NGERI! Para ilmuwan Hidupkan Lagi Virus Purba Berumur 48.500 Tahun

(Foto/REUTERS)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Permafrost yang mencair dapat menimbulkan bahaya bagi umat manusia. Para ilmuwan memperingatkan itu setelah menghidupkan kembali virus kuno yang membeku selama puluhan ribu tahun.

“Virus semacam itu masih mampu menginfeksi organisme hidup,” ungkap tim internasional setelah mereka mengamati total sembilan virus purba yang ditemukan di permafrost Siberia yang menginfeksi amuba di laboratorium.

“Virus paling kuno yang baru ditemukan berusia hampir 50.000 tahun,” ujar tim tersebut. “48.500 tahun adalah rekor dunia,” ungkap Jean-Michel Claverie, anggota tim dan peneliti di Universitas Aix-Marseille di Prancis, kepada New Scientist.

Melansir sindonews.com, timnya mempelajari total tujuh virus purba dalam studi terbarunya. Grup tersebut menerbitkan pracetak karya mereka pada awal November. Kelompok yang beranggotakan ilmuwan dari Rusia, Prancis, dan Jerman itu sebelumnya telah berhasil menghidupkan kembali dua virus purba lainnya, yang berusia 30.000 tahun.

Virus yang ditemukan dan dihidupkan kembali oleh tim tersebut dianggap sebagai yang paling kuno yang pernah dihidupkan kembali. Meski demikian, beberapa peneliti lain mengklaim telah menghidupkan kembali bakteri, yang dikatakan berusia hingga 250 juta tahun.

Semua virus yang dihidupkan kembali oleh tim termasuk jenis pandoravirus, sekelompok virus raksasa yang hanya mampu menginfeksi organisme bersel tunggal seperti amuba.

“Namun, fakta bahwa kesembilan virus purba masih mampu menginfeksi sel hidup setelah menghabiskan puluhan ribu tahun di permafrost berarti bahwa virus lain yang berpotensi menularkan tumbuhan, hewan, atau bahkan manusia, yang terperangkap di sana dapat dilepaskan, dan dihidupkan kembali, juga,” papar para ilmuwan memperingatkan.

“Ada bahaya yang nyata,” ujar Claverie. Dia menambahkan, “Ada bakteri dan virus yang keluar setiap hari.” “Namun, tidak mungkin untuk secara tepat menentukan tingkat potensi bahaya saat ini,” papar ilmuwan tersebut.

Rusia telah memperingatkan tentang bahaya yang mungkin timbul akibat pencairan permafrost yang terus berlanjut akibat perubahan iklim.

“Mencairkan tanah yang telah sangat beku selama berabad-abad, jika tidak selama ribuan tahun, masih dapat mengandung beberapa spora bakteri dan virus 'zombie' yang layak," papar Nikolay Korchunov, perwakilan senior Rusia untuk Dewan Arktik kepada RT pada tahun 2021.

Moskow menganggap bahayanya cukup serius untuk meluncurkan proyek keamanan hayati dan meminta semua negara Dewan Arktik lainnya untuk bergabung. Selain Rusia, organisasi antar pemerintah termasuk AS, Kanada, Denmark, Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Swedia.***