Akhirizal Dt.Rangkayo Basa : Generasi Penerus Harus Diselamatkan dari Pembodohan Digitalisasi

Akhirizal Dt.Rangkayo Basa Staf Khusus Walikota Solok (Dok:sumbartime.com)

KOTA SOLOK- Bermain bukan hanya menjadi kesenangan saja, tetapi juga sebuah kebutuhan anak anak yang harus terpenuhi. Namun terkadang para orang tua lupa dan sama sekali tidak pernah memberikan arahan terkait apa permainan yang harus dipilih anak anak untuk memenuhi kebutuhannya itu.

Dirajuk kembali pada 60 tahun yang silam, permainan tradisional menjadi sebuah wadah untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai wahana pendidikan, serta untuk pengembangan nilai nilai positif yang dapat diimplementasikan dalam kehidupannya sehari hari.

Namun sangat disayangkan, permainan tradiaional pada saat ini, seakan akan telah hilang karena tergerus perkembangan zaman. Generasi penerus itu lebih memilih memainkan permainan yang terlahir dari perkembangan digitalisasi.

”Perkembangan Digitalisasi akan menjadi racun apabila tidak bisa memanfaatkannya, seperti tenggelamnya anak anak dilautan permainan game online ” pungkas salah seorang tokoh adat kota Solok, Akhrizal Dt.Rangkayo Basa.

Menurut Dt.Rangkayo Basa yang saat ini dipercaya menjadi salah satu staf khusus walikota Solok itu, dengan adanya ribuan game online, berpotensi besar menimbulkan pembodohan. Anak anak akan terlena sehingga lupa dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar.

Mirisnya, game online yang buming pada saat ini seperti Higs domino, dan lainnya juga akan merubah ahklak anak anak, karena permainan itu membutuhkan biaya untuk memainkannya, sehingga para generasi penerus itu, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.

Dampak negatif lain dari permainan itu, anak anak akan menjadi malas dan rawan terserang penyakit, seperti sakit mata, melemahnya daya pikir, serta penyakit lainnya yang disebabkan oleh kurangnya daya gerak tubuh.

”Fenomena ini adalah sebuah persoalan yang harus ada solusinya, dan anak anak harus diselematkan dari kesibukan permainan tersebut yang dapat mengakibatkan pembodohan itu ” imbuh Akhrizal Dt. Rangkayo Basa, kepada media ini, Sabtu (17/9).

Terkait dengan persoalan itu, seorang peneliti permainan tradisional yang juga saat ini menjadi salah satu dosen di Poltekes Kemenkes Padang Prodi D III Keperawatan Solok, Abdul Gafar, S.Kep.MPH, mencoba berinovasi dan memberikan solusi dengan mengenalkan kembali permainan tradisional Lore atau disebut juga dengan permainan Dore.

 

Menurut peneliti itu, Permainan tradisional merupakan permainan yang relatif sederhana, namun memberikan manfaat yang luar biasa jika ditelusuri makna dari permainan itu secara mendalam.

Dari hasil penelitiannya, permainan tradisional Lore atau Dore, memiliki arti tersendiri dalam menanamkan ilmu pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan pada anak. Serta mengandung makna luhur, seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, etika, dan unsur olah tangan, Semua arti yang ada akan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat nantinya.

Permainan Lore dan Dore juga mengandung nilai nilai positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari seperti, religius, kejujuran, kedisiplinan mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan kebersamaan, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, dan memiliki rasa kepatuhan.

 

”Permainan tradisional Lore atau Dore juga dapat membentuk kepribadian anak atau karakter anak sesuai adat dan budaya Minangkabau ” imbuh Abdul Gafar.

Lebih jauh Abdul Gafar mengatakan, penelitian yang dilakukannya terkait manfaat dan nilai nilai positif yang terkandung dalam permainan tradisional Minangkabau Lore atau Dore tersebut , adalah berdasarkan metode kualitatif dengan mewawancarai beberapa Nara sumber, seperti Bundu Kanduang, dan tokoh lainnya yang ada dalam masyarakat.

Tujuan dari penelitian yang dilakukannya adalah untuk melestarikan kembali permainan budaya Minangkabau kepada masyarakat atau generasi penerus, sebab katanya, selain memiliki manfaat dan nilai nilai positif untuk kehidupan, permainan yang menjadi warisan para leluhur itu merupakan sebuah aset yang harus dipertahankan dan kembali diwariskan.

Dari penelitian yang dilakukannya itu, Abdul Gafar melahirkan inovasi dengan menciptakan arena permainan tradisional Lore atau Dore dengan menambahkan konsep Kesehatan dan pendidikan yaitu memasukan 8 indicator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah. Adapun alasan dari hal itu adalah, karena permainan Lore atau Dore lebih suka dimainkan oleh anak anak usia sekolah

8 indicator PHBS yang terakomodir dalam permainan Lore atau Dore dengan konsep kesehatan dan pendidikan itu adalah, meningkatkan penegtahuan tentang perilaku Kesehatan yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk pembiasaan, mengembangkan kecerdasan logika, mengasah motorik, anak menjadi lebih kreatif, sebagai kegiatan edukatif dalam membantu proses perkembangan psikis, meningkatkan kesehatan fisik, dan menyenangkan.

PHBS merupakan sebuah upaya untuk memperkuat budaya seseorang , kelompok, maupun masyarakat agar peduli dan mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas. Dalam Kemenkes RI nomor 2269, pelaksanaan PHBS disekolah diimplementasikan melalui pelajaran Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Inovasi yang dilahirkan Abdul Gafar telah Dilounching oleh walikota Solok H.Zul Elfian Umar dalam acara Bundo Kanduang Masuk Sekolah, Rabu, 7 September 2022, di Aula SD 09 Pasar Pandan Airmati, kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok. Turut hadir pada kesempatan itu, Bundo Kanduang Kota Solok, Sitta November.BA, ketua GOW kota Solok, Donna Ramadhani Kirana Putra, serta tokoh adat dan tokoh agama lainnya.

Melansir sumbartime.com, pada waktu itu Walikota Solok mengatakan, seperti yang diketahui sebelumnya, permainan Lore atau Dore biasanya dilakukan di atas tanah, semen, atau dilantai keramik dengan membentuk garis berupa persegi yang terdiri dari beberapa kotak. Permainan hanya untuk mengisi waktu luang anak anak dalam mengisi kebutuhan.

Saat ini telah terlahir inovasi dengan konsep kesehatan dan pendidikan, sehingga permainan tradisional Lore atau Dore memiliki arah, tujuan, manfaat, aturan dan prosedur yang jelas secara tertulis. Dan inilah yang harus dikembangkan melalui lembaga pendidikan yang ada.

Pendapat lain juga disampaikan oleh ketua Bundo Kanduang kota Solok, menurut Sitta November, permainan tradisional Lore atau Dore banyak mengandung nilai nilai positif, apabila diterapkan pada anak anak diusia sekolah dasar, akan dapat membentuk karakter dan prilaku berbudaya seperti yang terkandung dalam Filsafah Adat Basandi Syarat, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-ABK), yang merupakan filosofi hidup yang dipegang oleh masyarakat Minangkabau. Dalam hal itu, ajaran Islam sebagai satu satunya landasan atau pedoman tata pola perilaku dalam kehidupan sehari hari.

ABS – SBK disebut juga dengan Syarat Mangato, Adat Mamakai, yang juga merupakan kerangka atau pola kehidupan masyarakat Minangkabau, yang menghubungkan manusia baik secara horizontal atau Vertikal dengan Sang Pencipta serta sesama makhluk lain yang ada di alam semesta.

Sitta November mengatakan, atas nama Bundo Kanduang kota Solok, ia sangat mendukung inovasi itu dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran disekolah, seperti dalam study olahraga, dan arti lain dari upaya itu adalah, kembali mengajak generasi penerus untuk mencintai dan melestarikan budaya adat Minangkabau.(basa)