Kata Cendikiawan Ini Selama Masih Ada Trah Soekarno Jokowi Sulit Jadi Ketum PDIP, Gibran Diusulkan Jadi Cawapres Prabowo Pengamat: Kenapa Tidak dengan Ganjar?

Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Prananda Prabowo, dan Puan Maharani/Net

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Peluang Presiden Joko Widodo menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan dinilai tak akan mudah sepanjang masih ada trah Soekarno di dalam partai banteng moncong putih itu.

Founder Citra Institute, Yusak Farchan menilai, putra dan putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi hambatan besar bagi Jokowi.

"Peluang Jokowi menjadi Ketua Umum PDIP lebih kecil dibanding trah atau penerus Soekarno seperti Puan atau Prananda (putri dan putra Megawati, red)," ujar Yusak kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (9/10).

Dia menuturkan, pernyataan Megawati yang memastikan kader PDIP berpeluang menjadi ketua umum tidak serta merta membuka pintu lebar untuk Jokowi.

Meskipun, kesuksesan Jokowi menjadi Presiden ketujuh RI selama dua periode juga disokong oleh partai berlogo banteng moncong putih.

 

"Success story PDIP dalam memegang supremasi elektoral dua kali pemilu berturut-turut tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan politik Megawati," tutur Yusak,

"Ini yang membuat bayang-bayang Soekarno sulit diruntuhkan di tubuh PDIP," tandasnya. 

Kenapa Tidak dengan Ganjar?

Seperti diketahui putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, diusulkan menjadi bakal calon wakil presiden untuk bakal calon presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto. Usulan tersebut bagi sebagian pihak dinilai kurang tepat.

Sebab, menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, seharusnya Gibran mendampingi Ganjar Pranowo, bukan Prabowo Subianto yang berbeda partai politik.

Dengan munculnya usulan agar Gibran menjadi bacawapres Prabowo, Adi Prayitno justru menilai ada sesuatu antara internal PDIP dengan Presiden Joko Widodo.

“Yang jadi pertanyaan itu kenapa harus berdampingan dengan Pak Prabowo? Kenapa tidak dengan Ganjar? Bukankah Gibran adalah kader PDIP? Apakah ada sesuatu yang sedang terjadi, antara Gibran dan PDIP? Itu sebetulnya yang menjadi teka-teki publik. Kalau ingin memajukan Gibran kenapa tidak di PDIP berduet dengan Ganjar,” kata Adi Prayitno kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (9/10).

Adi pun menangkap sinyal adanya komunikasi yang kurang baik di internal PDIP dengan trah Presiden Jokowi, dengan memunculkan Gibran sebagai bacawapres Prabowo untuk 2024 nanti.

Namun, Adi tidak memungkiri, segala kemungkinan bisa terjadi dalam politik. Dan menilai isu memasangkan Gibran dengan Prabowo bisa terjadi.

“Ini kan bentuk keseriusan komunikasi politik di internal partai, kira-kira begitu. kenapa harus ke Prabowo? Nah, pertanyaan-pertanyaan itu sampai saat ini belum terjawab. Artinya dalam politik apapun bisa terjadi, yang tidak mungkin bisa mungkin,” katanya.

 “Kalau Gibran maju betulan jadi wakil Prabowo, ini semakin menambah bahwa keluarga dekat presiden juga ikut terlibat dalam pilpres,” tutupnya.***