Prabowo dan Ganjar Jor-joran Belanja Iklan, Anies Baswedan yang Panen Dukungan

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Aad Satria Permadi, S.Psi., M.A.

JAKARTA (SURYA24.COM) - Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Aad Satria Permadi, S.Psi., M.A. mengatakan, belanja iklan kampanye yang berlebihan disebabkan oleh tiga faktor. Jika capres dianalogikan dengan sebuah produk, maka tiga faktor itu adalah karena rendahnya kualitas produk, untuk menutupi kekurangan produk, dan ada ketakutan.

“Kalau barang itu tidak laku, maka biaya iklannya harus lebih banyak. Jadi semakin besar biaya iklannya, maka semakin besar kekurangan produk tersebut,” kata Aad dalam acara bertajuk Prabowo dan Ganjar Jor-joran Belanja Iklan, Anies Baswedan yang Panen Dukungan yang disiarkan di kanal Youtube KBA Talk, Kamis (2/11)

Akademisi kelahiran Waingapu, 7 Februari 1985 ini mengurai, meskipun Prabowo dan Ganjar termasuk capres yang disokong penguasa lalu didukung dengan hasil survei yang selalu menempatkan keduanya pada posisi teratas, namun jumlah pemilih yang tidak loyal (swing voters) relatif tinggi. Inilah yang menjelaskan mengapa keduanya perlu merogoh kantong cukup dalam untuk memoles citra diri lewat iklan.

“Artinya gak loyal,” terang akademisi yang memiliki kepakaran dalam bidang psikologi sosial, politik, dan Islam, dikutip KBA News.

Selanjutnya, tokoh muda yang sedang menyelesaikan studi doktoralnya di Universiti Kebangsaan Malaysia ini menyoroti motif besarnya belanja iklan Prabowo dan Ganjar untuk menutupi kegagalan dan rekam jejak yang buruk di masa lalu demi menghapus ingatan publik. Prabowo misalnya, untuk menambal proyek food estate yang berantakan. Sementara Ganjar untuk memudarkan kesan dirinya yang merasa tidak bersalah menonton konten dewasa

“Ini salah satu track record yang gagal. Dan ini track record yang harus diperbaiki dengan biaya yang tinggi. Paling nggak biaya untuk melupakan track record buruk itu kan dengan memproduksi isu-isu baru,” ucap sarjana dan magister psikologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lebih jauh, penulis jurnal ilmiah berjudul Efektivitas Pelatihan Parenting Self-efficacy pada Anggota Pimpinan ‘Aisyiyah Kabupaten Sleman tahun 2023 ini mengungkapkan, ada kecemasan atau ketakutan yang membayangi Prabowo dan Ganjar sebagai faktor ketiga yang menjelaskan tingginya biaya iklan kampanye dari keduanya, meskipun angka survei sudah menempatkan namanya di urutan awal.

“Ada ketakutan,” tandas Aad yang coba membangun konteks dengan pernyataan Budi Arie Setiadi (Ketum Projo) beberapa waktu lalu ihwal keinginan kubu penguasa ingin tetap menang agar tidak ada konsekuensi hukum jika kalah dan kebijakan sebelumnya dipersoalkan. (kba)