Hari Pahlawan: Penembak Jitu di Barisan Berani Mati Berhasil Jatuhkan 10 Pesawat

(Dok: ©Istimewa)

JAKARTA (Surya24.com)  - Pertempuran 10 November tidak lepas dari peran Barisan Berani Mati. Pasukan ini dibentuk Bung Tomo. Tujuannya untuk melahirkan para pejuang yang tidak gentar berperang melawan tentara musuh.

Mereka siap mati, siap menjadi syuhada (orang yang mati dengan syahid). Namun, Bung Tomo tidak memaksa orang-orang untuk bergabung dalam pasukan atau anggota Barisan Berani Mati. Sebaliknya, mereka datang dan mendaftar secara sukarela.

 

Melansir merdeka.com, beberapa anggota dari Barisan Berani Mati kerap kali tidak sabar mendapat tugas dari Bung Tomo untuk menyerang musuh. Mereka akan senang jika berhasil menembak mati para musuh. Apalagi jika mereka juga gugur di medan pertempuran.

Sebut saja nama Gumberg, salah seorang pasukan Barisan Berani Mati. Pemuda bekas pelayan kantor dagang itu terkenal sebagai penembak jitu di kalangan Barisan Berani Mati. Dia menjadi penembak jitu selama Pertempuran Surabaya.

Selama bergabung di pasukan, Gumberg berhasil meruntuhkan 10 pesawat tembakan meriam. Dia sangat bangga dengan pencapaiannya, meskipun tidak digaji.

 

Memang sesuai dengan namanya, semua anggota pasukan ini benar-benar ingin berperang melawan musuh. Mereka siap mengorbankan nyawanya. Bergabung menjadi anggota Barisan Berani Mati, seolah mendaftar untuk mati. Tetapi mereka semua tidak takut untuk mati.

Mendaftar untuk Mati

Misalnya saja seorang pemuda kurus kering yang datang dari Jember ke Surabaya. Dia memakai sarung kumal dan helm lusuh. Dia ingin mendaftar sebagai Barisan Berani Mati yang didirikan oleh Bung Tomo. Pemuda itu rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk 'mencari mati'. Meskipun Bung Tomo, tidak yakin pemuda itu dapat bergabung. Terjadilah dialog antara keduanya.

"Kamu dari mana?" tanya Bung Tomo.

"Dari Jember, Pak," jawabnya.

"Mau apa?" Bung Tomo bertanya lagi.

"Saya ingin masuk Barisan Berani Mati, Pak."

"Lho, kamu jauh-jauh dari Jember datang ke sini ingin masuk Barisan Berani Mati. Apa kamu tahu artinya itu?" tanya Bung Tomo.

"Tahu Pak. Saya akan mati dan tidak akan kembali."

"Mengapa kamu tidak takut mati?"

"Biarlah, Pak! Saya korbankan nyawa saya demi kemerdekaan negara ini. Biar adik-adik saya nanti bisa hidup lebih baik. Dapat sekolah dan nantinya dapat membantu orang tua kami. Terimalah saya Pak. Saya betul-betul ingin masuk Barisan Berani Mati ini."

Pemuda yang ada di hadapan Bung Tomo memang lemah secara fisik. Tetapi mentalnya sangat kuat. Dia memiliki semangat juang yang tinggi. Dengan segala macam pertimbangan, akhirnya Bung Tomo menerima pria asal Jember itu.

Selain itu, perlu diketahui bahwa Barisan Berani Mati ini tidak hanya berperan di Surabaya, tetapi juga di beberapa wilayah Indonesia lainnya. Misalnya pasukan Barisan Berani Mati di Aceh yang dipimpin oleh Tgk. Amir Husin al-Mudjahid.***