Percaya Nggak Percaya, Ini Cerita Mistis Perajin Soal Gamelan Jawa, Simak Yuk

(Dok: Shutterstock)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Percaya Nggak Percaya, Ini Cerita Mistis Perajin Soal Gamelan Jawa Sebagai bagian dari khazanah musik Indonesia, gamelan bukan sekadar alat musik biasa.

Ya, meski memiliki sejarah panjang, gamelan ternyata juga menyimpan cerita mistis.

Melansir suara.com, salah satu generasi ketiga perajin gamelan 'Bondho Gongso', Stevanus Permadi mengaku pernah mengalami hal-hal mistis yang berhubungan dengan gamelan.

Meski begitu, hal ini dikatakannya hanya diperuntukkan bagi yang mempercayainya. Bagi yang tidak mempercayainya, ia tak mempermasalahkannya.

"Gamelan baru, sudah selesai dibuat, dia bunyi sendiri. Bisa malam, bisa siang juga. Terutama gong sama kendang," kata dia, ditemui di rumah produksi gamelan Bondho Gongso, Gamping, Sleman, Yogyakarta, ditulis Minggu (20/10/2019).

Permadi mengaku awalnya takut dengan bebunyian yang didengarnya, karena saat itu tak terlihat siapapun yang membunyikannya. Namun sekarang ia sudah biasa dengan hal tersebut.

"Kalau saya sih percaya (dengan hal magis). Dan itu bunyinya itu bukan tang teng tang teng biasa dan ada nadanya," ungkapnya dengan nada antusias.

Permadi juga tidak menampik kala ditanya soal ritual khusus yang dilakukan oleh seorang perajin gamelan, sebelum alat musik itu berpindah tangan kepada pembeli.

Ia menyebut, dalam tradisi lama, kakek dan ayahnya menjalankan ritual tertentu sebelum gamelan hasil karya mereka punya empu baru.

"Terutama pesanan Kraton, itu harus (ada tradisi ritual). Kalau sekarang tradisi itu sudah berkurang, pembeli minta barang harus cepat, ini itu, jadi waktunya sempit," tuturnya.

Kalau tak disambi memperbaiki alat musik atau dibarengi dengan aktivitas lain, sebagai perajin mereka bisa menyelesaikan sekitar satu setengah set musik gamelan dalam waktu satu bulan.

 

"Kalau murni hanya buat loh ya," ucapnya.

Tak banyak kesulitan yang dihadapi Bondho Gongso urusan produksi set gamelan. Kecuali mencari bahan kayu dan kulit untuk kendang.

"Sulit mencari ukuran (diameter) besar sekarang, kadang kami harus mencarinya sampai ke Jawa Tengah," ungkapnya.***

Kontributor : Uli Febriarni