Head to Head Senjata Hamas versus Israel Berikut Profil Pendiri Hamas dan Ini yang Disuarakan Presiden Soekarno Tentang Zionis

Dengan penutup wajah dari Brigade Izzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, berbaris di sepanjang jalan kamp pengungsi Nusseirat, Jalur Gaza tengah, Jumat, 28 Mei 2021.(AP PHOTO/ADEL HANA)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Konflik antara Hamas dan Israel merupakan salah satu konflik terpanjang di Timur Tengah yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Konflik ini memiliki banyak akar masalah dan kompleksitas yang sulit untuk diurai dengan mudah. 

Sejarah Konflik

Konflik antara Hamas dan Israel berakar pada berbagai faktor sejarah dan politik. Israel didirikan pada tahun 1948, yang mengakibatkan pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari tanah mereka. Pada tahun 1967, Israel merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari. Pada masa itu, mulailah munculnya gerakan perlawanan Palestina yang dikenal dengan nama PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).

Hamas sendiri muncul pada awal tahun 1980-an, lebih tepatnya pada tahun 1987, sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim) di Jalur Gaza. Mereka menjadi kelompok perlawanan yang terlibat dalam serangkaian konflik bersenjata dengan Israel. 

Konflik Terkini

Konflik antara Hamas dan Israel telah memuncak dalam serangkaian serangan dan pertempuran, yang seringkali mengakibatkan korban jiwa di kedua pihak serta kerusakan infrastruktur di Gaza. Serangan udara Israel dan tembakan roket dari Hamas telah menjadi pola yang terus berulang dalam konflik ini. Yang paling terkenal adalah serangan-serangan yang terjadi pada 2008-2009, 2012, dan 2014.

Konflik terkini yang cukup signifikan terjadi pada Mei 2021, ketika ketegangan di Yerusalem Timur memicu pertempuran yang melibatkan Hamas dan Israel. Serangan balasan dari kedua pihak menyebabkan lebih dari 250 orang tewas di Gaza dan 12 orang di Israel. Ketegangan ini juga memicu protes dan kekerasan di berbagai kota di seluruh dunia. Belakangan konflik juga terjadi 7 Oktober 2023.

Bisa dikatakan konflik antara Hamas dan Israel adalah salah satu konflik yang paling rumit dan sulit di dunia. Meskipun upaya-upaya damai telah dilakukan, solusi yang adil dan berkelanjutan tetap menjadi tantangan yang besar. Konflik ini telah berdampak besar pada warga sipil di kawasan tersebut dan telah menarik perhatian dunia. Upaya-upaya lebih lanjut untuk mengakhiri konflik ini dengan damai dan mencapai perdamaian jangka panjang masih merupakan tugas yang harus diemban oleh komunitas internasional.

Perbandingan Senjata

Mengutip kompas.com, rentetan roket dilontarkan kelompok Hamas menuju wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi. Serangan mendadak ini berkembang menjadi peperangan terbuka dengan bom dan baku tembak antara anggota Hamas dengan tentara Israel di jalur Gaza, Palestina. Dilansir dari Euronews, ratusan orang dari kedua belah pihak tewas dan ribuan lainnya terluka akibat peperangan yang terjadi hingga saat ini.

Layanan penyelamatan nasional Israel mengatakan sedikitnya 200 orang tewas dan 1.100 orang terluka. Sementara Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan paling tidak 198 orang di Gaza tewas dan sedikitnya 1.610 orang terluka dalam serangan Israel. 

Konflik yang meningkat dan mematikan antara kedua pihak menunjukkan kemampuan militer Hamas dan Israel tidak sembarangan. 

Lantas, apa saja senjata yang dimiliki oleh kedua kubu dalam peperangan ini? 

Senjata kelompok Hamas 

Seorang profesor bidang militer Michael Clarke mengungkapkan, Hamas termasuk salah satu kelompok gerilya dengan persenjataan paling lengkap di dunia. “Mereka beroperasi dari kendaraan utilitas seperti Land Rover Discovery dan memasang senjata di belakang, seperti senapan mesin berat kaliber 30," ujarnya, dikutip dari Sky News. 

Kendaraan lapis baja ini memiliki jenis yang berbeda dengan Israel. Kendaraan yang dipakai memudahkan mobilitas dan memiliki dampak yang menghancurkan. Hamas juga memiliki ratusan hingga ribuan roket yang dikerahkan menuju Israel. 

Dilansir dari Wion, roket ini termasuk jenis Fajr-3, Fajr-5, dan M302. Roket-roket Hamas mirip dengan rudal balistik Fateh-110 buatan Iran yang dapat bergerak di jalan raya dan dapat membawa hulu ledak dengan berat hingga 500 kilogram. 

Hamas juga memiliki rudal anti-tank yang mirip dengan Stinger milik AS. “Hamas mempunyai perlengkapan yang sangat baik dalam hal-hal tertentu dan mereka dilatih untuk menggunakannya,” kata Clarke. 

Data dari Pusat Kontra Terorisme Nasional (NCTC) AS menyebutkan Hamas memiliki senjata berupa alat peledak rakitan, roket dan mortir, senjata kecil, granat berpeluncur roket, sistem pertahanan udara portabel, rudal antitank, serta pesawat tak berawak 

Dalam aksinya, mereka menerapkan operasi penculikan, spionase dunia maya, dan operasi dengan jaringan komputer. 

Senjata tentara Israel

Sebaliknya, Clarke menyebutkan, militer Israel memiliki sejumlah besar tank dan kendaraan lapis baja. Salah satunya tank Merkava yang mirip dengan tank tempur Leopard 2 asal Jerman. 

Kendaraan sejenis ini umum digunakan di Ukraina. Tank yang dirancang di Israel ini memiliki lapis baja depan yang berat untuk memberikan perlindungan maksimal bagi empat awak. 

Tank juga dipersenjatai meriam utama 120 mm serta persenjataan lain. Di udara, militer Israel menggunakan jet tempur Kfir miliknya sendiri. 

Pesawat tempur ini dibuat mirip pesawat Mirage buatan Perancis. Ada juga sejumlah jet canggih F-35 Lightning II pemberian AS. 

Dikutip dari Politico, militer Israel juga memiliki jet tempur F-16 dan F-35 serta helikopter Apache. Mereka dipersenjatai peluru artileri 155 mm dan drone berteknologi tinggi. 

Clarke juga menduga Israel memiliki pasokan senjata nuklir meskipun belum ada pihak negara tersebut yang mengaku atau menyangkal. Senjata nuklir ini dimiliki sebagai langkah terakhir jika Israel sangat terancam oleh musuh. Namun, urung digunakan karena lokasi Israel terlalu dekat dengan Palestina.

Dari Imam Masjid 

Mengutip intisari.co.id Syekh Ahmad Yasin adalah salah satu tokoh Islam yang paling berpengaruh di Palestina.

 

Ia dikenal sebagai pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, sebuah gerakan perlawanan Islam yang berjuang melawan penjajahan Israel.

Namun, sebelum menjadi sosok yang disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, Syekh Yasin memiliki perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan cobaan.

Syekh Yasin lahir di desa Al-Jaurah, pinggiran Al-Mijdal, selatan Jalur Gaza, pada tahun 1937.

Ia berasal dari keluarga yang religius dan berpengetahuan luas.

Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia lima tahun, sehingga ia harus hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Saat berusia 12 tahun, ia mengalami kecelakaan olahraga yang menyebabkan tulang belakangnya patah dan membuatnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki.

Ia juga mengalami kebutaan sebagian akibat penyakit glaukoma. Meski demikian, ia tidak menyerah dan terus belajar dengan tekun.

 

Ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, tetapi tidak dapat menyelesaikannya karena alasan kesehatan.

Ia kemudian belajar di rumah dengan bantuan guru-guru yang mengajarkan kepadanya berbagai ilmu seperti filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi.

Ia juga menjadi imam masjid di Rimal, Gaza, dan mengajar bahasa Arab dan tarbiyah Islamiyah di sebuah sekolah dasar.

Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, rendah hati, dan peduli terhadap nasib rakyat Palestina.

Pada tahun 1973, ia bersama dengan beberapa aktivis lainnya mendirikan Mujama' al-Islamiyah (Asosiasi Islam), sebuah organisasi sosial yang memberikan bantuan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan kepada masyarakat Palestina.

 

Organisasi ini juga bergerak dalam bidang dakwah dan politik, dengan tujuan untuk menegakkan syariah Islam dan membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.

Pada tahun 1984, ia ditangkap oleh Israel karena dituduh terlibat dalam serangan terhadap tentara Israel. Ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara.

Di dalam penjara, ia bertemu dengan para tahanan politik lainnya yang berasal dari berbagai faksi perlawanan Palestina.

Ia berhasil menyatukan mereka di bawah bendera Islam dan membentuk sebuah gerakan baru yang bernama Hamas (singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islam).

Hamas adalah sayap militer dari Mujama' al-Islamiyah yang bertujuan untuk melawan Israel dengan segala cara, termasuk dengan menggunakan bom bunuh diri.

Hamas juga memiliki sayap politik yang berpartisipasi dalam pemilihan umum Palestina.

 

Pada tahun 1985, Syekh Yasin dibebaskan dari penjara sebagai bagian dari pertukaran tahanan antara Israel dan Jibril Front.

Ia kembali ke Gaza dan melanjutkan aktivitasnya sebagai pemimpin spiritual Hamas.

Ia menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi para pejuang Hamas dan rakyat Palestina.

Kemudian juga menjalin hubungan dengan negara-negara Islam lainnya, seperti Iran, Sudan, dan Qatar, untuk mendapatkan dukungan finansial dan politik.

Pada tahun 1997, ia kembali ditangkap oleh Israel setelah Israel gagal membunuh Khaled Mashal, salah satu pemimpin Hamas di Yordania.

Ia dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan. Namun, pada tahun 1998, ia dibebaskan lagi sebagai bagian dari kesepakatan antara Israel dan Yordania untuk menyelamatkan nyawa dua agen Mossad yang terlibat dalam upaya pembunuhan Khaled Mashal.

Ia kembali ke Gaza dan melanjutkan perjuangannya. Pada tahun 2000, ia mendukung Intifadhah al-Aqsa, sebuah pemberontakan rakyat Palestina yang dipicu oleh kunjungan Ariel Sharon, pemimpin Likud, ke Masjid al-Aqsa.

Ia mengajak rakyat Palestina untuk melakukan jihad melawan Israel dan menolak segala bentuk perundingan damai.

Kemudian juga mengkritik Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Yasser Arafat karena dianggap tidak mampu membela hak-hak rakyat Palestina.

Syahid saat Berpuasa

Pada tahun 2003, ia menjadi target utama dari operasi Israel yang bernama Targeted Killings, sebuah strategi untuk membunuh para pemimpin Hamas dan kelompok perlawanan lainnya.

Ia berhasil lolos dari beberapa upaya pembunuhan, termasuk satu yang menewaskan putranya, Abdel Aziz Yassin, pada bulan September 2003.

Namun, pada tanggal 22 Maret 2004, ia akhirnya syahid setelah tiga buah rudal yang dilepaskan melalui helikopter Apache milik Israel menghantam tubuhnya yang lumpuh total.

 

Saat itu, ia baru saja selesai menunaikan shalat subuh berjamaah di Masjid al-Mujama' al-Islami di Kota Gaza.

Ia meninggal dalam keadaan berpuasa dan bersama dengan tujuh orang lainnya, termasuk dua anaknya.

Kematian Syekh Yasin menimbulkan kemarahan dan kesedihan yang mendalam di kalangan rakyat Palestina dan umat Islam di seluruh dunia.

Jutaan orang menghadiri pemakamannya dan mengibarkan bendera Hamas. Ia dimakamkan di pemakaman Sheikh Radwan di Gaza.

Ia digantikan oleh Abdel Aziz al-Rantissi sebagai pemimpin Hamas, tetapi ia juga syahid sebulan kemudian akibat serangan Israel.

Syekh Yasin adalah sosok yang dikenang sebagai seorang mujahid, ulama, pemimpin, dan pejuang yang berdedikasi untuk Islam dan Palestina.

Ia adalah contoh dari seseorang yang tidak pernah menyerah dan tidak pernah takut menghadapi musuh-musuhnya.

 

Beliau adalah simbol dari perlawanan Islam terhadap penjajahan Israel.

Ia adalah inspirasi bagi generasi muda Palestina yang terus berjuang untuk meraih kemerdekaan dan keadilan.

Sejak Zaman Presiden Soekarno

Seperti diketahui Indonesia dan Palestina adalah dua negara yang memiliki hubungan persahabatan yang erat dan langgeng.

Hubungan ini terjalin sejak masa kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ketika Palestina menjadi salah satu pendukung pertama bagi perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda.

Pemimpin tertinggi Palestina saat itu, Sheikh Muhammad Amin al-Husaini, berperan penting dalam menggalang dukungan dari negara-negara Arab lainnya melalui Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia dan menekan Inggris agar tidak mendukung Belanda.

 

Sebagai bentuk penghargaan, Indonesia pun menunjukkan sikap anti-Israel sejak awal dan mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari penjajahan Israel.

Hubungan Indonesia dan Palestina semakin erat di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, yang merupakan salah satu tokoh pendiri Gerakan Non-Blok yang menentang imperialisme dan kolonialisme.

Soekarno secara tegas mendukung agresi dan perlawanan negara-negara Arab terhadap Israel, baik dalam pidato-pidatonya maupun dalam kebijakan luar negerinya.

Soekarno juga menjalin hubungan pribadi dengan pemimpin Palestina, Yasser Arafat, yang mengunjungi Indonesia pada tahun 1984 dan 1993.

Soekarno bahkan memberikan gelar Bintang Mahaputera Adipradana kepada Arafat sebagai penghargaan tertinggi bagi orang asing yang berjasa bagi Indonesia.

Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina pada tahun 1988, setelah Dewan Nasional Palestina menyatakan deklarasi kemerdekaan di Aljir, Aljazair.

Pada tahun 1989, Indonesia dan Palestina menandatangani komunike bersama tentang permulaan hubungan diplomatik di tingkat duta besar.

Sejak saat itu, Indonesia terus memberikan dukungan politik, ekonomi, dan kemanusiaan kepada Palestina dalam berbagai forum internasional maupun bilateral.

Indonesia juga membangun rumah sakit di Beit Lahiya, Jalur Gaza, pada tahun 2011, dengan dana sumbangan dari rakyat Indonesia.

Hubungan Indonesia dan Palestina tetap solid dan harmonis hingga saat ini, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan dinamika global.

Presiden Joko Widodo menegaskan komitmennya untuk mendukung Palestina ketika Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengunjungi Jakarta pada Oktober 2022.

Dalam pernyataannya, Widodo menyebutkan bahwa tiga aspek dukungan Indonesia kepada Palestina adalah diplomasi, perdagangan, dan bantuan kemanusiaan.

Indonesia juga mengecam keras serangan militer Israel di Gaza yang menewaskan ratusan warga Palestina pada Oktober 2023.

Indonesia mendesak agar konflik tersebut segera dihentikan dan diselesaikan sesuai dengan parameter yang disepakati oleh PBB.

Indonesia dan Palestina adalah contoh nyata dari hubungan persahabatan antara dua bangsa yang berdasarkan pada nilai-nilai kemerdekaan, solidaritas, dan kemanusiaan.

Hubungan ini tidak hanya bermanfaat bagi kedua negara, tetapi juga bagi perdamaian dan stabilitas dunia.***