Soal Terbentuknya Embrio Manusia dalam Proses Reproduksi Sains Sesuai Alquran

Ilustrasi (Dok: Monash University)

JAKARTA (Surya24.com)  - Manusia bisa menghasilkan keturunan lewat sistem reproduksi, di mana awalnya terbentuk embrio. Hal ini, telah diterangkan berdasarkan sudut pandang Alquran dan sains.

Dirangkum buku Tafsir Ilmi: Penciptaan Manusia dalam Perspektif Alquran dan Sains, pada era Plato dan Aristoteles muncul teori terciptanya embrio untuk menjelaskan proses reproduksi manusia.

    Namun, teori tersebut menuai pro dan kontra. Penganut dua teori ini juga sama-sama belum tahu bahwa sperma serta indung telur mempunyai peran yang sama dalam pembentukan embrio.

Pengetahuan berkembang pesat setelah Morgan pada 1912 menguraikan peranan gen dalam penurunan sifat.

Kemudian, baru pada abad 18, manusia mengetahui teori perkembangbiakan manusia. Saat itu, pembuktiannya belum sepenuhnya dilakukan.

Melansir okezone.com, teori-teori tersebut, lalu dikonfirmasi oleh pembuktian-pembuktian yang didasarkan pada temuan-temuan baru pada permulaan abad 20.

Alhasil, Teori yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan pada abad 20 itu, justru sudah diuraikan jauh ratusan tahun sebelumnya dalam ayat-ayat suci Alquran. Salah satunya ada dalam Alquran Surah Al Insan Ayat 2.

Ayat tersebut, mengindikasikan adanya campuran antara unsur yang datang dari laki-laki dan wanita dalam pembentukan embrio. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

?????? ????????? ??????????? ???? ????????? ????????? ???????????? ???????????? ????????? ????????

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS Al Insan: 2).

Kata "setetes mani" pada ayat tersebut adalah terjemahan dari bahasa Arab nutfatin amsyaj yang artinya bercampur, yaitu bercampurnya air mani yang berasal dari laki-laki dan perempuan.

Kata nabtalihi pada ayat tersebut dalam bahasa Arab artinya yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), yakni Kami menciptakannya karena Kami ingin mengujinya dengan kebaikan dan keburukan serta dengan beban syariat.

Selanjutnya, kata faja'alahu sami’an basira pada ayat tersebut dalam bahasa Arab artinya karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat, yakni Kami menciptakan baginya panca indra agar memudahkannya untuk memahami, sehingga memungkinkan untuk diberi ujian dan cobaan.***