Berikut Ketakutan-ketakutan yang Bikin Kening Kamu Mengkerut, Apa Saja?

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Fobia adalah sebuah kondisi mental yang melibatkan rasa takut yang berlebihan terhadap suatu objek, situasi, atau keadaan tertentu. 

Fobia sering kali dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan memengaruhi kualitas hidup mereka. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang apa itu fobia, gejala-gejalanya, dan bagaimana fobia dapat diatasi termasuk fobia apa saja.

Seperti diketahui fobia adalah salah satu jenis gangguan kecemasan. Ini adalah ketakutan yang sangat kuat dan tidak rasional terhadap suatu hal, yang bisa menjadi benda mati seperti laba-laba, ketinggian, atau keadaan seperti bepergian dengan pesawat terbang. Fobia juga bisa bersifat sosial, di mana seseorang merasa takut atau cemas dalam situasi sosial tertentu seperti berbicara di depan umum atau berkumpul dengan banyak orang.

Gejala Fobia

Fobia dapat menghasilkan berbagai gejala fisik dan emosi. Beberapa gejala umum fobia meliputi:

Ketakutan Intens: Orang dengan fobia sering mengalami ketakutan yang berlebihan dan tak terkendali terhadap objek atau situasi yang mereka takuti. Misalnya, seseorang dengan fobia terhadap ketinggian mungkin merasa seperti akan mati jika mereka berada di tempat tinggi, meskipun dalam kenyataannya mereka aman.

Reaksi Fisik: Gejala fisik umum termasuk jantung berdebar, berkeringat, gemetar, mual, dan bahkan serangan panik.

Menghindari Situasi: Orang dengan fobia sering berusaha menghindari objek atau situasi yang memicu ketakutan mereka. Ini dapat menyebabkan pembatasan dalam kehidupan sehari-hari dan masalah dalam fungsi sosial.

Kecemasan Pra-antisipasi: Hanya berpikir tentang situasi atau objek yang ditakuti dapat memicu kecemasan yang kuat.

Kehilangan Kontrol: Beberapa orang dengan fobia merasa bahwa mereka kehilangan kendali diri saat berhadapan dengan objek atau situasi yang ditakuti.

Jenis-jenis Fobia

Ada banyak jenis fobia yang dapat mempengaruhi seseorang. Beberapa yang paling umum termasuk:

Fobia Spesifik: Fobia terhadap objek tertentu seperti ular, laba-laba, ketinggian, atau jarum suntik.

Fobia Sosial: Ketakutan terhadap situasi sosial seperti berbicara di depan umum, makan di depan orang banyak, atau berinteraksi dengan orang asing.

Fobia Agorafobia: Ketakutan terhadap tempat atau situasi di mana seseorang merasa sulit untuk melarikan diri jika mereka mengalami kecemasan atau serangan panik. Ini bisa termasuk tempat umum, kerumunan, atau perjalanan jauh dari rumah.

Penanganan Fobia

Fobia bisa diatasi dengan berbagai metode. Beberapa di antaranya meliputi:

Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapis menggunakan CBT untuk membantu individu mengidentifikasi pemikiran negatif yang memicu fobia dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih realistis.

Terapi Eksposur: Terapi ini melibatkan menghadapi objek atau situasi yang ditakuti secara bertahap dan terkendali untuk mengurangi ketakutan.

 

Pengobatan: Dalam beberapa kasus, obat-obatan tertentu seperti antidepresan atau anti-kecemasan dapat digunakan untuk mengelola gejala fobia.

Teknik Relaksasi: Teknik-teknik seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu mengelola gejala fobia.

Dapat fobia adalah kondisi mental yang melibatkan ketakutan yang berlebihan terhadap objek, situasi, atau keadaan tertentu. Gejalanya meliputi ketakutan intens, reaksi fisik, dan kecemasan pra-antisipasi. Jenis fobia bervariasi, dan pengobatan yang efektif dapat melibatkan terapi, eksposur terkendali, atau penggunaan obat-obatan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menderita fobia, sangat penting untuk mencari bantuan profesional untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kualitas hidup.

Anupthaphobia

 Anupthaphobia merupakan ketakutan berlebihan berstatus jomblo atau tidak menjalin suatu hubungan. Orang dengan fobia ini mungkin hampir tak pernah melajang. Mereka akan beralih dari satu hubungan ke hubungan lainnya, dengan sedikit atau tanpa jeda waktu untuk melajang. 

Dengan kondisi ini, orang dengan anuptaphobia sangat sulit untuk membentuk ikatan yang sehat dan benar-benar mengenal orang lain. 

Dikutip dari Psych Times yang dilansir kompas.com, penderita anuptaphobia mungkin secara tidak rasional takut bahwa mereka akan menjadi lajang selama sisa hidup mereka atau bahwa mereka akan mati tua dan sendirian. 

Gejala anuptaphobia 

Penderita anuptaphobia mungkin memiliki rasa putus asa dan mengembangkan hubungan romantis dengan orang yang benar-benar tidak mereka inginkan. Ini dilakukan hanya untuk mengisi kekosongan karena tidak ingin melanjang. 

Kejadian ini dapat menimbulkan banyak masalah tambahan pada apa yang sudah bisa mereka alami dengan anuptaphobia dengan sendirinya. 

Ketidakrasionalan seperti itu mungkin menjadi penyebab besar mengapa mereka menanggung penderitaan mental yang mereka alami. Di bawah ini, ada beberapa gejala yang lebih umum dari fobia ini: Kecemasan yang intens saat tidak dalam hubungan romantis Kecemasan saat berpikir untuk melajang Dapat dengan cepat melompat ke dalam hubungan Ketidakmampuan untuk mengatasi emosi yang kuat Harga diri rendah dan sangat kritis terhadap diri sendiri 

Tidak ada penyebab anuptaphobia yang diketahui. Namun, genetika dan lingkungan seseorang mungkin memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan gangguan mental ini. 

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit mental, terutama gangguan kecemasan dan fobia mungkin memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan anuptaphobia. Jika hal itu penyebabnya, hanya butuh semacam pengalaman traumatis bagi mereka untuk mengembangkan anuptafobia yang parah. 

Pengalaman traumatis tersebut akan membuat hati mereka hancur oleh seseorang yang sangat mereka cintai atau situasi serupa lainnya. 

Ketakutan Berlebihan pada Makanan

Manusia membutuhkan asupan makanan sebagai sumber energi dalam tubuh. Namun, di dunia ini ada beberapa orang yang memiliki ketakutan berlebihan pada makanan atau disebut cibophobia. 

Dikutip dari Very Well Mind yang dilansir kompas.com, penderita cibophobia akan mengalami kecemasan ekstrem di sekitar makanan. 

Gejala kecemasan meliputi kegelisahan, kelelahan , ketegangan otot, lekas marah, sulit berkonsentrasi, dan rasa khawatir yang terus-menerus 

Bagaimana Mengatasinya?

Orang dengan cibophobia mungkin takut pada satu makanan tertentu atau banyak makanan sekaligus. Penderita juga memiliki ketakutan di atas rata-rata terhadap penyakit atau tersedak akibat memakan makanan tertentu. Selain itu, penderita juga mungkin mengasosiasikan makanan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan atau traumatis. 

Gejala cibophobia

Cibophobia akan sulit dikenali terutama jika seseorang menghindari makanan yang mereka takuti. Mereka mungkin mengalami gejala serangan panik saat berhadapan dengan makanan. 

Gejala tersebut antara lain: 

Sesak napas 

Gemetar Berkeringat 

Hot flashes 

Merasa lemah 

Merasa pusing 

Sesak dada 

Detak jantung cepat 

Mual 

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk diagnosis fobia spesifik, yakni: Ketakutan itu tidak sebanding dengan bahaya nyata apa pun Ketakutan menyebabkan stres yang signifikan dan gangguan pada kehidupan seseorang 

Ketakutan dan efeknya telah berlangsung setidaknya selama enam bulan Jika seseorang menderita cibophobia, mereka akan tahu bahwa respons rasa takut dan perilaku menghindar tidak rasional. 

Mereka juga sadar bahwa makanan yang ditakuti tidak akan membahayakan, tetapi tetap saja tidak dapat mengatasi rasa takut itu. 

Penyebab cibophobia

Belum diketahui penyebab pasti cibophobia. Namun, para ahli membagi fobia spesifik menjadi dua kategori, yaitu fobia spesifik pengalaman dan fobia spesifik noneksperiensial. 

Dengan fobia spesifik pengalaman, seseorang takut akan sesuatu karena pengalaman traumatis. Seseorang dengan cibophobia mungkin terpaksa makan makanan tertentu atau mereka jatuh sakit setelah makan makanan yang sekarang mereka takuti. 

Mereka mungkin juga dikondisikan untuk tidak menyukai makanan tertentu. Misalnya, orang tua mungkin menanamkan rasa takut pada jamur pada mereka. 

Dengan cibophobia nonexperiential, seseorang tidak memiliki kontak traumatis dengan makanan yang mereka takuti. 

Dalam hal ini, para ahli percaya fobia dapat berkembang sebagai akibat dari genetika dan kimia otak. Dengan kata lain, biologi membuat orang tertentu lebih rentan mengembangkan fobia. 

Ketakutan akan makanan mungkin dimulai dengan rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan tekstur makanan, makanan kedaluwarsa, atau kurang matang. Beberapa makanan umum yang ditakuti oleh penderita cibophobia antara lain brokoli, jamur, keju cottage, dan acar. 

Ketakutan Berlebih pada Laut

Memiliki ketakutan adalah hal yang normal pada kebanyakan orang. Namun, sebagian orang tidak dapat mengatasi ketakutan tersebut dengan mudah. Ada banyak hal yang dapat menjadi sumber ketakutan. Misalnya adalah ketakutan terhadap laut. 

Jika ketakutan tersebut sangat kuat dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-sehari, kemungkinan Anda mengalami thalassophobia atau fobia terhadap laut atau samudra. 

Rasa takut ini terfokus pada bentuk laut yang luas dan dalam. Hal tersebut dilihat oleh mereka sebagai tempat yang berbahaya dan menyeramkan.

Melansir Healthline dikutip kompas.com, , ada beragam alasan yang menyebabkan seseorang mengalami ketakutan terhadap laut atau samudra. 

Paparan stimulus yang menyebabkan respons ketakutan dapat memicu perkembangan dari sebuah fobia. Stimulus tersebut dapat berupa peristiwa traumatis seperti hampir tenggelam, menyaksikan serangan hiu di lautan. 

Jenis fobia ini disebut sebagai fobia pengalaman. Namun demikian, fobia juga bisa berkembang tanpa adanya pengalaman atau trauma tertentu. 

Berikut adalah contoh penyebab lain dari fobia tersebut: Faktor genetik Memiliki kerabat yang takut akan laut dapat meningkatkan risiko Anda untuk terkena thalassophobia. 

Faktor lingkungan Mendengar peristiwa traumatis, seperti tenggelam atau searngan di laut, dapat menyebabkan ketakutan terhadap laut. 

Faktor perkembangan Jika area respons ketakutan di otak belum berkembang dengan baik, fobia akan lebih mudah terjadi. Penting untuk mengetahui bahwa dengan thalassophobia, ketakutan akan laut bersifat otomatis, yaitu menjadi respons irasional yang tidak dapat dikontrol. 

Melansir Verywellmind, fobia dapat memicu gejala fisik dan emosional dari ketakutan dan kekhawatiran. Beberapa gejala fisik umum yang dialami oleh penderita thalassophobia antara lain adalah: 

Pusing 

Sakit kepala ringan 

Mual 

Jantung berdebar kencang 

Napas cepat 

Sesak napas 

Berkeringat 

Secara emosional, saat seorang penderia thalassopbhobia memikirkan laut, dapat mengalami gejala-gejala berikut: Gelisah Khawatir Sulit tertidur dan kemungkinan mengalami insomnia Serangan panik dan cemas, yang mungkin dapat terjadi cukup sering dan menjadi gangguan panik 

Jika Anda memiliki rasa takut akan lautan, manifestasi dari rasa cemas tersebut dapat muncul kapan saja. Bergantung pada tingkat keparahan thalassophobia, penderita bahkan dapat mengalami rasa cemas saat melihat foto atau mendengar kata "lautan". 

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi fobia laut. Langkah yang disebut paling efektif adalah melalui terapi psikologis. Jenis terapi yang paling disarankan adalah terapi perilaku kognitif. 

Terapi tersebut bertujuan untuk mengubah pola pikir dan respons penderita thalasophobia yang tadinya negatif terhadap laut menjadi positif dan realistis. 

Jika terapi dilakukan dengan rutin, ketakutan penderita thalassophobia terhadap laut dapat hilang total.  Oleh karena itu, apabila Anda atau anggota keluarga menderita fobia ini, cobalah untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan agar bisa sembuh.***