Waduh Bank Ini Tawari Rp12 Juta untuk Sumbangkan Sperma, Berminat?

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)- Kehidupan adalah anugerah yang tak ternilai, dan untuk sebagian besar pasangan, menjadi orangtua adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup mereka. Namun, ada beberapa pasangan yang menghadapi kesulitan dalam meraih impian mereka untuk memiliki anak. 

Salah satu solusi yang dapat membantu mengatasi masalah ini adalah bank sperma. Bank sperma adalah fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan penyimpanan, pengambilan, dan pemberian sperma kepada pasangan yang membutuhkannya.

Bank sperma adalah institusi medis yang menyediakan layanan penyimpanan, pemrosesan, dan pemberian sperma manusia. Bank sperma umumnya digunakan oleh pasangan yang menghadapi masalah kesuburan, termasuk pasangan yang sulit hamil akibat masalah medis.

Bank sperma memainkan peran yang sangat penting dalam membantu pasangan yang mengalami kesulitan hamil. Beberapa alasan mengapa bank sperma sangat penting antara lain:

Menyediakan Harapan: Bagi pasangan yang mengalami masalah kesuburan, bank sperma memberikan harapan untuk memiliki anak biologis mereka sendiri.

Meskipun bank sperma memiliki manfaat yang jelas, ada juga beberapa kritik terhadap praktik ini. Beberapa di antaranya termasuk:

Kepentingan Finansial: Beberapa orang berpendapat bahwa bank sperma dapat menjadi bisnis yang menguntungkan, dan ini mungkin mengarah pada praktik-praktik yang kurang etis.

Gelar Kontes 

Dikabarkan sebuah bank sperma di China mengadakan kontes unik bagi para mahasiswa untuk menemukan siapa yang memiliki kualitas sperma terbaik. Kontes ini digelar di tengah menurunnya angka kelahiran di negara tersebut. 

Mengutip laporan South China Morning Post yang dilansir sindonews.com, Jumat (22/9/2023), para kontestan ditawari uang tunai masing-masing 6.100 yuan atau lebih dari Rp12 juta untuk menyumbangkan sperma mereka. 

Kontes ini diselenggarakan oleh Henan Provincial Human Sperm Bank (Bank Sperma Manusia Provinsi Henan). Tujuannya untuk menemukan pria dengan jumlah sperma tertinggi dan sperma paling kuat. 

Menurut laporan The Straits Times, kontestan memiliki waktu 50 hari untuk memberikan hingga 20 donasi. Mereka juga akan mendapat kompensasi atas biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya transportasi dan jumlah donasi sperma yang diberikan. 

Kontestan harus berusia 20-45 tahun dan memiliki tinggi badan minimal 1,65 meter. Selain itu, mereka tidak boleh perokok, pecandu alkohol, pengguna narkoba, atau memiliki riwayat hubungan seksual sesama jenis maupun pergaulan bebas. 

Sampel sperma akan dievaluasi berdasarkan setidaknya empat kriteria, yakni konsentrasi, volume, struktur, dan motilitas sperma, atau seberapa cepat pergerakan sperma. 

Kontes ini, yang diumumkan pada 10 September, dilakukan ketika negara tersebut bergulat dengan laporan penurunan jumlah sperma di kalangan pria, yang berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran. "Karena pencemaran lingkungan dan tekanan kerja, kualitas sperma secara keseluruhan menurun. Hal ini menyebabkan kemandulan pada sejumlah pasangan suami istri, sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. Ibarat darah, donor sperma merupakan kegiatan kemanusiaan. Hal ini bisa membawa kabar baik bagi pasangan infertil. Oleh karena itu, kami menyerukan kepada mahasiswa untuk mendonasikan spermanya agar dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat," kata Bank Sperma Provinsi Henan di Weibo. 

China telah menghapus kebijakan satu anak yang telah berlaku selama puluhan tahun pada tahun 2015, sehingga semua pasangan dapat memiliki dua anak. Pihak berwenang menaikkan batas tersebut menjadi tiga pada tahun 2021, namun bahkan selama masa pandemi Covid-19, banyak pasangan yang enggan untuk memiliki bayi. 

China kini berusaha keras untuk meningkatkan penurunan jumlah kelahiran baru setelah tingkat kesuburan negara tersebut turun ke rekor terendah 1,09 pada tahun 2022.

 Prihatin dengan hal ini dan populasinya yang menua dengan cepat, Beijing sedang mencoba serangkaian tindakan untuk meningkatkan angka kelahiran. Namun, kaum muda menyebutkan tingginya biaya perawatan anak dan pendidikan, rendahnya pendapatan, lemahnya jaring pengaman sosial, dan ketidaksetaraan gender sebagai faktor-faktor yang melemahkan semangat mereka.***