Fakta Baru: Pintu Stadion Kanjuruhan Malang Terkunci: Horor Pintu 13 Aremania Sebut Seperti Kuburan Massal!

MALANG (Surya24.com) - Fakta baru terungkap dalam Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 125 suporter Arema FC tewas berdesak-desakan dan terinjak-injak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) lalu.

Setelah mememinta keterangan sejumlah pihak, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menerima informasi bahwa pintu Stadion Kanjuruhan tertutup usai laga Arema FC vs Perseaya.

Namun belum ada keterangan resmi siapa yang mengunci pintu tersebut, sehingga membuat banyak suporter berdesakan dan meninggal karena terinjak-injak. Komisioner Kompolnas, Wahyurudhanto mengatakan, pihaknya telah meminta keterangan dari sejumlah pihak termasuk Kapolres Malang nonaktif, anggota kepolisian yang bertugas, Aremania, sejumlah korban, dan saksi di lokasi kejadian.

Melansir sindonews.com, selanjutnya keterangan tersebut telah dianalisa secara objektif dan menyeluruh terkait dengan alat bukti yang didapat guna memastikan adakah pelanggaran fungsi dari kepolisian.

"Isu berkembang saya konfirmasi kepada Kapolres tidak ada perintah untuk menutup pintu, sehingga harapannya 15 menit dibuka. Tapi tidak tahu kenapa ditutup, tidak ada perintah Kapolres, termasuk penguraian dengan gas air mata disampaikan saat apel 5 Jam sebelumnya," kata Wahyurudhanto di Mapolres Malang, pada Selasa (4/10/2022) siang.

"Belum ada informasi resmi siapa yang mengunci. Ada (informasi pintu terkunci), tapi kurang tahu pasti jumlahnya, (dari total) 12 dan dua pintu besar, yang terkunci menjadi penumpukan di situ," bebernya.

Dia pun belum melakukan investigasi siapa yang memegang kunci pintu itu, terkait insiden pintu terkunci itu dan apakah ada kesalahan aparat keamanan di saat itu. Namun logikanya kunci pintu stadion itu seharusnya dipegang oleh pihak Panpel pertandingan, bukan kepolisian.

"Kami belum ke sana tapi secara logika Panpel, nggak mungkin polisi pegang kunci, Panpel tapi kepastian butuh pendalaman, siapa yang membawa kunci ini dimana pun pertandingan sepakbola, 15 menit terakhir pintu harus terbuka memberikan kesempatan penonton keluar terlebih dahulu," terangnya.

Bahkan ia pun dapat memastikan apakah pintu terkunci saat pemain-pemain Persebaya sedang dievakuasi menuju kendaraan barracuda.

Mengingat seusai pertandingan di luar stadion juga muncul ekskalasi massa yang berpotensi menyebabkan kericuhan, sehingga pihak keamanan juga melakukan pengamanan ketat di luarnya.

"Kami belum tahu kepastiannya (informasi pintu terkunci karena menunggu pemain Persebaya masuk barracuda), tapi yang pasti planning, karena pertandingan ini punya potensi suporter yang sangat-sangat fanatik, sehingga Polres sudah menyiapkan dua kendaraan pada barracuda," jelasnya.

"Gunanya apa setelah pertandingan selesai padaku barracuda uda membawa keluar stadion, ini tidak lazim pada pertandingan bola di seluruh dunia. Ada dua kejadian atau di luar stadion ketika akan dibawa keluar terhambat, kedua didalam juga ada kericuhan yang muncullah itu," pungkasnya.

Seperti Kuburan Massal

Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan 125 nyawa melayang masih membekas kuat di ingatan Eko, seorang Aremania, sebutan untuk suporter Arema FC. Dia menjadi salah seorang saksi mata tragedi yang memilukan. Sambil menerawang dan menahan sedih, Eko menceritakan peristiwa kelabu pada Sabtu (1/10/2022) yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Pada Sabtu kelabu itu, EKo kehilangan saudara dan teman-temannya dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Dia menjelaskan, saat itu ia memang tak memasuki Stadion Kanjuruhan Malang, kendati memiliki tiket. Ia memilih untuk minum kopi di dekat pintu 10 Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, dengan teman-temannya sesama Aremania dari Dau, Kabupaten Malang.

Pengakuannya saat berada di luar itu sudah banyak sekali aparat keamanan yang berjaga. Penjagaan kian ketat ketika menjelang akhir pertandingan. Namun sesaat setelah pertandingan berakhir kira-kira berjarak 10-20 menit terdengar suara gedoran orang-orang di pintu 10, meminta tolong dibukakan pintu yang tertutup rapat.

"Saya pertama kali ada perempuan pingsan ditolong, satu dua terus bertambah, ikut evakuasi saya kepikiran saudara-saudara di gate 13, 14, 17. Cuma yang terbuka ada di gate 14. Tiba di gate 13 titik saya rasa semacam kuburan massal," ungkap dia.

Di situ terdengar banyak suara minta tolong dan ketika ia mengintip ke dalam gerbang 13, ratusan orang terlihat berdesakan. Bahkan banyak di dalamnya anak-anak dan para perempuan.

Naluri Eko pun bergerak, ia mencoba mencari pertolongan dengan meminta tolong ke aparat kepolisian yang bertugas di dekatnya. Tetapi ketika polisi itu akan menolong, tiba-tiba ada beberapa orang yang mungkin sudah marah dengan ulah aparat kepolisian di dalam stadion, mencoba mengejar sang polisi yang hendak dimintai tolong oleh Eko.

Sang polisi itu langsung lari menuju parkiran dan menghilang, sedangkan di pintu 13 itu suasana kian histeris dan mencekam. "Banyak sekali anak dan perempuan bertumpukan di bawahnya. Di gate 13 ada sekitar 300-400 orang yang kemungkinan setengahnya menjadi korban. Karena posisinya sudah lemas," ungkapnya.

Eko melihat bagaimana upaya para penonton untuk menjebol pintu yang terbuat dari besi itu. Bahkan sejumlah penonton dengan alat digunakan untuk membobol ventilasi kecil di dekat pintu. Memang dari pantauan di lokasi, terdapat lubang ventilasi kecil yang akhirnya dijebol. Terlihat lubang diperkirakan berukuran 1 x 1,5 meter yang terlihat.

"Saya melihat banyak sekali korban. Saya lari nyari bantuan dipakai baju hitam bertuliskan 99. Setelah itu lemas, dan melanjutkan istirahat. Di luar sudah banyak mobil yang terbakar," tukasnya dikutip sindonews.com.

Hingga Selasa siang (4/10/2022) pintu 13 ini masih cukup ramai dikunjungi masyarakat. Mereka berdatangan untuk berdoa dan meletakkan bunga sambil mengenang beberapa korban yang terjebak di pintu tribun 13 itu.***