Kisah Sri Sultan HB IX, Kaos Kaki Kendor dan Mengemudi Mobil Hanya Pakai Singlet

Sri Sultan Hamengku Buwono IX dilantik sebagai Wakil Presiden RI pada 24 Maret 1973. (IPPHOS©2022 Merdeka.com)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Sri Sultan Hamengku Buwono IX atau biasa dikenal sebagai Gusti Raden Mas Dorodjatun. Dia adalah Raja ke-9 Kesultanan Yogyakarta, sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta hingga saat ini.

Melansir merdeka.com, Hamengku Buwono IX juga sempat menduduki jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan Indonesia. Mulai dari Menteri Pertahanan, Menko Ekuin, Ketua KONI, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, hingga Wakil Presiden.

Hamengku Buwono IX dikenal sebagai sosok yang demokratis, raja yang sederhana, sampai nasionalis sejati. Setidaknya begitulah yang disampaikan kerabatnya dalam buku Tahta untuk Rakyat.

Menolak Dibuatkan Istana di Bogor

Menurut Adhi Moersid (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia) dalam buku Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang Kerap Berseberangan dengan Pemerintah Pusat, mengatakan bahwa Sang Sultan merupakan sosok yang bersahaja, sangat baik, sangat tulus dalam berbicara dan bergaul.

Ini telihat ketika Adhi Moersid merancang sebuah kedaton, istana untuk Hamengku Buwono IX di Bogor pada 1982. Menurut keterangan Adhi, Sri Sultan Hamengku Buwono IX awalnya menolak pembuatan kedaton tersebut dan memilih untuk membangun rumah peristirahatan saja.

"Sebuah rumah biasa. Yang penting ada pendopo, dan juga dapur, karena saya senang memasak," ujar Sultan kepada Adhi.

Kaos Kaki Longgar di Sidang Umum MPR

Kesederhanaannya juga terpancar dari cara berpakaiannya. Dalam Sidang MPR 1978, menjelang Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Wakil Presiden, para wartawan menemukan hal yang menarik.

"Sultan ternyata memakai kaos kaki yang longgar. Untuk menjaga agar kaos kaki itu tidak melorot, Sultan memperkuatnya dengan karet gelang."

Hal senada juga diungkapkan mantan Menteri Keuangan Frans. Menurut keterangannya, Sultan memiliki kebiasaan bangun pagi dan jalan-jalan keliling hotel sebelum makan pagi.

Meskipun dalam keadaan musim dingin, Sultan keluar tanpa melapisi badannya dengan jaket tebal. Dia justru melapisi tubuhnya dengan kertas koran sebagai pelindung badan dari udara dingin.

Mengemudi Mobil Sendiri

Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga memiliki kebiasaan menyetir sendiri mobilnya. Dia tidak menggunakan sopir pribadi. Sehari setelah jabatan Wakil Presidennya selesai dan bebas dari protokoler, dia terlihat begitu senang mengemudikan mobilnya sendiri.

 

Dalam buku Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang Kerap Berseberangan dengan Pemerintah Pusat, diceritakan kisah menarik tentang sang Raja Yogya yang gemar menyetir mobil. Pada tahun 1950-an, Sultan sering bepergian sendiri, bolak balik Jakarta-Yogyakarta. Pada masa itu mobil belum memiliki pendingin alias AC.

Sehingga pernah dalam satu waktu, Sri Sultan mengemudi mobil hanya menggunakan singlet dan celana dalam.

Ketika di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, ada pemeriksaan kendaraan. Polisi menghentikan mobil Sri Sultan. Mereka meneliti surat-surat mobil Sri Sultan. Alangkah terkejutnya mereka ketika mengetahui bahwa sosok tersebut adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mereka lantas berdiri tegak dan memberi hormat sambil terbata-bata.

"Eh, selamat malam, Pak, silakan jalan terus," cerita Sultan dalam buku Tahta Untuk Rakyat.

 

Menantu dari Kalangan Orang Biasa

Terakhir, kesederhanaannya juga terlihat dari fakta bahwa menantu Sultan berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan kalangan ningrat.

"Orang tua saya orang tak punya, hanya petani kecil. Toh, saya bisa menjadi menantunya," tutur Letkol CPM Budi Permana yang menikah dengan putri Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Anom.****