapat dipungkiri mi instan adalah makanan cepat saji yang praktis dan populer di Indonesia. Meskipun sangat mudah disiapkan dan memiliki beragam rasa, kita harus berhati-hati dalam mengonsumsinya karena potensi dampak kesehatan yang tidak diinginkan. Sebaiknya, mi instan digunakan sebagai alternatif makanan darurat dan tidak menjadi menu utama dalam pola makan sehari-hari kita.

Dampak Jangka Panjang 

Mi instan menjadi salah satu makanan populer yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Makanan instan ini digemari lantaran murah, mudah diolah, dan citarasanya cocok untuk segala kalangan. 

Meski begitu, seperti kebanyakan makanan olahan lainnya, mi instan adalah jenis makanan yang tinggi natrium, lemak jenuh, dan pengawet, menurut Keck School of Medicine di University of Southern California.

 Mengutip kompas.com, meskipun semua bahan ini masih tergolong aman dalam dosis kecil, namun konsumsi mi instan dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Lantas, apa saja efek samping makan mi instan setiap hari? 

  1. Kenaikan berat badan 

Menurut Keck School of Medicine, satu blok mi instan (ditambah kuahnya) yang polos tanpa tambahan bahan makanan lain, mengandung 14 gram lemak jenuh yang setara dengan sekitar 40 persen kebutuhan harian tubuh Anda.

 Sebagian dari lemak tersebut mungkin tersembunyi di dalam kuahnya, dan sebagian besar lagi berasal dari mi itu sendiri. Selain itu, sebelum sampai di dapur rumahan, mi instan sudah diolah dahulu di pabrik. Pertama-tama dikukus sampai matang, kemudian digoreng untuk mengeringkannya dan membuatnya stabil di kemasan, menurut Food Unfolded. 

Proses penggorengan membuat mie lebih keropos sehingga membuatnya lebih cepat matang. Artinya, saat menikmati seporsi mi instan, pada dasarnya Anda menikmati seporsi besar mi goreng.

 Hal ini mungkin tidak selalu buruk, namun jika Anda makan mi instan setiap hari, bersama dengan dua porsi makanan normal lainnya, maka otomatis Anda mengonsumsi lebih banyak lemak daripada yang dibutuhkan tubuh.  Lemak tersebut mungkin akan berakhir di pinggul Anda yang menyebabkan kenaikan berat badan. 

  1. Tekanan darah naik

 Satu porsi mi instan dapat mengandung hingga 1.820 miligram sodium. Jumlah ini mendekati dua pertiga dari asupan harian yang direkomendasikan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Jadi bila Anda makan mi instan setiap hari, maka kebiasaan itu berisiko membebani sistem tubuh dengan jumlah natrium terlalu banyak. 

Terlalu banyak natrium dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, menurut American Heart Association (AHA). 

  1. Berisiko muncul gangguan pada hati

 Mi instan adalah makanan yang dibuat untuk masa simpan yang lama, yang berarti secara desain sulit untuk dihancurkan. Bahan-bahan yang digunakan untuk menjaga daya simpan tersebut, termasuk pengawet, perasa buatan, pemanis buatan, dan bahan tambahan lainnya yang dapat membantu menjaga tekstur, stabilitas, dan rasa mi instan. 

Bahan-bahan ini membuat mi sulit dicerna. Pada akhirnya, organ tubuh akan bekerja keras untuk memecah dan mengolah mi instan. Jika hati bekerja terlalu keras, ia akan mulai menyimpan lemak di selnya sendiri, dan penumpukan lemak ini dapat merusak hati jika tidak dikendalikan. 

  1. Saluran pencernaan akan terganggu 

Mi instan memiliki nutrisi yang jauh berbeda dengan semangkuk sup mie ayam buatan sendiri yang bersifat terapeutik, dan tubuh Anda harus melakukan lebih banyak pekerjaan untuk memecah mi instan dibandingkan kebanyakan makanan lainnya. 

Ahli gastroenterologi di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Dr. Braden Kuo melakukan kerja keras untuk mengukur dengan tepat seberapa sulit mi instan dicerna. Kuo melakukan penelitian, di mana partisipan menelan pil kamera, makan mi instan, dan mi segar. Kemudian ia memantau berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap jenis mi untuk melewati sistem pencernaan. 

Rekaman dari kamera menunjukkan perbedaan grafis. Mi segar dicerna sepenuhnya dalam waktu satu atau dua jam, sedangkan mi instan tetap utuh dan tidak tercerna di perut beberapa jam setelah makan. Kerja ekstra saluran cerna ini, berisiko menyebabkan gangguan saluran cerna yang khas. 

  1. Meningkatkan risiko sindrom metabolic

 Jika seorang wanita makan mi instan secara rutin setiap hari, maka hal ini meningkatkan risiko sindrom metabolik yang jauh lebih besar. Sindrom metabolik adalah gabungan antara obesitas, kolesterol tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah, menurut Harvard School of Public Health. 

Kedua kondisi ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung, diabetes, dan kondisi lainnya. Menurut The New York Times, hal ini mungkin terjadi karena wanita lebih sensitif terhadap efek karbohidrat, lemak jenuh, dan natrium setelah menopause. 

  1. Kembung dan retensi cairan

 Mi instan mengandung natrium tinggi yang dapat menyebabkan retensi cairan dan kembung. Terlebih, bila Anda menikmati mi instan dengan cara menyeruput, bukan menggigitnya, maka ini akan menelan banyak udara yang selanjutnya dapat menyebabkan rasa kembung mengandung gas. 

  1. Meningkatkan risiko gagal jantung 

Menurut Live Science , karena tingginya kadar natrium dan lemak jenuhnya, mi instan dapat meningkatkan peluang Anda terkena tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, yang pada gilirannya dapat membuat Anda lebih rentan terhadap gagal jantung. 

Selain itu, yang mengejutkan adalah hubungan antara konsumsi mi instan dalam jumlah besar, di mana kondisi ini bahkan lebih jelas terlihat pada wanita muda yang aktif secara fisik. 

“Nomor satu, jangan memakannya setiap hari. Nomor dua, kontrol porsi,” kata ahli gizi Universitas New York Lisa Young. 

  1. Risiko terkena stroke 

Efek samping selanjutnya, mi instan yang terlalu banyak dapat berdampak permanen pada otak Anda. Bumbu gurih yang membuat Anda jadi ketagihan mi instan mengandung sodium dalam jumlah tinggi, yang menurut AHA bisa meningkatkan peluang Anda terkena stroke.

  1. Penglihatan memburuk

 Jika menyadari penglihatan Anda mulai berubah setelah makan mi instan, itu bukan hanya imajinasi. Gangguan penglihatan adalah efek yang diketahui (walaupun relatif jarang) dari makan mi instan yang disebabkan oleh kepekaan terhadap TBHQ, bahan pengawet yang biasa digunakan dalam mi instan dan makanan olahan lainnya. 

  1. Memengaruhi perilaku 

Menurut Healthline, kebiasaan makan mi instan setiap hari menyebabkan perubahan perilaku yang pada akhirnya dapat memperburuk gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD) pada beberapa orang. Hal ini karena bahan umum dalam mi instan, pengawet TBHQ, dikaitkan dengan gejala ADHD. 

  1. Meningkatkan risiko penyakit ginjal

 Kadar natrium yang tinggi dalam mi instan dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit ginjal dan batu ginjal, menurut AHA. Alasan mengapa rasa asin dikaitkan dengan ginjal karena garam meningkatkan kadar kalsium yang dilepaskan dalam urin, dan batu ginjal dapat terbentuk ketika kelebihan kalsium berikatan dengan oksalat, bahan alami dalam banyak buah dan sayuran.